Kong
Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin
551 – 221 SM
Jilid
II
Pembahasan Atas
Konfisianisme dan Motisme 儒墨是非之评论
Didepan telah dibahas
tentang ‘Cinta/Benevolence仁爱’ dan‘Cinta
Universal兼爱’, dimana dalam realita
kehidupan sehari-hari terjadi pertentangan antara kedua gagasan tersebut.
Sehingga antara Motisme dan Konfusianisme terjadi Tiga Perbedaan Yang Sangat
Signifikan. Yaitu :
1.
Pertimbangan
Untung Rugi atau Budi (功利还是仁义 gong li
hai ren yi)
2.
Gertakan Dewata
& Roh atau Hukum Alam(鬼神还是天命 gui shen
hai shi tian ming)
3.
Kekuasaan Penguasa atau Kekuasaan Rakyat(君权还是民权jun quan hai shi min quan)
Dalam hal ini Motis
mengusulkan ‘Pertimbangan Untung Rugi’ untuk mempertahankan ‘Budi’ jangka panjangnya. Sedang Konfusianis
mengusulkan ‘Budi’ diluar batas ‘Untung Rugi’.
Ini yang menjadi pebedaan
signifikans pertama.
Yang kedua, Motisme
mempertimbangkan konskuensi dari ‘Dewata & Roh’鬼神, Konfusianisme pasrah akan ‘Kehendak Langit/Tian’天命. Dalam hal ini Motis percaya akan adanya ‘Dewata & Roh’, sedang
Konfusianis tunduk akan ‘Kehendak Langit /Tian’ percaya bahwa segala yang
terjadi adalah suatu kehendak tian maka itu terjadi.
Perbedaan ketiga adalah
Kekuasaan Kaum Penguasa atau Kekuasaan Rakyat (君权还是民权jun quan hai shi min quan) akan dibahas dibawah ini. Perbedaan ini lebih berkaitan dengan salah
satu pandangan Moti yang terpenting yaitu ‘Atasan Sebagai Panutan (尚同)’ .
Gagasan
Moti yang utama ada 10 yaitu Kasih Sayang Universal, Anti Perang, Menghargai
Keahlian, Menghargai Persamaan, Hidup Hemat, Cara Berkabung Sederhana, Anti Foya-foya, Atasan
Sebagai Panutan, Mengenal Alam, Menghargai Kelebihan dari Generasi Sebelumnya,
Berjuang Demi Nasib, Percaya Ada Dewa & Roh. Tapi Intinya adalah Cinta
Universal, bertitik tolak dengan Berhemat dan Penempaaan Keahlian. (非攻fei’gong,
尚贤shang’xian,尚同shang’tong,
节用jie’yong,
节葬jie’zang,
非乐fei’le,
天志.tian’zhi,
明鬼ming’gui,
非命feiming等十项deng
shi xiang,以兼爱为核心yi qian’ai wei
ge’xing,以节用yiji’yong, 尚贤为支点shang’xian
wei zhi dian)
Yang
terpenting adalah ‘Cinta Universal兼爱’ dan ‘Atasan
Sebagai Panutan尚同’, dua gagasan
ini justru menjadi resep untuk mengobati keadaan masyarakat pada kala itu yang
sedang “sakit”. Moti merasa bahwa persoalan kekacauan masyarakat kala itu
penyebab utama ada dua. Pertama. Semua orang
tidak saling mencintai, jadi perlu diatasi dengan “Cinta Univesal’.(起不相爱《墨子 兼爱》qi
bu xiang ai). Kedua. Dunia jadi kacau karena tidak memiliki penguasa dan
pemimpin yang baik, akibatnya jadi kacau. ( 生于无政长 《墨子 尚同》 sheng yu wu
zheng chang).
Moti
mengatakan bahwa saat manusia baru ada didunia belum ada pepimpin ( 古者民始生gu
zhe min shi sheng ), masing-masing individu memiliki kemauan dan gagasannya
sendiri-sendiri. Jika ada sepuluh orang, maka memiliki sepuluh gagasan; jika
ada seratus orang, maka memiliki seratus gagasan, dan seterusnya. Masing-masing
merasa gagasannya paling benar, sedang gagasan orang lain tidak benar dan
salah. Akibatnya menjadi saling salah menyalahkan, terjadilah keributan dan
kekacauan. Dunia manusia menjadi dunia
binatang (天下大乱 若禽兽然 《墨子 尚同》
tian xia da luan , ruo qin shou
ran). Karena terlalu banyak gagasan.
