Kong Hu Cu –
Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221
SM
Jilid III
( 1 )
Pendahuluan
Sebelum
mulai membahas polemik antara Konfusianis vs Motis vs Daois, disini
perlu penulis gambarkan apa itu Taoisme atau Daoisme(道学dao’xue), pencetus, sejarah dan latar belakang dari Doisme ini. Tokoh
Daoisme yang paling pertama dan terpenting tapi kurang dikenal adalah Xu You (许由xu’yu), yang cukup terkenal adalah Laozi (老子Lao’zi),Zuangzi (庄子Zhuang’zi)
akan kita bahas dalam bagian ini.
Laozi(老子) bernama
Asli Li Er (李耳Li’er) ; nama Kehormatan Bao
Yang (伯阳 bo’yang); nama Anumerta Dan (聃dan) merupakan ahli filsafat yang terpopuler, selama ini dianggap pendiri
Taoisme/Daoisme (道教dao’jiao atau 道家dao’xue) kini.
Riwayat hidupnya tidak banyak terdapat dalam catatan sejarah, tetapi
kewujudannya terbukti dalam catatan historis Tiongkok, Kitab Sejarah (Shiji史記adalah buku sejarah terlengkap pertama tentang
peradaban Tiongkok selama 3000 tahun mulai dari zaman Kaisar Kuning黄帝 sampai dengan masa Dinasti Han Barat (西汉xihan). Buku sejarah ini ditulis oleh Xima Qian (司马迁) sejarahwan termasyhur didalam sejarah Tiongkok.
Ia menghabiskan waktu 18 tahun untuk menyelesaikan karyanya ini mulai dari
tahun 109 SM sampai 91 SM.
Menurut Kitab Sejarah Shiji, Laozi memiliki nama
Asli Lier (李耳), nama Kehormatan Boyang (伯阳) dan nama Anumerta (almarhum) Dan (聃). Sebagian cendikiawan mengatakan Boyang dan Dan
adalah nama Kehormatannya. Laozi hidup 570SM - 470 SM, dilahirkan di Provinsi
Ku (苦县), Negara Chu (楚国chu’guo), sekarang dikenal sebagai Provinsi Henan
(河南). Beliau merupakan kepala perpustakaan negara Chu
pada zaman dinasti Zhou(周), selama
dalam masa jabatannya, beliau banyak mendapat kesempatan untuk membaca
kitab-kitab serta catatan-catatan historis, sehingga wawasannya menjadi
luas.
Kemasyuran Laozi kala itu cukup tersebar luas
hingga terdengar oleh Kong Hu Cu juga.
Menurut catatan dalam Buku Zhuangzi, Kong Hu Cu pernah berjumpa dengan Laozi
untuk belajar tentang tatakrama. Lukisan-lukisan tentang kisah-kisah ini dapat
dilihat digambar-gambar kuno. Berdasarkan catatan ini, diperkirakan bahwa Kong
Hu Cu berumur lebih muda kurang lebih 20 tahun daripada Laozi. Menurut rujukan
Zhuangzi (庄子), Kong Hu Cu pertama kali
berjumpa dengan Laozi pada usia 17 dan kemudian pada usia 34, dan perjumpaan
ketiga kalinya di Xiangyi (相邑) pada
sekitar umur 51 dan 66 tahun.
Pada waktu keruntuhan Dinasti Zhou, Laozi
meletakkan jabatan dan meninggalkan negerinya dengan menunggang kerbau. Ketika
beliau tiba di Kastam Hangu (函谷关Han’gu
Guan), Guan Yixi (关尹喜) meminta beliau meninggalkan
filsafatnya dalam bentuk tulisan. Atas permintaan ini, beliau menciptakan dua
karya yang berjudul Dao道 dan De德 sebelum meninggalkan Negara Chu (楚国).
Agama Tao/Dao merupakan ajaran-ajaran
Laozi-Zhuangzi (老子-庄子) yang berkembang menjadi agama yang dipeluk banyak orang Tionghoa. Agama
Dao menceritakan tentang misteri-misteri
untuk menjadi dewa, lebih bersifat
kemanusiaan, berpotensi memenuhi keperluan rohaniah manusia. Dalam agama Dao,
Laozi didewakan sebagai Taishanglaojun (太上老君tai shang lao jun); kitab-kitab Dao-de Jing(道德經) dan Zhuangzi(庄子) menjadi
kitab suci untuk dipelajari.
Kaum Daois (Daojia道家) adalah pusat pengkajian filsafat dalam Daode Jing (道德經) dan Zhuangzi(庄子). Kaum Daois tidak mengandrungi misteri dan tidak mendewakan apa-apa.
Kaum Daois dibagi menjadi tiga generasi yaitu :
o
Kaum Daois
Pradinasti Qin(先秦道家xian qin daojia )
o
Kaum Daois
zaman Dinasti Qin-Han (Qin-han Daojia秦汉道家)
o
Kaum Daois
zaman Dinasti Wei-Jin (Wei-Jin Daojia魏晋道家)
Setelah dinasti Wei-Jin, Kaum Daois sudah tidak
lagi berwujud secara tersendiri, tetapi diserap dalam Agama Dao/Tao dan dikenal
sebagai Neo-Daoisme. Dimana telah berasimilasi dengan Legalisme dan Neo
Konfusianisme.
Agama Tao/Dao merupakan agama asli Tiongkok dan
agama pertama di Tiongkok, sehingga pada saat agama Buddha masuk ke Tiongkok
banyak sekali istilah-istilah Agama Dao yang dipakai untuk meng-intrpretasikan
Agama Buddha.
Zhuangzi庄子(369 SM - 286 SM), adalah ahli
filsafat terpopuler pada pertengahan Zaman Peperangan Negara-negara di Tiongkok
(战国时代zhan’guo shidai) serta tokoh yang amat penting dalam Daoisme
setelah Laozi. Hasil karya beliau oleh Raja Tang(唐皇) diberi judul “Zhuangzi” atau
“Nanhua Zheng Jing (南华真经)”.
Menurut
Kitab Sejarah Shiji (史記), Zhuangzi庄子bernama Zhou (周) dan nama kehormatan Zixiu (子休). Ia berasal dari Meng (蒙) Negara Song, / 宋國 (Sekarang berada di tenggara Prefektur Sangqiu, 商丘县东北; atau Prefektur Anhuimong(安徽蒙城县), Sekarang:Propinsi Henan,(河南省). Dalam buku “Zhuangzi”, beliau diceritakan
pernah menjadi pejabat sebagai “Qiyuan
Li, 漆園吏,
sehingga dijuluki juga sebagai pejabat Meng,(蒙吏mengshi).
