Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung
dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid III
( 6 )
Pembahasan Atas
Konfusianisme dan Daoisme
儒道是非之评论
Seperti
telah dikemukakan ditulisan lalu bahwa Konfusianis mengusulkan ‘Berbuat’(有为you
wei) dan Daois mengusulkan ‘Tidak Berbuat’(无为wu wei), mana
kiranya yang benar dan salah.
Sebelum
membicarakan ini baiklah kita bahas kenapa kaum Daois mengusulkan ‘Tidak
Berbuat’? Alasannya ada tiga :
Pertama.
Mereka mengira bahwa zaman kuno itu adalah ‘Tidak Berbuat’(古代无为gu
dai wu wei).
Kedua.Mereka
mengira bahwa Dao itu adalah ‘Tidak Berbuat’(道无为dao wu
wei).
Ketiga.
Mereka mengira bahwa Alam itu adalah ‘Tidak Berbuat’(天无为tian wu wei)
Daois
menganggap zaman dulu ‘Tidak Berbuat’ dan zaman sekarang adalah ‘Berbuat’,
‘Tata tertib’ Dao道 ‘Tidak berbuat’
dan ‘Tata Cara’ De德 itu ‘Berbuat’,
Alam itu ‘Tidak Berbuat’ , tapi manusia itu ‘Berbuat’.
Sehingga
terjadinya pertentangan antara Kongfusianisme dan Daoisme dikarenakan adanya
tiga hal.
Pertama,
pertentangan antara Masa Kuno dan Masa Kini (古今之争gu jin zhi
zheng).
Kedua,
pertentangan antara ‘Tata Tertib’ dan ‘Tata Cara’(道德之争dao de zhi
zheng).
Ketiga,
pertentangan antara Alam dan Manusia(天人之争tian ren zhi
zheng)
Pertentangan
antara Masa Kuno dan Masa Yang Lebih Kini (古今之争gu jin zhi
zheng) :
Jika
dilihat sepintas pertentangan Konfusianisme dan Doisme adalah pertentangan masa
kuno dan masa yang lebih kini, sepertinya akan kurang begitu tepat, karena
Konfusianisme, Motisme, Daosime mempunyai suatu kecendrungan yang sama, yaitu
“kembali ke zaman kuno”. Semua
mengusulkan untuk kembali ke zaman yang telah lewat, hanya jarak masa
kembalinya berbeda. Kong Hu Cu menginginkan kembali pada Dinasti Zhou(周)
; Moti menginginkan kembali pada zaman
Kaisar Da Yu (大禹) ;
Daois menginginkan kembali pada zaman jauh sebelumnya, yang paling kuno
(远古yuan
gu). Satu-satu nya yang mengusulkan
untuk menyongsong masa yang akan datang adalah Kaum Legalis.
Maka
dapat dikatakan bahwa pertentangan antara Konfusianis dan Daois adalah
pertentangan antara masa kuno dekat dan masa kuno lama. Timbul pertanyaan
kenapa Konfusianis, Motis, dan Daois mengusulkan kembali ke masa yang sudah
lewat? Masalahnya pasti ada penyebab dan alasan tersendiri. Hal ini ada sangkut
pautnya dengan segi psychologis manusia, psychologis manusia ada segi-segi
universilnya. Jika pada saat-saat dimana manusia itu merasa tidak puas dengan
keadaan yang dihadapi masa kini, maka dia akan mendambakan akan zaman yang
telah lewat. Dan merasa ingin kembali pada masa-masa yang telah dilewati
dahulu, merasa yang yang dulu lebih baik. Ini memang merupakan persaaan
universil manusia. (Penulis masih sering mendengar cerita dari orang-orang tua
sekarang mengatakan bahwa “pada zaman normal”(zaman Belanda) dulu lebih enak dari
zaman sekarang. Masa Order Baru lebih baik dari Masa “Reformasi” sekarang)
Perlu
diperhatikan dalam konteks ini masalah kejiwaan manusia perlu dipertimbangkan,
dimana pikiran sering mengalami filterisasi, seringkali orang lebih mudah tidak
mengingat peristiwa yang yang tidak menyenangkan dibanding dengan hal-hal yang
menyenangkan, ingatan akan hal yang baik-baik dan menyenangkan sering
diperbesar. Ini merupakan hal yang normal dalam kejiwaan manusia.