Maka
‘Atasan Sebagai Panutan尚同’ diusulkan
karena saat itu tidak ada pemimpin yang baik. Saat itu menurut pendapat Moti
karena banyak gagasan yang bertentangan dan tidak ada seorang pemimpin yang
bisa meng-unifikasikan atau menyatukan semua gagasan yang ada, sehingga
kekacauan masyarakat terjadi.
Untuk
mengatasi situasi ini Moti mengusulkan masing-masing orang harus memiliki
Cinta, dan perlu adanya seorang pemimpin yang bisa menyatukan semua
gagasan-gagasan yang berbeda dan saling bertentangan. Dengan demikian agar
tidak terjadi keributan, dan dunia menjadi tenang.
Moti
berpendapat bahwa yang bisa mengunifiaksikan gagasan rakyat yang berbeda-beda ini adalah pemimpin yang
cakap dan baik, atau penguasa yang baik,
tidak mungkin rakyat itu sendiri yang bisa mengunifikasikan
gagasan-gagasan ini.
Yang
akan menjadi persoalan biasanya yang disebut pimpinan dalam masyarakat adalah
penguasa yang tidak terdiri hanya satu orang, tapi sekelompok orang, jika
sekolompok pimpinan ini pendapat dan gagasannya tidak sama, lalu bagaimana?
Moti mengatakan lebih lanjut bahwa pada situasi demikian maka perlu pemimpin
yang lebih atas lagi untuk menyatukannya. Kemudian diteruskan keatas secara
berjenjang ( 逐级尚同zhu ji shang
tong ). Moti mengatakan : Pertama dari mulai Kepala Kampung (里长li
zhang), menyatukan semua gagasan rakyat sekampung, kemudian disamakan dengan
gagasan Kepala Desa (乡长xiang zhang),
terus keatas Penguasa Daerah, dan keatas lagi hingga Penguasa Negara (Raja).
Strata Masyarakat Sosial Zaman Pra-Dinasti Qing
Tahun 551-221SM di Tiongkok
Jadi pendapat yang
berbeda-beda dari bawah disamakan secara berjenjang, sehingga mengerucut
keatas. Yang menyatukan pendapat pertama Kepala Kampung, jika antar kepala
kampung pendapatnya tidak menyatu, maka disatukan oleh Kepala Desa, dan jika
antar Kepala Desa pendapatnya tidak menyatu, maka disatukan oleh Penguasa
Daerah, demikian juga jika antar Penguasa Daerah pendapatnya tidak menyatu,
maka Penguasa Negara atau Raja harus bisa menyatukan. Dengan demikian barulah
dunia bisa aman tidak ribut menurut Moti.
Berdasarkan ‘Atasan Sebagai
Panutan (尚同shang tong)’ , prinsipnya jika
atasan menyatakan benar, maka yang bawah harus menyatakan benar juga. Sebaliknya
jika atasan menyatakan salah, maka bawahan harus menyatakan salah juga.
Pendapat bawahan tidak diperkenan bertentangan dengan atasan, jika pendapatnya
bertentangan dengan atasan atau pimpinan, maka Roh akan menghukum yang
bersangkutan, jika pendapatnya sama dan setuju dengan atasan atau pimpinan,
maka Dewa akan memberkati. Dengan demikian maka Cinta Universal兼爱’ bisa diwujudkan.
Karena atasan sudah sepakat untuk melaksanakan ‘Cinta Unversal’ dan
semua harus setuju dengan atasan, maka dengan sendirinya semua orang jadi
ber’Cinta Universal’.
Moti pikir ini satu gagasan
yang terbaik, cukup Raja melaksanakan ‘Cinta Universal’ , maka semua persoalan
akan beres?.... Padahal gagasan ini resikonya cukup besar sekali, bagaimana
bila Raja tidak setuju ‘Cinta Universal’?
Maka secara logika, bawahannya juga tidak setuju juga. Dari Raja ke
Penguasa Daerah berjenjang terus kebawah hingga ke Rakyat, sehingga akhirnya
semua orang tidak setuju dengan ‘Cinta Universal’.