Zhuangzi
hidup dalam kurun waktu saat Mensius masih hidup, tetapi tidak ada catatan yang
menunjukkan mereka pernah berjumpa atau mengadakan diskusi. Huishi (惠施), merupakan rekan yang sering
mengadakan diskusi dengannya.
Kitab “Zhuangzi” juga dikenal dengan “Nanhua Zhenjing南华真经”, atau dipendekkan Nanhua Jing (南华经), adalah kitab yang melukiskan pandangan dan ajaran
beliau. Kitab ini terdiri dari tiga bagian utama yang disebut Bagian Asli,
Bahagian External serta Bagian Umum; semuanya terdiri dari 33 judul. Bagian
Asli adalah tulisan Zhuangzi sendiri, Bagian External adalah kisah Zhuangzi
yang ditulis oleh para murid/pengikutnya dan Bagian Umum adalah hasil pandangan
para murid dan pengikut-pengikut beliau.
Bagian Asli
1. Bebas mengembara (逍遥游) -
Bebas mengembara tanpa memikirkan kekayaan duniawi.
2. Kesimultanan alam (齐物论) -
Kesemuaan benda didunia terwujud bersama diri kita. Perbedaan yang timbul
antara satu dengan lain adalah dikarenakan nafsu kita. Jikalau nafsu ini tidak
diwujudkan, perbedaan dalam alam ini juga tidak terwujud.
3. Kesehatan sukma (养生主) - Kesehatan spritual lebih
penting daripada pisik kita. Kesehatan spritual perlu sentiasa diperbaiki untuk
mencapai kesempurnaannya.
4. Amalan manusia (人间世) -
Manusia apabila menambakan kemasyuran, kekayaan akan membawa bencana bagi
dirinya.
5. Pasrah (德充符) - Kepasarahan perlu dicapai
supaya kehidupan kita tidak terganggu oleh perasaan atau ego kita.
6. Alam Semesta (大宗师) - Alam semesta adalah guru ter-Agung. Guru
ter-Agung yang dimaksud adalah Dao---Alam. Pada titik terakhirnya semua akan
kembali pada alam aslinya yaitu Dao .
7. Kerakyatan〈 应 帝 王 〉- Politik negara perlu mengutamakan
kepentingan rakyat. Peraturan negara dan Undang2 jika dikeluarkan terlalu
banyak tidak menjamin akan
men-sejahterakan rakyat, bahkan bisa2 membawa sengasaraan.
Bagian
External
1. Jempol dan
Pelunjuk Dangket骈 拇
2. Tapal/Sepatu/Kuku
kuda马 蹄
3. Bagasi Terbuka胠 箧
4. Kesabaran在 宥
5. Langit dan Bumi/Dunia天 地
6. Arus alamiah/Hukum Alam天 道
7. Gerakan Alamiah天 运
8. Mempertabahkan刻 意
9. Memperbaiki Diri缮 性
10. Air Di Musim Gugur秋 水
11. Kebahagian Sempurna至 乐
12. Mencapai Titik Optimum/Kevitalan达 生
13. Gunung dan kayu山 木
14. Sawah Persegi田 子 方
15. Pengembaraan ke Utara Zhi 知 北 游 (Perjumpaan
Laozi dan Konghuchu)
Bahagian Umum
1. Geng Sang Chu 庚 桑 楚
2. Xu Wu Gui 徐 无 鬼 3. Zeyang 则 阳 4. Benda Asing 外 物 5. Misteri 寓 言 6. Melepaskan Takhta |
7. Daozhi盗 跖
8. Pedang说 剑 9. Nelayan渔 父 10. Lie Yu Kuo列 御 寇 11. Alam Semesta天 下 |
Perdebatan
Kongfusianisme , Motisme dan Daoisme
儒家 - 墨家 - 道家 之 争论
Dalam
Jilid II telah dibahas tentang polemik antara Konfusianis dan Motis, yang
pertama mengeritik Konfusianisme adalah Motis. Dimana terlihat perbedaan antara
mereka berada dalam ‘Cinta/Benevolence’ dan ‘Cinta Universal’, tetapi keduanya
sama-sama mengusulkan tentang ‘Cinta’. Mereka berdua coba memperbaiki keadaan
masyarakat dengan aktif untuk menyebarkan gagasan-gagasan mereka ke masyarakat,
mengembara untuk mempromosikan gagasannya kepada para penguasa dan masyarakat,
namun keduanya sama-sama tidak berhasil pada kala itu.
Pada
saat Konfusianis dan Motis gencar-gencarnya menyebarkan gagasannya, masih ada
satu gagasan lagi, diluar dari kedua gagasan ini. Yang satu ini mengajurkan untuk ‘Tidak
Berbuat’(无为wu wei). Jadi dalam konteks ini pada prinsipnya
merupakan pertentangan antara Konfusianis + Motis melawan Daois, karena yang
kedua dimuka sama-sama mengajurkan ‘Cinta’(爱ai),
jadi masih proaktif berbuat sesuatu, sedang Daois mengajurkan “Tidak Berbuat”
atau “Tanpa Cinta(不爱bu ai)”.
Apakah
Tidak Berbuat/Acuh(无为wu
wei) itu? Kenapa Konfusianis dan Motis mengajurkan untuk ‘Berbuat atau
Proaktif’(有为you’wei), dan mengapa Daois
mengajurkan untuk ‘Tidak Berbuat/Acuh? untuk menjawab ini marilah kita terlebih
dulu menguraikan masalah pokok perbedaan pandangan mereka. (‘Tidak Berbuat’
berarti biarkanlah segala sesuatunya berkembang menurut hukum alam, tidak perlu
manusia meng-intervensi 无为:遵循自然的法则而不妄 wu wei: zun xun zi ran de fa zhi
er bu mang)
Perbedaan
antara Konfusianis dengan Motis pada pokoknya ada dua tahapan. Pertama, apa yang
harus diperbuat dan kedua bagaimana melakukannya (做什么和怎么做 zuo shen mo he zen mo zuo). Sedang perbedaan antara
Konfusianis dan Motis dengan Daois adalah “Berbuat atau Tidak Berbuat/Acuh无为’。
(做还是不做
zuo hai shi bu zuo). Dari sini timbul pertanyaan mengapa Daois
mengusulkan untuk ‘Tidak Berbuat/Acuh无为’
?