Kembali
pada permasalahan diatas, Daois dan Konfusinais mengatakan bahwa zaman tribal
primitif yang disebut Dunia Da Tong (大同) itu apakah
memang baik? Sebenar tidaklah demikian. Mungkin dalam internal satu Tribal bisa
baik seperti dunia Da Tong, mereka bisa hidup seperti sosialis primitif dimana
hubungan antar mereka sangat baik, tidak ada konflik dan suasana hormonis. Tapi
bagaimana hubungannya antara golongan tribal yang satu dengan yang lainnya,
tidaklah demikian, antar tribal yang satu dengan tribal lainnya saling bunuh
membunuh, bahkan saling kanibal satu sama lain.
Seperti
menurut catatan sejarah Kaisar-kaisar Huangdi (黄帝) dan Yandi (炎帝)
saling berhantam,dan Yan Huang (炎黄)
berhantam dengan Chi You (蚩尤), perang itu
tidak saja terjadi hanya pada zaman ‘Peperangan Musim Semi dan Gugur” saja,
tetapi telah terjadi jauh sebelumnya.
Jika
kita melihat hasil penelitian kaum sejarahwan dan antropolog untuk kehidupan
pada zaman tribal primitif dapat terlihat bahwa yang tua akan hidup hingga
akhir hayatnya, yang muda tegap dan kuat, yang balita tumbuh kembang dengan
baik, tapi ini terjadi jika keadaan alam baik tidak ada musibah dan bencana
alam. Begitu ada becana alam kekeringan, atau panen gagal, maka orang tua akan
dibunuh, balita akan dibuang.
Berdasarkan
penelitian, banyak bukti bahwa pada
kehidupan tribal primitif masih ada kanibalisme, yang dimakan biasanya adalah
musuh dari tribal lain dan orang tua dari lingkungan sendiri. Karena orangtua
sudah tidak ada gunanya lagi, tidak produktif lagi, jadi patut dikorbankan
untuk kelangsungan kehidupan tribal.
Belum
lama ini masih ada cerita di Jepang dimana orang tua yang sudah rentah pergi
sendiri kehutan dan gunung untuk mati. Di Eskimo kutub utara juga masih ada
cerita orangtua renta pergi sendiri ke padang salju untuk menunggu dimangsa
beruang kutub. Puluhan tahun yang lalu di Papua juga masih terjadi kanibalisme,
hingga kini antar suku masih sering berperang.
Hal ini terjadi karena produksi makanan berkurang, akibat bencana atau
perubahan alam, untuk menjamin kelangsungan hidup tribal, terutama bagi
orang-orang yang masih produktif agar bisa berproduksi dikemudian hari.
Sedang
dikatakan bahwa malam hari pintu tidak ditutup dan dijaga tidak ada yang mau mencuri,
sebenarnya karena memang tidak ada sesuatu yang bisa dicuri. Maka janganlah
dibayangkan bahwa kehidupan ‘Tribal Primitif’ itu begitu baiknya. Demikian juga
janganlah dilihat bahwa perkembangan dan kemajuan peradaban menjadi sumber
penyebab keburukan masa yang berlangsung. Ketertinggalan dan kemiskinan barulah
yang menjadi sumber segala kekacauan dan bencana.