Inilah hukum logika. Tapi
Moti meyakinkan bahwa Raja pasti bisa ber-‘Cinta Universal’ , karena Raja
aadalah Anak dari Langit diturunkan kedunia maksudnya untuk melaksanakan ‘Cinta
Universal’. Langit (Tuhan), Dewa dengan maksud ingin membuat dunia menjadi
damai sejahtera, maka dipilih orang yang terbaik, terpandai, tersabar, terbaik
budinya, untuk menjadi “Anak Langit/kaisar” (天子tianzi) atau Raja, orang yang kualitasnya lebih rendah dari “Anak Langit”
ditunjuk sebagai ‘Penguasa Negara/Daerah(国君guo’jun)’, demikian dengan Kepala Desa (乡长xiang’chang) dipilih dari yang terbaik didesa, tapi kualitas dibawah
‘Penguasa Daerah’, seterusnya Kepala Kampung (里长li’chang) dipilih dari terbaik dikampung, tapi kualitas dibawah ‘Kepala
Desa’. Jadi secara sistimatis dari atas kebawah semua
adalah yang terbaik dan unggul, semua sudah ber-‘Cinta Universal’ , demikian
rakyat menjadi tidak perlu kuatir.
Tapi yang menjadi kontroversial ialah
bagaimana menjamin bahwa ‘Anak Langit’ yang terpilih itu adalah yang unggul segalanya.
bagaimana hal itu terpilih kita tidak tahu. Siapa yang memilihnya juga tidak
tahu. Yang jelas tidak melalui pemilu atau semacamnya, siapa yang bisa menjamin
akan kualitas Pimpinan ini (Anak Lnagit) ini.
Dengan kreateria apa bahwa seseorang dipilih
sebagai anak langit? Ini semua tidak bisa dijamin. Untuk ini Moti memberi contoh pada
kaisar-kaisar terdahulu yang baik misalnya Kaisar Huang(黄帝), Yan(炎), Yao(尧), Shun(舜), Yu(禹), Shang Tang Wang(商汤王), Zhou Wen Wang(周文王) dimana sudah diakui
sebagai kaisar yang baik, dan mencintai rakyatnya. Memang walaupun mereka ini
adalah kaisar yang adil dan baik, apakah bisa dijamin bahwa penerusnya yang
dipilih dari turunan darahnya adalah seorang yang berkualitas baik? Seperti
diketahui kala itu penerus kaisar, raja, penguasa daerah, kepala desa, kepala
kampung adalah berdasarkan keturunan darah. Dalam hal ini tidak bisa dijamin
bahwa keturunan dari para pemimpin ini kualitasnya akan bersinambungan.
Tapi Moti juga menyadari bahwa para pimpinan
ini walau bagaimanapun tetap adalah manusia yang tidak akan terlepas akan
berbuat kesalahan. Maka sistim yang diusulkan oleh Moti adalah bawahan harus
tunduk dan menurut dengan atasan, atasan harus mendengar suara dari bawahan,
jika bawahan mengetahui atasan ada berbuat kesalahan tapi didiamkan, maka
bawahan ini dipersalahkan dan dihukum, demikian juga bila atasan tidak mendengarkan usulan
bawahan juga akan dihukum. Kelihatannya ini sangat demokrasi, tapi jika usulan
bawahan bertentangan atau berseberangan dengan atasan, maka bawahan harus
mengikuti usulan atasan. Ini kelihatannya seperti demokrasi, padahal adalah
totaliter dari atasan.
Cendikiawan menganggap ini sistim Totaliter
atau Diktator dari Atasan, masyarakat diharuskan menuruti kemauan penguasa. Idee yang demikian seperti yang diusulkan
oleh kaum Motis ini tidak mengherankan, karena kaum Motisme adalah organisasi
kemiliteran. Jadi sistimnya adalah sistim ‘Komando’. Bawahan total menuruti dan
harus menjalankan komando dari atasan.
Inilah yang menjadi titik fokus terpenting
pertentangan dengan Mensius.
Menurut Mensius kekuasaan rakyat lebih tinggi
dari kekuasa penguasa (民权高于君权min quan gao yu min quan), sedang Moti mengusulkan
kekuasan penguasa melebihi dari kekuasaan rakyat (君权高于民权 jun quan gao
yu min quan). Semboyan terkenal dari
Mensius adalah kekuasaan rakyat nomor satu, kekuasaan penguasa nomor dua,
kekuasaan para penguasa daerah yang ketiga. (民为贵 社稷次之 君为轻《孟子 尽心》 (min wei
gui , she ji ci zhi, jun wei qing).