Di
Jilid II telah dibahas tentang status masyarakat pada zaman ‘Perang Musim Semi
& Gugur’ dan ‘Peperangan Negara-negara’ di Tiongkok pada masa Kong Hu Cu,
Moti, Mensius, Zhuangzi, Hanfeizi (Legalis) masih hidup, mereka ini mewakili
strata masyarakat yang disebut Shi士
atau dengan istilah sekarang kaum professional freelancer, tapi masing-masing
mewakili shi yang ber-beda-beda.
Konfusianis mewakili shi yang berkeahlian dalam bidang ‘Surat’ atau
disebut ‘Ahli Surat’ (文士/儒士wen shi/ru shi). Motis mewakili shi yang berkeahlian dalam
bidang ‘Silat’ atau disebut ‘Pendekar’ (武士/侠士wu shi/xia shi). Daois mewakili shi petapa atau disebut
‘Petapa’ (隐士 yin shi).
Lalu
apa itu ‘Petapa’ ? ‘Petapa’ merupakan shi yang lain dari shi diatas ini.
Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa shi atau professionil freelancer ini
harus bekerja atau mengabdi kepada penguasa untuk menjual keahliannya.
Jadi
ciri khas dari Shi士
ada dua: Harus bekerja dan Mengabdi kepada kaum bangsawan atasan. Karena Shi tergolong dalam kaum bangsawan
yang terendah, Shi sendiri tidak memiliki harta tidak bergerak yang berupa
tanah, tapi mereka ini mempunyai keahlian khusus. Maka mereka ini perlu
mengabdi atau bekerja untuk menjual keahlian dan karyanya kepada kaum
bangasawan (atasan). Kerjanya adalah pada saat ada kesibukan membantu bekerja
dalam kesibukan tersebut. Saat berperang ikut dalam peperangan. Saat diperlukan berunding membantu berbicara
sebagai diplomat/juru runding. Saat ngagur menemani berpelesiran.
Sedang
‘Petapa’隐士 yin shi’ tidak mengabdi kepada
siapapun, ‘Tidak Berbuat/Acuh’ tapi yang dimaksud dengan ‘Tidak Berbuat/Acuh’
disini bukanlah tidak bekerja apa-apa, namun tidak mengabdi kepada penguasa dan
bangsawan, atau bekerja untuk negara. Tapi walaupun demikian mereka bekerja
dengan berswasembada pangan, bertani, berternak dan lainnya. Mereka ini tetap
aktif bekerja bersama rakyat, hanya tidak menjadi pejabat atau abdi negara.
Mereka ini tidak menjadi abdi negara bukan karena tidak mampu atau tidak
berkeahlian, melainkan mereka ini walaupun berkeahlian, mampu bekerja,
tapi tidak sudi bekerja sebagai pejabat
negara, karena menganggap keadaan sudah tidak dapat diperbaiki lagi.
Ada
sebuah kisah tentang seorang ‘Petapa’ (daois) yang bernama Xu You许由, beliau ini seorang yang sangat
cendikia. Suatu ketika Raja Yao尧(Raja
Tiongkok pada tahun 2377SM)*1
berniat memberikan tahtanya kepada beliau, dan Raja memanggil beliau untuk
berdiskusi untuk melimpahkan tahta kerajaan kepada beliau untuk mengurus
negara. Begitu mendengar niatan ini beliau langsung lari pergi kepinggir sungai
dan mencuci telinganya, karena merasa kupingnya telah dikotori oleh perkataan
Raja.
Ketika
sedang mencuci telinganya, kakak seperguruannya datang membawa ternaknya (sapi)
bermaksud memberi minum ternaknya.
Melihat ini kakak perguruannya bertanya : “Kamu lagi sedang apa?” Xu You menjawab : “Tadi Raja Yao memberitahu
saya bahwa tahta dan kepengurusan negara akan diserahkan kepada saya, sehingga
membuat telinga saya jadi kotor, maka saya harus mencucinya disini.”
Kakak
perguruannya berkata: “Kalau begini kamu juga mengotori air sungai ini. Jika
demikian ternak saya ini tidak bisa minum disini, kamu ini benar-benar bikin
susah orang. Coba kamu lihat, kini saya terpaksa harus membawa ternak saya ini
kebagian hulu untuk minum, karena air hilir sungai ini sudah kamu kotori.”
Inilah
ciri dan sifat ‘Petapa’ (隐士
yin shi’ ). Mereka ini Punya Keahlian (有本事 you ben shi) ; Mampu Bekerja (能做事 neng zuo shi) ; Tapi tidak sudi
bekerja (sebagai pejabat) (不做事 bu zuo shi).
Disini
bisa terlihat bahwa Daois mewakili kaum ‘Petapa’(隐士
yin shi) dan Motis mewakili filosof ‘Pendekar’ (武士/侠士wu shi/xia shi) serta
Kongfusianis mewakili filosof ‘Ahli Surat’ (文士/儒士wen shi/ru shi), maka Daois
mewakili filosof kaum ‘Petapa’ (隐士).
Motis
dan Konfusianis adalah shi atau profesional freelancer yang harus bekerja,
untuk bekerja perlu memiliki dasar ajaran yang diandalkan, harus memiliki
pedoman filsafat, maka mereka perlu ada satu orang yang mewakili kaum mereka
sebagai juru bicara, perlu memiliki teorinya sendiri dan filosofinya sendiri.
Sedang
‘Petapa’ tidak bekerja, tidak menjadi pejabat, lalu untuk apa adanya teori ajaran dan pedoman filosofinya, jadi hal itu
tidak diperlukan. Tapi tidak semua Kaum
Daois道家 indentik dengan Kaum ‘petapa’隐士, kaum Daois hanya bisa disebut
sebagai filosof ‘Petapa’(隐士哲学家 yin shi zhe xue jia), jika sebagai filosof kaum
Daois prinsipnya adalah ‘Petapa’ , tapi peran mereka dalam masyarakat sosial
adalah filosof. Sebagai ‘Petapa” mereka ‘Tidak Berbuat’, tapi sebagai filosof
mereka harus bicara. Jelas jika tidak bicara atau mengemukakan argumen dan
teorinya serta ajarannya bukanlah filosof namanya.
Dalam
konteks ini mengapa Daois sebagai filosof ‘Petapa’ harus berbicara? Karena
tugas mereka ialah untuk menjelaskan mengapa mereka mengusulkan untuk ‘Tidak
Berbuat’, dan untuk mengemukakan alasannya.