Disini
kita bisa melihat bagaimana keadaan Jakarta masa kini, gara-gara kecelakaan
kecil dijalanan antara motor atau mobil bisa ribut besar dan saling
pukul-pukulan, penyebabnya karena kendaraan dianggap menjadi barang yang sangat
berharga melebihi badannya sendiri, kendaraan lecet menjadi sakit, harus
ditebus dengan kelecetan badan yang berdarah-darah, atau mengharapkan
penggantian uang yang kadang tidak setimpal. Selain itu dengan ada keributan
maka kesempatan bagi pencopet dan sebangsanya untuk mencuri barang miliki orang
lain.
Anatara
satu kampung dan kampung sebelah terjadi tawuran, hanya gara-gara sepele, yang
menurut ukuran akal sehat dan peradaban sekarang sehrausnya tidak perlu
terjadi. Ini terjadi karena kemiskinan yang medorong mereka melupakan moralitas
dan peradaban.
Tidak
demikian jika ini terjadi di negara yang telah maju, kecelakaan lalu lintas
bisa ditangani dengan kepala dingin, karena ada badan asuransi atau badan lain
yang mengaturnya. Ini terjadi karena sudah beradab dan sudah kaya, mekanisme
sosial sudah teratur.
Jadi
dalam konteks ini kemajuan adalah suatu yang mutlak diperlukan dalam peradaban
untuk menuju ketidak kacauan. Jadi bukanlah seperti yang diinginkan kaum Daois
bahwa dengan kembali ke peradaban “Da Tong” atau masyarakat tribal primitif,
lalu bisa menyelesaikan masalah kekacauan. Kembali kemasa yang demikian total
bukanlah suatu solusi yang benar. Demikian juga masyarakat tribal primitif
bukanlah “Tidak Berbuat’(无为wu wei)
bagaimanapun tetap ‘Berbuat’(有为you wei).
Sedang
dalam dunia binatangpun tetap saja ada pertentangan dan persaingan, saat mating
atau mencari pasangan untuk berlangsungnya keturunanan, binatang jatan bisa
bertarung seksamanya, hanya binatang saat sudah menang dan lawan lari, maka
pemenang tidak mengejar lagi. Tidak demikian halnya dengan manusia, yang akan
mengejar terus dan menjungkirkan balikan pihak lawan dan mengijak-ijak hingga
tidak bisa bangun lagi.
Namun
usulan Daois masih mengadung suatu kebenaran, seperti yang Laozi katakan
tentang kebijaksanaan negara : Dengan artian lain menghendaki pemerintahan yang
kecil untuk mayarakat yang besar. Dalam masalah politik penguasa jangan terlalu
banyak berintervensi, biarkanlah rakyat berkembang menurut kreatifitasnya. Jika penguasa diam-diam saja maka rakyat akan
berkembang sendiri, jika penguasa diam-diam saja maka rakyat akan teratur
sendiri, jika penguasa tidak banyak cari masalah maka rakyat akan makmur
sendiri, jika peguasa tidak mencari kelebihan,
maka rakyat juga akan tidak mencari peluang.
(我无为而民自化 我好静而民自正 我无事而民自富 我无欲而民自朴《老子57章》Wo wu wei er min
zi hua, wo hao jing er min zi zheng, wo wu shi er min zi fu, wo wu yu er min zi
pu).
Dalam
masalah politik penguasa jangan terlalu banyak berintervensi, biarkanlah rakyat
berkembang menurut kreatifitasnya. Jika
penguasa tidak banyak mengintervensi macam-macam, maka rakyat bisa memenuhi kebutuhannya
sendiri. Yang berarti masyarakat yang
besar cukup dengan penguasa yang kecil saja.
(君无为则民自为 君不治则民自治 君不给则民自足《老子57章》 Jun wu wei ze min zi wei, jun bu zhi ze min
zi zhi, jun bu ju(gei) ze min zi zu).