Memang Mensius juga setuju
dengan sistim pemerintahan feodal kala itu (kekuasaan raja dan penguasa), dan
Mensius juga mengakui bahwa hanya ada satu raja. Ada
perkataannya yang mengatakan bahwa Raja hanya boleh ada satu, dan dijabat turun
menurun. (天无二日 民无二王
《孟子 万章》tian wu er ri, min wu er wang).
Tapi Mensius telah
mengembangkan ajaran Kong Hu Cu tentang hirarki kemasyakatan (正民说zheng min shuo- 必也正民乎biye zheng min hu) seperti telah
dikemukakan dalam Jilid I yaitu : (Yang
dimaksud hirarki masyarakat, 君君臣臣父父子子junjun
chenchen fufu zizi). Tidak lain adalah
seorang raja haruslah berlaku layaknya seorang raja, seorang pejabat haruslah
berlaku layaknya seorang pejabat, seorang ayah haruslah berlaku layaknya
seorang ayah, seorang anak haruslah berlaku layaknya seorang anak.
Jadi setiap hiarki
masyarakat harus tahu tanggung jawab dan kewajibannya masing-masing. Semua
strata masyarakat harus melakukan sesuai dengan statusnya masing-masing,
barulah dapat tercipta dunia yang damai.....Jika hiraki demikian tidak
tercipta, maka bicara apapun tidak akan lancar, tanpa dapat mengekspresikan apa
yang hendak kita bicarakan. Apakah mungkin kita dapat melaksanakan idee kita
dan apa yang hendak kita lakukan? Jika tidak dapat melaksanakan apa yang hendak
kita lakukan, apakah mungkin kita dapat menciptakan kesejahteraan? Jika
kesejahteraan tidak dapat terciptakan, apakah mungkin kita dapat menciptakan
keadilan dalam masyarakat, apa mungkin kita dapat menciptakan dan melaksanakan
hukum yang adil dan merata. Jika semua kebijaksanaan dan hukum tidak sesuai
dengan keadilan terhadap rakyatnya, apa mungkin dapat diciptakan suatu
kesejahteraan? ).
Maka ditekankan oleh
Mensius bahwa memang baik dalam negara hanya ada satu pemimpin, tapi harus
pemimpin yang sesuai dengan kreteria seperti yang dilukiskan diatas ini. Tidak
bisa begitu saja hanya karena bapaknya pemimpin atau penguasa, kemudian otmatis
putranya langsung menjadi pemimpin tertinggi.
Pernah suatu kali Mensius
memberi penilaian kepada raja Liang Hui Wang (梁惠王) tentang anaknya yang bernama Liang Xiang Wang (梁襄王) : “Lihatlah dia sama sekali tidak mencerminkan seorang bijak atau
pemimpin negara (望之不似人君wang zhi bu si ren jun).”
Pada prinsipnya Mensius setuju dengan sitim pemerintahan kerajaan, tapi raja
harus sesuai dengan prasyarat sebagai raja.
Kemudian syaratnya itu apa?
Mensius mengusulkan tiga persyaratan utama untuk menjadi seorang raja (君主junzhu) :
I. Syarat pertama “Memperhatikan kehidupan
rakyat, bersenang-senang bersama rakyat. (关注民生 与民同乐 guan zhu minsheng , yu min tong le)
II. Syarat kedua “Memahami opini publik dan
menghormati fakta.(了解民意 尊重事实” liao jie
min yu , cun zhong shi shi)
III. Syarat ketiga
“Menghormati hak sipil secara resiprokal atau rakyat dan pemerintah saling
menghormati. (尊重民权 对等交流cun zhong
min quan, dui deng jiao liu)
I. Persyaratan pertama, “Memperhatikan kehidupan
rakyat, kesejahteraan bersama rakyat. (关注民生 与民同乐 guan zhu
minsheng , yu min tong le). Seorang raja yang memenuhi syarat sebagai raja,
tidak hanya harus memperhatikan kehidupan rakyat jelata. Bahkan secara
keseluruhan masih harus memenuhi tiga pokok standard sebagai berikut:
1.