Maka disebutkan bahwa Daois adalah filosof kaum ‘Petapa’, mereka
sebenarnya sangat memperhatikan keadaan masyarakat yang telah bobrok kala itu
juga. Hanya menurut pandangan mereka keadaan kala itu sudah benar-benar tidak
tertolong lagi, diperhatikan juga tidak ada artinya. Mereka berpendapat jika ingin menolong atau
memperbaiki keadaan hanya ada satu jalan yaitu ‘Tidak berbuat/Acuh’(无为wu wei). Inilah dasar pemikiran
dari filosofi kaum ‘Petapa’.
Dengan
dasar pemikiran ini timbul tiga perbedaan besar antara Daois dan Konfusianis
serta Motis sebagai berikut :
Apakah
keadaan bisa diperbaiki atau tidak dapat diperbaiki (天下有药可救 还是无药可救 tian xia you yao ke jui , hai
shi wu yao ke jiu) ;
Untuk
menolong keadaan atau menolong diri sendiri (是拯救天下 还是拯救自己zheng jiu tian xia, hai shi zheng
jiu zi ji ) ;
Harus
bersemangat dan proaktif atau pasif dan acuh ( 积极有为 还是消极无为 ji ji you wei , hai shi xiao ji
wu wei).
Memang
sebagian orang merasa keadaan sudah tidak dapat diperbaiki lagi, penyakit masyarakat
tidak bisa diobati lagi, kelompok orang ini adalah ‘Petapa’. Para cendikiawan
sekarang untuk kaum Petapa pada masa Kong Hu Cu masih hidup, kelompok orang ini
disebut Kaum Pra-Daois, atau disebut juga filosof ‘Petapa Tulen’ (准隐士zhun yin’shi),pada prinsipnya mereka juga tidak
berbicara. Karena mereka tidak memiliki bentuk filosofi yang baku, maka
dinamakan Filosof ‘Petapa Tulen’ (准隐士哲学家zhuen yin shi zhe xue jia).
Kelompok
orang semacam ini juga ada tercatat dalam Analek (论语lun
yu). Misalnya ada salah satu cerita dalam [Analek]. Dinegara Chu ada seorang
“gila” bernama Jie Yu (接舆),
saat Kong Hu Cu mengembara dengan keretanya. Jie Yu menyanyi sambil lewat
disamping kereta yang ditumpangi Kong Hu Cu, isi nyanyiannya sebagai
berikut: “Burung hong, burung hong (burung sorga=atau merak pada kita), mengapa
kau begini sial, yang sudah lewat tidak tertolong lagi, yang akan datang masih
bisa ditelusuri kembali, biarkanlah-biarkanlah, kaum penguasa sekarang sudah
bobrok dan sangat berbahaya ”. ( 凤兮凤兮 何德之衰
往者不可谏
来者犹可追
已而 已而
今之从政者殆而 《论语 微子》feng xi feng xi, he de zhi shuai,
wang zhe bu ke jian, lai zhe you ke zhui , yi er yi er, jing zhi cong zheng zhe
dai er).
Yang
mempunyai arti bahwa Kong Hu Cu dijuluki sebagai seekor burung hong. Saya
beritahu kamu hai si burung hong, menghadapi dunia yang begini kacau kamu ini
seperti burung hong yang tidak berbulu, bahkan tidak diangggap seekor ayam
sekalipun. Kamu lari kesana kemari untuk mengembara mengujungi para penguasa
daerah menasehati mereka, apa gunanya? Saya kasih tahu kamu bahwa dunia ini
sudah tidak tertolong lagi..... sedang para penguasa sudah bobrok dan sangat
berbahaya, jangan temui mereka”.
Mendengar nyanyian ini Kong Hu Cu langsung menghentikan keretanya ingin
berbincang-bincang dengan dia, tapi Jie Yu (接舆)
menggeloyor pergi. Tidak menggubrisnya....... nyanyian Jie Yu ini memang suatu
pemberitahuan yang tidak langsung.
Tapi
ada dua ‘Petapa’ lagi yang bicara lebih gamblang yaitu Chang Ju (长沮), yang satu bernama Jie Ni (桀溺). Juga sama ketika Kong Hu Cu
mengembara kemudian kesasar salah jalan, menuju pinggir sungai dan tidak
menemukan pelabuhan/dermaga penyeberangan.
Beliau
minta Zi Lu untuk menemui dua ‘Petapa’ ini untuk tanya jalan. Mereka berdua
sedang meluku/membajak ladangnya, memang para ‘Petapa’ ini walaupun tidak sudi
menjadi pejabat, tapi tetap bekerja untuk memenuhi sandang pangan secara
swasembada. Kemudian Zi Lu menanyakan
dimana tempat penyeberangan. Zi Lu mendekati orang ini dan bertanya : “Tuan,
dermaga penyebrangan ada dimana?”.
Chang
Ju bertanya balik : “Tuan, siapakah yang memegang kendali kuda itu?”.
Zi
Lu menjawab: “ Itulah Kong Qiu.( nama asli Kong Hu Cu)” (Dia berpikir mengapa Kong Hu Cu sekarang
menjadi kusir kuda? Sebenarnya yang menjadi kusir adalah Zi Lu, karena dia
disuruh menanyakan jalan, maka sementara tali kusir diserahkan kepada Kong Hu
Cu).
Chang
Zu bertanya lagi: “Apakah Kongqiu (Kong Hu Cu) yang berasal dari negara Lu?”.
Dijawab
oleh Zi Lu : “Betul”.
Chang
Ju berkata lagi : “ oh...Kalau demikian dia pasti tahu dimana tempat
penyebrangan.” (长沮曰
夫执与者为谁
子路曰
为孔丘
曰 是鲁孔丘与
曰 是也
曰 是知津矣《论语 微子》{津=
tempat/dermaga penyebrangan sungai} Chang ju yue, fu zhi yu zhe wei shui, zi lu
yue, wei kong qiu yu, yue shi ye, yue shi zhi jin yi ).
Kalimat
ini mempunyai arti tersembunyi, maksudnya Kongqiu? Apakah orang seperti dia ini
masih mau tanya jalan dan pelabuhan penyeberangan? Dia ini harusnya sudah tahu
jalan keluar diseluruh dunia itu dimana, kenapa tempat penyebrangan saja tidak
tahu dimana? Ini suatu sindiran.