Pertentangan antara ‘Tata Tertib’ dan
‘Tata Cara’(道德之争dao de zhi zheng)
Daois
mengemukakan bahwa Dao itu ‘Tidak Berbuat’无为 dan De itu
‘Berbuat’有为, masalahnya
mengapa? Karena menurut Daois ‘Tata Tertib’ dan ‘Tata Cara’ ada tiga pengertian
seperti berikut :
-
Dao道
adalah ‘tata tertib’ , dan De德 adalah ‘tata
cara’. (道是规律 德是方式 dao shi gui li
, de shi fang shi)
-
Dao道
adalah masa kuno lama, dan De德 adalah masa
kuno yang lebih dekat. (道是远古 德是近古dao shi yuan gu,
de shi jin gu)
-
Dao道
adalah idaealisme dan De德 adalah
realitas. (道是理想 德是现实dao shi li
xiang, de shi xian shi)
Menurut
pandangan Daois ‘Tata Tertib’ (道dao) lebih
tinggi dari ‘Tata Cara’ (德de); Masa Kuno
Lama (远古yuan gu) lebih
baik daripada Masa Kuno Yang Lebih Dekat
(近古jin
gu) ; Idelaisme (理想li xiang) lebih
baik daripada Realitas (现实xian shi). Maka
Daois memilih Dao道 dan tidak
memilih De德. Memilih ‘Tidak Berbuat’(无为wu
wei) dan tidak memilih ‘Berbuat’(有为you wei).
Sedang
Kongfusianis lebih menekankan akan ‘Realitas’ , mereka sama juga menganggap
bahwa masyarakat “Da Tong” atau tribal primitif itu baik, hanya menurut mereka
keadaan itu tidak bisa untuk dikembalikan lagi, ini adalah tidak realistis.
Maka
mereka berpendapat bahwa pada kala itu hanya bisa untuk mempertahankan De德.
Dengan mengusulkan “mempertahankan De dulu, kemudian baru untuk mendapatkan Dao道”
(保德以求道bao
de yi qiu dao). Dengan mempertahankan De untuk mencapai Dao, bukan dengan
langsung menlonpat ke Dao. Ini juga salah satu perbedaan antara Konfusianis dan
Daois. Dao adalah idaealisme dan De
adalah realitas. (道是理想 德是现实dao shi li
xiang, de shi xian shi).
Jadi
Daois menginginkan kembali langsung ke Dao, sedang Konfusianis mempertahankan
De.
Dengan
prinsip seperti diatas ini maka cendikiawan menilai bahwa “Kaum Daois berjiwa
besar (道家大气dao jia da qi),
dan Kaum Kongfusianis realistis (儒家实在ru jia shi zai).
Memang jika dilihat Laozi dan Zhuangzi ada persamaan bersifat jiwa besar,
karena prinsip mereka bagaimanapun harus dilaksanakan. Jika dilaksanakan tapi
tidak bisa terlaksana lebih baik tidak usah dilaksanakan.
Dengan
membaca buku “Zhuangzi” dapat dilihat bagaimana beliau melukiskan manusia dan
alam semesta, pandangannya sangat luas sekali, dalam buku ‘Musim Gugur” (秋水篇Qiu Shui Pian)
ada ditulis demikian.
Saat
musim gugur tiba, air pasang tepat datang pada waktunya, bergermuruk datang
dari semua anak-anak sungai masuk kedalam sungai Kuning (Huanghe). Saat itu
aliran sungai menjadi besar dan muka air jadi melebar (泾流之大jing liu zhi
da), melebar luas sekali.... (秋水时至 百川灌河《庄子 秋水篇》qiu shui shi
zhi, bai chuan guan he).
Lebarnya
dilukiskan sebagai berikut : jika kita
berdiri ditepi sungai atau berdiri disalah satu pulau delta ditengah sungai
melihat ketepi sungai, melihat ternak dipinggir sungai tidak bisa membedakan
ternak itu sapi atau kuda.....(不辨牛马bu bian niu ma)
karena jauhnya. Saat ini “dewa sungai kuning” terlihat sangat senang sekali, (欣然自喜xin
ran zi xi) dan berseru “Betapa cantiknya dunia ini, seolah semua kecantikan
berada disini, aku benar-benar berada ditempat yang paling cantik didunia” (以天下之美为尽在已《庄子秋水篇》tian xia zhi mei wei jin zai yi).