Menjamin akan
kehidupan fondamental rakyat (保证基本生活bao zheng
qi di sheng huo), yang dimaksud ialah : orang yang berumur 50 tahun keatas
harus memiliki baju hangat, yang berumur 70 tahun keatas harus dijamin bisa
makan daging. Semuanya harus diperhatikan, karena menurutnya orang berumur
lebih dari 50 tahun, jika tidak memiliki baju hangat akan kedinginan. Jika
telah mencapai umur 70 tahun tidak bisa makan daging maka akan kelaparan.
Seorang kepala negara jika membiarkan rakyatnya kedinginan dan kelaparan, raja
demikian tidak memenuhi syarat sebagai kepala negara.
2.
Memperhatikan
kelompok rentan (关心弱势群体 guan xin ruo shi qun ti).
Mensius mengatakan bahwa dalam masyarakat ada 4
macam kelompok manusia rentan ( 鰥 , 寡,孤,独 ) :
a.
Duda tua atau
orang laki tua tanpa istri (鰥guan).
b.
Janda tua
atau wanita tua tanpa suami (寡gua).
c.
Anak yatim
piatu (孤gu).
d.
Orang tua
tanpa anak (独du).
Seorang raja yang dikatakan memenuhi syarat,
apabila raja ini dapat memberi perhatian khusus kepada kelompok orang ini.
3.
Bersenang-senang
bersama Rakyat (与民同乐yu min tong le).
Suatu kali Mensius bertemu dengan Raja Qixuanwang
(齐宣王) memberi ceramah tentang bagaimana memerintah
dengan benar (仁政ren zheng/good government),
setelah lama berceramah Mensius meminta pendapat raja.
Raja mengatakan : “Memang semuanya masuk akal,
tapi akan sulit melaksanakannya.”
Mensius bertanya: ”Yang mulia, kiranya apa yang membuat sulit bagi Yang
Mulia untuk melaksanakannya?”.
Raja menjawab: “ Memang saya juga mengetahui bahwa
jika ada orang sudah berumur lebih dari 50 tahun tidak memiliki baju hangat
akan kedinginan, orang yang berumur 70 an, jika tidak mempunyai daging untuk
dimakan akan kelaparan, orang-orang lemah yang sendirian harus dirawat dan
diperhatikan khusus, saya sangat setuju. Tapi jika dia itu janda sakit dan mata
duitan, bagaimana?”.
Mensius berkata:”Itu tidak masalah, kenapa harus
tidak suka, jika yang mulia bersama-sama rakyat suka dia, akan tidak masalah.”.
Raja masih penasaran bertanya lagi: “Bagaimana
jika janda sakit tapi doyan laki, dan duda sakit doyan perempuan
(playboy)?”.
Mensius berkata lagi:” ya tidak apa-apa. Lelaki
suka wanita adalah wajar, apalagi wanita cantik, tapi asal bersama-sama rakyat
menyenangi mereka akan tidak masalah.” Mensius lebih lanjut berkata lagi: “Saya
dengar bahwa Yang Mulia senang mendengarkan musik, benarkah begitu?”.
Mendengar ini muka Raja langsung berubah, dan
menjadi pucat, Mensius menjadi tidak enak hati.
Dan raja berkomentar: “Saya ini bukannya tidak
suka, tapi saya kurang suka dengan musik klasik, tapi saya senang musik komtemporer”.
Mensius berkata: “Musik ‘komtemporer’ juga musik sama-sama
musik, boleh-boleh saja. Tidak perlu harus menghingdar. Bagaimanapun Yang Mulia
sudah menunjukan suka musik juga. Saya ingin menannyakan kepada Yang Mulia.
Apakah Yang Mulia senang mendengar musik”komtemperer” sendirian atau
bersama-sama dengan orang lain?”.
Raja menjawab: “Jelas saya senang mendengar ramai
bersama-sama orang lain.”
Mensius bertanya: “Apakah Yang Mulia suka
mendengar dengan orang yang sedikit atau bersama orang yang banyak, baru merasa
akan senang?”.
Raja menjawab: “Tentu dengan orang yang
kesukaannya sama dengan saya, makin banyak makin baik.”.