Mendapat
jawaban demikian terpaksa Zi Lu bertanya kepada ‘Petapa’ yang satu lagi Jie Ni
(桀溺). Jie Ni bertanya: “Kamu ini
siapa?”
Zi
Lu menjawab: “Saya Zong You.”(nama asli Zi Lu)”
Jie
Nie bertanya: “Apakah murid dari Kongqiu dari negeri Lu?”.
Zi
Lu menjawab; “ Benar.”
Jie
Ni berkata lagi: “Kini dunia ini sudah penuh dengan air bah, banjir
dimana-mana. Ditempat dimana-mana air, apakah masih ada jalan? Apa lagi dermaga
penyeberangan? Jelas tidak ada. Siapa yang bisa mengubah keadaan ini? Siapakah
yang bisa mengubah sumber penyebab air bah ini? Dan kamu ini ikut-ikutan orang
itu (menunjuk Zilu ikut-ikutan Kong Hu Cu), dan tidak ikut orang seperti kita
ini yang menolak bekerjasama dengan masyarakat bobrok ini. Sedang guru kamu ini
hanya menolak untuk bekerjasama dengan orang jahat saja, dan memilih
bekerjasama dengan orang baik. Ini menunjukkan bahwa guru kalian masih menaruh
harapan untuk keadaan dunia ini. Tapi kita menolak untuk bekerjasama dengan
semua orang, karena masyarakat ini sudah bobrok tidak tertolong lagi, sudah
tidak ada obatnya lagi.”
Setelah
berkata demikian dia kembali bekerja diladangnya tanpa mengubris lagi. Zi Lu
tanpa bisa apa-apa kembali melapor kepada Kong Hu Cu. (桀溺曰 曰 为仲由
曰 是鲁孔丘之徒与
对曰
然
曰滔滔者天下皆是也
是谁以易之
且而与其从辟人之士也
岂若从辟世之士哉 《论语 微子》 jie ni yue, yue , wei zhong you,
yue , shi lu kong qiu zhi du yu, dui yue, ran, yue tao tao zhe tian xia jie shi
ye, shi shui yi yi zhi, qie er yu qi cong bi ren zhi shi ye, qi ruo cong bi shi
zhi shi zai).
Kong
Hu Cu mendengar ini sambil menarik nafas panjang berkata: “Orang adalah mahluk
hidup dalam masyarakat, orang hidup dalam dunia, jika tidak berhubungan dengan
manusia dengan siapa lagi harus berhubungan? Apakah harus berhubungan dengan
binatang? Jika dunia ini sudah tertib teratur, saya sebagai Kongqiu untuk apa
harus mengembara kemana-mana mengajurkan untuk perbaikan dan reformasi? Justru
karena dunia ini sudah tidak teratur dan bermasalah, maka saya harus keluar.....” 鸟兽不可与同群 吾非斯人之徒与而谁与
天下有道 丘不与易也 《论语
微子》
(niaou shou bu ke yu tong qun, wu fei si ren zhi tu yu er shui yu, tian
xia you dao, qiu bu yu yi ye).
Pernah
juga suatu kali, ketika Zi Lu tertinggal rombongan Kong Hu Cu saat mengembara,
dia tidak bisa menemukan gurunya, kemudian bertemu dengan seorang tua yang
sedang membawa alat potong rumput (蓧tiao),
orangtua ini bernama Kakek Hetiao (荷蓧仗人Hetiao zhang ren).
Zi
Lu menghampiri si Kakek ini dan bertanya: “Yang terhormat pak tua, mohon tanya
apakah bapak melihat guru saya?” (子路问曰
子见夫子乎
长人曰 四体不勤 五谷不分
孰为夫子 《论语
微子》 Zi lu wen yue , zi jian fu zi
hu, zhang ren yue, si ti bu qin, wu gu bu fen, shu wei fu zi).
Sang
Kakek menjawab dengan kata-kata yang sangat terkenal hingga kini: “Badan ini
sudah lusuh dan lemah apapun tidak tahu, mana tahu gurumu itu siapa.” (四体不勤
五谷不分
孰为夫子si di bu qin, wu gu bu fen, zhi
wei fu zi). Jawaban ini mengadung arti
terpendam yang dalam, dimana bisa memiliki tiga macam arti : Pertama, yang
menunjuk dirinya sendiri Hetiao yang sudah tua ini, nama-nama lembah saja tidak
tahu, mana bisa mengenal guru kamu. Kedua, menyatakan kalian ini orang-orang
lusuh, nama-nama lembah saja tidak tahu, guru kalian itu siapa sih? Ketiga.
Apakah orang yang lusuh itu dan tidak mengenal serta mengetahui lembah-lembah
itu, juga disebut guru?
Apapun
arti dari jawaban diatas ini yang penting setelah Zi Lu bertemu orang ini dia
menyadari bahwa dirinya disindir, dan berkomentar: “Kita ini sebagai orang
bijak mengapa harus mengembara kesana kemari, untuk mencari satu jabatan kecil.
Tujuannya hanya untuk memenuhi kewajiban, sedang apakah masyarakat ini bisa
ditolong atau tidak, atau apakah gagasan kita bisa berhasil tersebarkan atau
tidak, saya juga menyadari bahwa kebanyakan mungkin tidak akan terlaksana. (君子之仕也
行其义也
道之不行已知之矣
《论语 微子》 Jun zi zhi shi ye, xing qi yi
ye, dao zhi bu xing yi zhi yi ).
Jika
sudah mengetahui bahwa gagasannya tidak bisa terlaksana atau sementara tidak
bisa jalan, tapi sekarang kamu coba menyebarkannya untuk apa? Ini bisa ditafsirkan yang pertama untuk
memenuhin kewajiban bahwa sebagai seorang bijak adalah untuk mengajarkan budi
dan tata-krama, walaupun tahu keadaan tidak terobati, tapi justru akan terus
mengobatinya. Atau dengan kata lain bahwa meskipun gagagsannya sementara tidak
akan diterima, tapi kita tetap akan menyebarkan gagasan yang diyakini baik.
Yang kedua mereka masih yakin bahwa masyarakat kala itu masih bisa ditolong,
untuk diperbaiki melalui gagasan-gagasan mereka.