Mensius berkata: “Jika memang Yang Mulia senang
mendengarkan bersama semua rakyat negara yang sama-sama suka musik
”komtemporer”, tidakkah akan lebih bahagia, jika bisa bersenang-senang
bersama-sama rakyat. Itu adalah suatu yang paling baik, dimana sama-sama akan
mendapat kesenangan..” .
Tiga persyaratan baku seperti yang diusulkan
Mensius 2500 tahun yang lalu diatas, walaupun ditempatkan pada zaman
sekarangpun masih mempunyai nilai yang tinggi.
II. Persyaratan yang kedua adalah : Memahami opini
publik dan menghormati fakta.(了解民意 尊重事实 liao jie
min yu , cun zhong shi shi). Gagasan ini
berlawanan dengan Moti, dimana bawahan/rakyat harus patuh dengan atasan, apapun
perintahnya.
Mensius mengatakan kita hidup di suatu negara,
harus memilih satu orang yang unggul, tapi harus memilih dengan cara bagaimana?
Jika orang-orang sekeliling raja menunjuk satu orang dari sekelilingnya, maka
orang ini tidak patut dipilih. Jika para
penguasa daerah menunjuk orang dari sekelilingnya, maka orang ini juga tidak
patut dipilih. Jika semua orang dalam
negeri menunjuk seseorang, tetap saja tidak bisa serta merta memilihnya, masih
harus melalui penyelidikan yang seksama, jika memang ternyata orang tersebut
benar-benar unggulan baru bisa dipilihnya sebagai pemimpin.
Untuk membunuh orang juga sama, jika sekeliling
orang raja menunjuk seorang untuk boleh dibunuh, maka orang ini tidak boleh
dibunuh. Jika semua orang menunjuk seseorang untuk dibunuh, juga tidak boleh
dibunuh masih harus diselidiki apakah benar orang ini patut dibunuh atau tidak,
apakah memang benar orang ini melanggar hukum berat, sehingga patut dihukum
mati. Sebelum melalui penyelidiki mendalam tidak patut dibunuh. Maka kebijaksanaan
Mensius dalam menjalankan politik, berpedoman mendengarkan usulan-usulan dari
khalayak ramai (rakyat), dan menghargai kenyataan berdasarkan ilmiah.
Dari sini bisa terlihat Mensius sudah sangat maju
sekali dalam berfikir.
III. Persyaratan yang ketiga : “Menghormati hak
sipil secara resiprokal (尊重民权 对等交流cun zhong
min quan, dui deng jiao liu). Memang Mensius mengakui bahwa Raja adalah yang
memimpin negara, dan rakyat menjadi yang diperintah atau dipimpin.
Tapi antara penguasa dan rakyat harus sama
sederajatnya atau setara. Kata-kata terkenal Mensius menyebutkan: “Selaku
penguasa jika menganggap rakyat seperti kerabat dan keluarga sendiri, rakyat
akan menganggap penguasa juga seperti kaki dan tangan sendiri, dan rakyat akan
menjadikan penguasa seperti jantung hati sendiri, rakyat akan melindungi
penguasa. Tapi jika penguasa menganggap rakyat seperti anjing dan kuda, maka
rakyat akan menganggap penguasa seperti orang asing dijalanan, yang tidak
dikenal. Jika penguasa meremehkan rakyat menganggap rakyat seperti rumput, maka
rakyat akan menganggap penguasa sebagai musuh.
(君之视臣如手足 则臣视君如腹心 君之视臣如犬马 则臣视如国人 君之视臣如土芥 则臣视君如蔻雠 《孟子 离娄》 jun zhi shi chen ru shou zu , ze chen shi jun ru
fu xin, jun zhi shi chen qian ma, ze chen shi ru guo ren, jun zhi shi chen ru
tu jie, ze chen shi jun ru kou chou.)
Kata-kata diatas sungguh sangat tegas, dimana jika
perlu penguasa yang lalim tidak memperhatikan rakyat dan menekan rakyat harus
dianggap sebagai perampok dan musuh. Maka penguasa dan rakyat harus sederajat
dan setara, saling menghormati.
Itulah yang dimaksud tiga
prasyarat bagi seorang raja atau penguasa dalam memerintah negara. Namun
masalahnya jika seorang raja atau penguasa tidak laik, harus diapakan?
Masalah ini pernah suatu
kali Mensius berbincang-bincang dengan Raja Qi Xuan Wang齐宣王. Raja Qi
menanya kepada Mensius : “Pejabat yang paling baik dalam istana itu harusnya
yang bagaimana? (公卿)”
Mensius bertanya: “Apakah
Yang Mulia menanyakan pejabat paling baik (公卿gongqing) yang macam apa?”
Raja berkata :”Mamangnya
pejabat terbaik ada dua macam?”.
Mensius menjawab: “Ya,
memang ada dua macam. Yang satu dinamakan Gui’qi (贵戚guiqi) yaitu pejabat yang semarga dengan raja (masih kerabat), satu lagi
dinamakan Yi’xing (异姓yi xing)
pejabat dari luar kerabat atau lain marga”.
Raja bertanya: “Lalu apa
memang ada bedanya?”.
Mensius menjawab: “Ya ada.
Pejabat yang pertama dalam menjalankan tugas, jika Yang Mulia ada kesalahan
mereka akan mengemukakan usulannya, jika Yang Mulia tidak mau menerima
usulannya, mereka akan digeser dan dipecat”
Mendengar ini Raja menjadi
merah mukanya. Mensius meneruskan “Maaf, Yang Mulia harap sabar ya, karena Yang
Mulia bertanya maka harus saya jawab yang sebenarnya.” . Maka Raja menjadi lebih tenang. Kemudian
Raja bertanya lagi : “Kemudian pejabat yang lain marga, bagaimana?”
Mensius menjawab: “Pejabat
yang lain marga jika Yang Mulia ada kesalahan mereka tetap akan mengusulkan
pendapat mereka, jika yang mulia tidak mau menerima, maka mereka akan
meninggalkan Yang Mulia, dan mengudurkan diri.”.
Pendek kata akhirnya semua
akan meninggalkan sang raja, akhirnya sang raja akan terasing sendiri.
Mensius memang seorang yang
Revolusioner, walaupun beliau mengakui kedudukan raja adalah mandat dari
langit, dan beliau percaya akan
“Kehendak Langit (天命tian’ming)”, namun beliau juga
mengatakan bahwa Langit mendengarkan rakyat, sebelum memandatkan kekuasaannya
kepada raja. Kekuasan raja memang mandat
dari langit tetapi langit sebelum memandatkan kekuasanya mendengarkan suara
rakyat dulu. (天视自我民视 天听自我民听 《孟子 万章》tian shi zi
wo min shi, tian ting zi wo min ting).
Maka penguasa jika tidak
melayani rakyat dengan baik, tidak melakukan tiga prasyarat utama seperti yang
telah dikemukakann diatas, kesimpulannya penguasa ini tidak laik sebagai
penguasa, maka rakyat berhak untuk mengadakan revolusi untuk menggulingkan
penguasa tersebut.
Mensius mengatakan: “Orang
yang telah ingkar dan menghianati Budi dan Cinta disebut maling. Orang yang
merusak azas kebenaran disebut Invalid atau orang cacat. Maling yang cacat
moral ini disebut Penghianat rakyat atau Autocrat (民贼独夫min zei du fu), bukan seorang Raja, tidak pantas untuk menjadi raja, dia
adalah diktator, kita berhak menggulingkan dia.” (贼仁者谓之贼 贼义者谓之残 残贼之人谓之以夫 《孟子 梁惠王》zei ren zhe wei zhi zei, zei yi zhe wei zhi can,
can zei zhi ren wei yi fu).
Dari bahasan diatas gagasan
Moti dan Mensius bisa dilihat, Motis mendambakan setiap orang sama rata sama
rasa dan memiliki rasa ‘Cinta Universal’,
pimpinan memegang peran untuk menjadi panutan dan melopori menggerakan
gagasannya, jadi dengan sistim komando yaitu Top-down.
Sedang Konfusianis dan
Mensius menghendaki agar setiap orang menghormati penguasa dan orangtua, dengan
bertitik tolak dari bawah keatas Bottom-up. Tapi setuju dengan “Revolusi
Rakyat”. Akibat dari pandangan yang
berbeda ini tidak heran jika terjadi pertentangan antara Motisme dan Konfusianisme.