Ini
adalah rasa kebajikan. Hal ini merupakan perbedaan pandangan pertama antara
Konfusianis dan Daois yaitu : Apakah keadaan bisa diperbaiki atau tidak dapat
diperbaiki. (天下有药可救 还是无药可救 tian xia you yao ke jui , hai
shi wu yao ke jiu)
Perbedaan yang kedua adalah
: Untuk menolong keadaan atau menolong diri sendiri (是拯救天下
还是拯救自己zheng jiu tian xia, hai shi zheng
jiu zi ji.) Jawabannya sebenar tidak sulit, karena
Konfusianis masih menaruh harapan bahwa keadaan masyarakat masih bisa
diperbaiki, maka perlu proaktif untuk melakukan sesuatu. Sedang Daois melihat
keadaan sudah tidak bisa diperbaiki, maka untuk apa berbuat sia-sia, lebih baik
menolong diri sendiri dalam keadaan yang demikian ini. Pandangan ini sebenarnya
milik Yang Zhu (杨朱) , tokoh ini merupakan tokoh
Daois yang pertama yang sangat menonjol.
Perlu
dijelaskan disini bahwa dalam kurun waktu dinasti Qin & Han{秦汉}(Qin tahun 221-205SM ;
Han206SM-220M), Daoisme dibagi menjadi 3 periode:
1.
Periode
pertama diwakili oleh Yang Zhu (杨朱)
2.
Periode
kedua diwakili oleh Lao Zi (老子)
3.
Periode
ketiga diwakili oleh Zhuang Zi (庄子)
Tokoh
Yang Zhu kurang dikenal oleh kita sekarang, tapi sebenarnya pada zaman
‘Peperang Negara-negara’ beliau ini tokoh yang sangat terkenal. Mensius pernah mengatakan bahwa pada zamannya
beliau masih hidup, pikiran, gagasan dan pandangan orang Tiongkok saat itu
hanya terbagi dua. Setuju dengan Yangchu atau setuju dengan Moti. ( 杨朱墨藋之言盈天下 天下之言不归杨
则归墨
《孟子 藤文公下》
yang zhu mo di zhi yan ying tian xia, tian xia zhi yan bu gui yang, ze
gui mo).
Sedangkan
gagasan Yang Zhu dan Moti benar-benar berbalikan, saling bertentangan. Seperti
diketahui Moti mengusulkan ‘Cinta Universal’, Yang Chu mengusulkan ‘sehelai
bulupun tidak dipekenankan dicabut atau dikorbankan’(一毛不拔 yi mao bu ba).
Tapi
sungguh sayang usulan Yang Zhu ini hingga kini masih belum ditemukan karangan
asli beliau, hanya bisa didapati dari cuplikan-cuplukan dari sastrawan dan
pemikir-pemikir lain yang menulis cuplikan kata-kata beliau.
Disini
akan dicuplik dari karangan Mensius,
kata-kata Yangchu sebagai berikut: “Jika dikatakan demi kebaikan dunia
untuk mencabut sehelai bulu badan saya, saya tidak akan sudi.” (拔一毛而利天下
不为也
《孟子
尽心上》ba yi mao er li tian xia, bu wei
ye). Cuplikan lain terdapat dalam
karangan buku Han Fei Zi yang mengatakan “Walaupun untuk kepentingan dunia, tidak
harus mencabut sehelai bulu badan saya” (不以天下大利 易其胫一毛 《韩非子 显学》 bu yi tian xia da li, yi qi jing
yi mao).
Pandangan
ini mendapat kritikan habis sepanjang sejarah, karena dipandang sebagai gagasan
egoisme yang ekstrim. Namun yang menjadi pertanyaan mengapa gagasan yang
dianggap egoisme ekstrim, tapi bisa menjadi gagasan yang sangat diminati dan
digandrungi pada masa itu? Ini menunjukkan bahwa pandangan Yang Zhu ini pasti
ada alasan dan argumentasi khususnya. Maka perlu kiranya kita coba menggali
secara lebih adil dan rasional apa kiranya yang menjadi gagasan Yang Zhu ini.
Diatas
kita telah kemukakan bahwa selama ini masih belum menemukan teks asli dari
karangan Yang Zhu, hanya bisa didapat dari cuplikan-cuplukan kata-katanya dari
karangan orang lain. Para cendikiawan menemukan cuplikannya dari buku “Liezi”《列子》(lie zi) *2
yang menulis satu Bab tentang Yang Zhu 《杨朱篇》(yangzhu pian) dimana tercatat gagasan dan pandangan
dari Yang Zhu.
Antara
lain ada yang menceritakan bahwa Moti mempunyai murid senior yang bernama Qin
Gu Li (禽骨釐) menemui Yangchu untuk bertanya
jawab.
Qinguli
bertanya: “Tuan, jika dari badan tuan dicabut sehelai bulu, hanya sehelai bulu
saja untuk menolong seluruh dunia, sudikah tuan?”.
Yanghcu
menjawab; “Dunia begitu besar, mana mungkin ditolong dengan sehelai bulu? Tidak
mungkin….”
( 禽子问杨朱曰
去子体之一毛
以济一世
汝为之乎
杨子曰
世固非一毛之所济
子不达夫子之心《列子 杨朱篇》qin zi wen yang zhu yue, qu zi ti
zhi yi mao, yi ji yi shi, ru wei zhi hu, yang yue, shi gu fei yi mao zhi suo
ji, zi bu da fu zi zhi xin. 禽曰
假济
为之乎 《列子 杨朱篇》qin yue , jia ji, wei zhi hu).
Qinguli
bertanya lagi: “Yang kami maksud adalah ‘Jika’, jika dengan mencabut sehelai
bulu anda bisa menolong dunia, sudikah anda?”.
Yang
Chu tidak menggubrisnya dan Qinguli pergi keluar. Diluar dia bertemu dengan
Meng Sun Yang (孟孙阳) salah satu murid Yang Zhu dan
menceritakan pembicaraan itu, karena dia masih belum bisa mengerti
maknanya.
Qinguli
bertanya: “ Maksud guru kalian itu, sebenarnya apa sih...?”. Meng Sun Yang sambil menghela nafas menjawab: ”Kalian belum mengerti guru kami
yang begitu pahit dan sedih dalam hatinya, marilah saya coba jelaskan.....
misalnya saya pukul kamu sekali dan saya beri kamu sepuluh ribu tail uang,
maukah kamu?”.
Qinguli
menjawab: “OK. Jelas saya mau.”.
Meng
Sun Yang bertanya lagi ; “Jika saya potong satu kaki kamu, saya kasih kamu satu
negara, maukah kamu?”. Qinguli
akhirnya diam tidak menjawab.
Lalu
Meng Sun Yang berkata: “Ya itulah.... sehelai bulu badan dibandingkan dengan
satu kaki sebenarnya tidak sebanding, itu terlalu kecil bagi sehelai bulu tapi
tanpa ada bulu maka tidak akan ada kulit, tidak ada kulit maka tidak akan ada
otot, tidak ada otot maka tidak akan ada kaki dan tangan, tidak ada kaki tangan
maka tidak akan ada badan, tidak ada badan maka tidak akan ada nyawa. Sehelai
bulu juga bagian dari badan dan nyawa, jadi merupakan suatu kesatuan. Bagaimana
kamu boleh karena bulu itu kecil lalu tidak dilihat dalam mata? Satu kaki kamu
anggap itu berharga dan sehelai bulu tidak kamu hargai, jika memang itu adalah
satu bagian dari satu kesatuan dari badan, seharusnya kamu hargai dan sayangi
secara adil dan sama berupa satu kesatuan.”
Diatas
adalah sepotong tanya jawab antara Motis dan Yang Zhu dan murid Yang Zhu yang tercatat
dalam buku Liezi《列子 杨朱篇》(qin yue , jia ji, wei zhi hu). Ada sebagian dari orang yang menganggap
buku ini tidak otentik, tetapi walaupun bagaimanapun kata-kata ini masuk akal.
Maknanya perlu kita camkan dalam-dalam......
Menurut
cendikiawan dalam buku [Liezi{列子}] tentang dialoque Meng Sun Yang,
mempunyai tiga prinsip dasar dan ke-otentikan :
Pertama.
Jangan mulai bicara sembarangan (口子不能乱来gou zi bu neng luan lai). Maksudnya untuk semua masalah janganlah
dimulai bicara dengan kata sembarangan, karena kata-kata yang mula-mula
diucapkan akan berakibat dengan urutan berikutnya, sesuai menurut hukum logika.
Dalam
konteks dialoque diatas, mulanya kita akan mengorbankan sehelai bulu, kemudian
secuil kulit, berikutnya mengorbankan jari, kemudian boleh mengorbankan satu
kakinya, selanjutnya boleh mengorbankan badan dan nyawanya. Maka membuka mulut
jangan dimulai dengan kata-kata sembarangan. Untuk tidak memulai dengan kata
yang salah, karena bisa-bisa akhirnya mengorbankan nyawa dirinya.
Maka
dari itu pada prinsipnya ‘sehelai bulupun tidak boleh dikorbankan’. Saat Qinguli ditanya untuk dipukul sekali
diberi sepuluh ribu tail uang, ia menjawab ya, tapi saat ditanya untuk
mengorbankan satu kaki untuk ditukar dengan negara, dia ragu tidak berani
menjawab.... karena dia menyadari jika berani menjawab setuju, maka akan
ditanya lagi, apakah mau dipenggal kepalanya untuk ditukar dengan dunia.....
Ini menekankan sekali lagi bahwa ‘Jangan memulai bicara dengan sembarangan kata’.
Kedua.
Jangan meremehkan yang kecil (局部不可小看ji bu bu ke xiao kan). Dalam membicarakan konteks
kepentingan makro dan mikro, Yangzhu memberitahu bahwa kepentingan makro itu
terdiri dari kesatuan dari banyak kepentingan mikro menjadi satu, jika sekarang
kamu mengorbankan satu kepentingan mikro, besok mengorbankan satu lagi
kepentingan mikro, lusa sekali lagi, akhirnya semua kepentingan mikro
dikorbankan, akibatnya semua mikro habis dikorbankan, apakah itu bukan tidak
sama dengan makronya juga habis dikorbankan, jadi semua kesatuannya juga habis
dikorbankan.... maka dikatakan ‘Jangan meremehkan yang kecil’.
Ketiga.
Jangan menganggap rakyat kecil bukan manusia (别把小民不当人bie ba xiao ren bu dang min). Jika logika diatas
ditrapkan dalam kepentingan masyarakat luas, maka janganlah mengorbankan
kepentingan rakyat kecil dan menganggap mereka bukan manusia. Jadi jangan menganggap rakyat kecil bukan
manusia, karena suatu masyarakat atau negara terdiri dari banyak
manusia-manusia, seperti bulu dibandan kita, dengan kata lain ‘satu helai
bulupun tidak bisa dikorbankan’. Jika
boleh mengorbankan satu manusia sekarang, besok juga boleh, lusa juga boleh,
maka akhirnya semua boleh dikorban hingga habis...
Selain
itu Yang Zhu masih mengatakan: ”Jika kita ingin mengabdi kepada rakyat jelata,
dan mengorbankan dirinya sendiri untuk memuaskan dunia, opini itu adalah salah.
Lebih lagi jika mau mengambil semua kepentingan dunia untuk kepentingan dan
kenikmatan seseorang opini itu lebih salah lagi”.
Sebenarnya
kata-kata Yangzhu ini untuk mengeritik penguasa pada kala itu, penguasa kala
itu menganggap kepentingan dunia untuk para penguasa, bukan untuk rakyat.
Seolah-olah kekayaan negara dan dunia adalah milik mereka (raja dan bangsawan
penguasa). Inilah yang dinamakan egois ekstrim.
Jadi kemauan Yang Zhu ialah setiap individu atau insan mempunyai
kedudukan yang sama sederajat dalam masyarakat, individu dalam masyarakat
siapapun dia tidak boleh dikorbankan. Masyarakat tidak boleh mengorbankan
individu, demikian juga individu tidak boleh dikorbankan untuk masyarakat.
Pada
kala itu rakyat kecil selalu menjadi korban, dimana rakyat diharuskan
mengorbankan kepentingannya dengan mengumpulkan harta bendanya untuk diserahkan
kepada penguasa, demi kepentingan segelintir kaum penguasa dan raja untuk
kepuasan mereka. Sebetulnya ini yang benar-benar disebut ‘egois ekstrim’.
Yang
Zhu sebenarnya mengetahui akan latar bekalang dari tendensi Raja dan Penguasa,
dimana untuk kepentingannya, maka mengharuskan rakyat kecil untuk berkorban.
Tapi sebenarnya pengorbanannya hanya untuk kepentingan Raja dan para penguasa.
Jadi beliau mengajurkan kepada rakyat jelata untuk ’Sehelai bulupun tidak boleh
dikorbankan (一毛不拔 yi mao bu ba)’. Inilah ekspresi
dan arti sebenarnya dari pemikiran dan gagasan Yang Zhu.