Dari atas ini terlihat
suatu gejala yang cukup menarik, terlihat bahwa Moti adalah kaum yang berpihak
kepada Rakyat Pekerja dan kaum papa, tapi akhirnya menuju Kediktatoran Penguasa
Feodal. Sedang Mensius yang memang asalnya bertitik tolak dari kepemimpinan
kaum bangsawan dan penguasa, tapi akhirnya menuju pada “Revolusi Rakyat”.
Layaknya sejarah ini
seperti suatu dagelan, seperti seorang yang ingin masuk suatu kamar, setelah
masuk dalam kamar ternyata keadaan lain dari bayangannya, akhirnya sadar bahwa
dirinya ternyata salah masuk kamar.
Dalam konteks ini kita patut menyanjung Mensius yang pendirian dan
pikirannya berpijak pada kepentingan rakyat, beliau sungguh mulia dan agung.
Tapi yang cukup disayangkan
adalah Moti yang mulanya berkepihakan pada kaum papa, rakyat petani serta
pekerja, cita-citanya sangat luhur ingin mensejahterakan rakyat (兴天下之利 除天下之害xing tian xia zhi li, chu tian xia zhi hai), tapi
sungguh sayang, sudut pandangnya sempit, beliau hanya memperjuangkan hak
kebutuhan materi rakyat, namun tidak tahu bahwa rakyat juga perlu dipenuhi
kebutuhan spiritualnya. Beliau mengetahui bahwa rakyat memiliki hak-hak
ekonomis, tapi melupakan bahwa rakyat juga memiliki hak-hak politis.
Maka tidak heran bahwa
beliau hanya coba memperjuangkan hak untuk hidup bagi rakyat, hak ekonomis
rakyat, tapi tidak coba memperjuangkan hak berpikir bagi rakyat, hak bebas
berbicara bagi rakyat. Bahkan beliau menuntut agar rakyat menitipkan pikiran
dan hak bicaranya kepada kaum penguasa dengan tanpa syarat. Dengan gagasan
demikian mungkin rakyat akan terentaskan masalah ekonominya, tapi secara
spritual akan menjadi budak kaum penguasa. Sunguh-sungguh mengecewakan.
Dalam konteks ini marilah
kita tidak mengambil kesimpulan pada titik ini, karena polemik pada masa itu
masih semarak dan menarik. Pada saat sengit-sengitnya polemik antara
Konfusianisme dan Motisme, masih ada satu suara yang juga nyaring suaranya yang
akan ikut berpolemik.
Suara ini mengatakan “Apa
itu Cinta Benevolence dan apa itu Cinta Universal? Itu semuanya salah!!! Kalian
sekarang mengusulkan untuk berbuat sesuatu, padahal pada situasi sekarang yang
tepat adalah tidak berbuat apa-apa.... Kini mengapa bisa banyak persoalan dan
kacau, karena telah terlalu banyak berbuat. Kalian berdua mengajurkan
resep-resep Cinta Benevolence dan Cinta Universal untuk mengobati sakit
masyarakat, ini hanya seperti menyiram minyak dalam api. Justru saat sekarang
resep yang paling tepat adalah “Tidak Minum Obat” alias tidak mengusulkan
macam-macam teori..... ”
Yang mengeluarkan suara ini
tidak lain adalah DAOISME (Taoisme)道家.... marilah
kita bahas gagasan mereka pada tulisan pada Jilid III berikut ini .......
( Jilid II Habis )
Daftar Perpustakaan :
-
先秦诸子百家争鸣:
易中天
CCTV
-
经典阅读文库 ---- 论语 李薇/主编
-
经典阅读文库 ---- 道德经 李薇/主编
-
中国古典名著精品 ---- 菜根谭 洪应明
著
-
Internet
: http://friesian.com/confuci.htm :
Confucius
-
孔子 -----
維基百科,自由的百科全書
Internet
-
网址:http://www.popyard.org
-
中国人生叢书 -----
墨子的人生哲学 杨帆/主编 陈伟/著
-
Internet
: http://baike.baidu.com
-
The
Sayings of Mensius / 英译孟子 史俊赵校编
-
南华经 庄子
周苏平 高彦平
注译 安徽人民出版社
-
庄子
逍遥的自由人 林川耀 译编
出版者
:常春树书坊
-
http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml 春秋五霸之---晋文公
-
“When China Rules The World - The rise of middle kingdom and the end of the
western world” by Martin Jacques ALLEN
LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009
No comments:
Post a Comment