Tapi
sejarah kadang salah mengartikan akan gagasan beliau dengan mengatakan ’Sehelai
bulupun tidak boleh dikorbankan (一毛不拔 yi mao bu ba)’ adalah “egois ekstrim”, ini
sebenarnya fitnah yang dibuat oleh para penguasa. Dan kita harus memulihkan
nama baiknya dengan melihat kenyataan sejarah yang sebenarnya.
Menurut
Yang Zhu, ‘Individu dan Masyarakat harus setara’, masyarakat dan individu
saling tidak dikorbankan. Masyarakat yang ideal adalah manusia sebagai individu
dalam masyarakat tidak harus mengorbankan kepentingan pribadinya. Negara dan
masyarakatnya juga tidak mengorbankan kekayaan negaranya untuk dijadikan
kekayaan pribadi penguasanya. Jika setiap orang tidak perlu mengorbankan
kepentingan pribadinya, setiap orang tidak perlu menyerahkan kekayaan dan
kepentingan pribadinya untuk masyarakat, maka masyarakat yang demikian ini
adalah masyarakat yang paling ideal didunia menurut Daois/ Taois(道家daojia).
(损一毫利天下不与也
悉天下奉一身不取也 人人不损一毫 人人不利天下 天下治矣 《列子 杨朱篇》sun yi hao li tian xia bu yu ye, xi tian xia feng yi
shen bu qu ye, ren ren bu sun yi hao, ren ren bu li tian xia , tian xia zhi
yi).
Gagasan
Daois adalah ‘Tidak Berbuat Apapun, Tapi Apapun Telah Dilakoni’ (无为而无不为 wu wei er wu bu wei). Dengan pendek kata pemikiran Yang Zhu dapat
disimpulkan ‘Setiap individu tidak perlu mengorbankan diri, setiap individu
juga tidak boleh dikorbankan’(无利而无不利wu li er wu bu li).
Apakah
masyarakat yang demikian ini dapat diwujudkan? Menurut Konfusianis masyarakat
yang ideal demikian tidak mungkin bisa diwujudkan. Tapi Daois berpendapat bahwa
ini dapat diwujudkan.
Inilah
yang menimbulkan perbedaan dan pertentangan pendapat antara Konfusianis dan
Daois yaitu :
Semangat
dan proaktif atau Pasif dan acuh (积极有为
还是消极无为 ji ji you wei , hai shi xiao ji
wu wei).
Sehingga
masuklah Daoisme dalam Periode kedua dan ketiga dalam sejarah Tiongkok. Dan berikutnya kita akan masuk pada Periode
Kedua dan Ketiga dari Daoisme yang diwakili oleh Lao Zi 老子dan Zhuang Zi庄子, serta perbedaan dan
pertentangan dengan Konfusianisme.
Ikutilah
tulisan berikutnya......
(
Bersambung .......... )
*1.
Raja Yao尧
bermarga Yi伊祁, bernama Fang 放勋, tahun 2377SM, lahir di 唐地伊祁山, masa kecil
ikut Ibunya hidup didaerah庆都山一带. Umur 15 tahun menjadi kepala
darah di 唐县封山下. Umur 20 tahun saudaranya 帝挚(sebagai ketua
dari klan2 kala itu) menyerahkan kedudukannya kepada Yao尧. Akhirnya menjadi Raja Yao尧 hingga umur 70
tahun menyerahkan tahtanya kepada Shun 舜, umur 90
menjadi ‘petapa’, umur 118 tahun wafat.
*2. http://baike.baidu.com/view/6317.htm Lie
Zi列子
adalah salah satu ahli pikir Daois pada zaman ‘Peperangan negara2’(tahun450SM –
375SM) diluar Laozi dan Zhuangzi. Buku ini terdiri dari 8 Judul. Konon pernah
berguru kepada Guanyizi 关尹子tokoh
yang meminta Laozi menulis Daodejin. Bertapa di negara Cheng郑国
selama 40 tahun tanpa mencari ketenaran dan mengarang buku2. yang hingga kini
diketahui berupa buku2: 《天瑞》、《仲尼》、《汤问》、《杨朱》、《说符》、《黄帝》、《周穆王》、《力命》 dan dijadi satu
buku dengan judul 《列子》Liezi
dan ratusan buku2 cerita fabel antara lain 《黄帝神游》、《愚公移山》、《夸父追日》、《杞人忧天》
列子,战国前期思想家,是老子和庄子之外的又一位道家思想代 表人物,与郑缪公同时。其学本于黄帝老子,主张清静无为。后汉班固《艺文志》“道家”部分录有《列子》八卷。《列子》又名《冲虚经》,(于前450至前 375年所撰)是道家重要典籍。 汉书《艺文志》著录《列子》八卷,早佚。今本《列子》八卷,从思想内容和语言使用上看,可能是后人根据古代资料编著的。全书共载民间故事寓言、神话传说等134则,是东晋人张湛所辑录增补的,题材广泛,有些颇富教育意义。
The Liezi (Chinese: 列子; pinyin: Lièzĭ; Wade-Giles:
Lieh Tzu; literally "Master Lie") is a Daoist
text attributed to Lie Yukou, a circa 5th century BCE Hundred Schools of Thought
philosopher, but Chinese and Western scholars believe it was compiled around
the 4th century CE.
Daftar Perpustakaan
-
先秦诸子百家争鸣: 易中天 CCTV
-
经典阅读文库 ---- 论语 李薇/主编
-
经典阅读文库 ---- 道德经 李薇/主编
-
中国古典名著精品 ---- 菜根谭 洪应明 著
-
Internet
: http://friesian.com/confuci.htm :
Confucius
-
孔子 -----
維基百科,自由的百科全書 Internet
-
网址:http://www.popyard.org
-
中国人生叢书 -----
墨子的人生哲学 杨帆/主编 陈伟/著
-
Internet
: http://baike.baidu.com
-
The
Sayings of Mensius / 英译孟子 史俊赵校编
-
南华经 庄子 周苏平 高彦平 注译 安徽人民出版社
-
庄子 逍遥的自由人 林川耀 译编 出版者 :常春树书坊
-
http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml 春秋五霸之---晋文公
-
“When
China Rules The World - The rise of
middle kingdom and the end of the western world” by Martin Jacques ALLEN LANE an imprint of
Penguin Book, First Published 2009
No comments:
Post a Comment