Kemudian
dengan hati senang dan bangga menghanyutkan diri mengikuti aliran sungai hingga
kelaut utara (muara sungai Kuning/Huanghe)...saat tiba di Laut Utara beliau
melihat... air laut tidak terlihat tepiannya....sama sekali tidak melihat
apapun di kejauhan... selebar-lebarnya sungai Huanghe masih bisa saya melihat
ternak-ternak ditepian seberang sungai, tetapi dilaut ini sama sekali tidak
terlihat garis tepian seberang lautan.... saat ini dewa sungai lebih girang
lagi... sambil menghela nafas berseru : “Haiii... hari ini jika saya tidak tiba
di laut utara, bisa-bisa saya ditertawai orang bijak yang mendapatkan Dao
itu.... saya benar-benar sangat sok pintar saja...’ saat itu dewa Laut Utara
muncul dan berkata : “ Kamu jangan kira saya ini yang terbesar, saya ‘laut
utara’ ini hanya berada diantara dunia, seperti sejumput rumput dan sebuah
kerikil saja dipegunungan, langit dan dunia adalah yang terbesar...” yang
berpengertian kamu kira dirimu besar, tapi masih ada lagi yang lebih besar,
yang terbesar masih ada lagi yang lebih besar.... yaitu “Dao”. Dao yang terbesar, setelah itu barulah bumi
dan langit. Dengan demikian kita manusia ini apa artinya, jika dibandingkan
dengan semua ini. Kita dengan Huanhe saja sudah tidak sebanding, sedangkan yang
lebih besar dari Huanghe masih ada Laut Utara, kemudian Alam Semesta atau Dao,
setelah itu baru langit. Kita sebagai manusia untuk apa merasa pantas membanggakan
diri menyatakan bahwa dirinya hebat dan terbaik..... dengan Huanghe saja sudah
tidak sebanding.....
Apa itu
yang dinamakan Tiga Maha Raja dan Lima Kaisar (三王五帝san wang wu di),
apa itu Konfusianis, Motis, kalian disana membanggakan diri, dengan
mengemukakan teori-teorinya tanpa henti-hentinya, dikira kebenaran dunia sudah
kalian kuasai. Padahal jika kalian dibandingkan dengan dunia dan langit serta Dao,
kalian itu seperti sehelai bulu pada badan kuda. Untuk apa kalian harus
berbangga-bangga mengunggul-unggulkan dirinya sendiri....
(五帝之所连 三王之所争 仁人之所忧 任士之所劳《庄子秋水篇》 San wang zhi suo lian, san wang zhi suo
zheng, ren ren zhi suo you, ren shi zhi suo lao)
Inilah
terlihat “Jiwa Besar” dari kaum Daois, menyatukan dirinya dengan Dao.
Maka
Laozi mengatakan panca warna membuat orang jadi buta, panca suara membuat orang
jadi tuli, panca rasa membuat orang jadi pati/mati rasa.
( 五色令人目盲 五色令人耳聋 五味令人口爽《老子13章》 Wu se ling ren mu mang, wu se ling ren er
long, wu wei ling ren gou shuang)
Suatu
yang cantik sebenarnya hanya setitik cantik yang sedikit, yang sangat cantik
hanyalah dari banyak cantik yang sedikit-sedikit disatukan, yang benar-benar
cantik adalah kehampaan atau tiada. Musik dan nada yang tertinggi tidak terdengar
suaranya, bentuk yang tercantik tidak akan terlihat, persegi yang besar tidak
terlihat sudutnya, alat yang sangat besar tidak dibuat. Alat yang sangat besar
adalah bumi dan langit, bumi dan langit jelas tidaklah dibuat atau diciptakan oleh
manusia.
(大音希声 大象无形 大方无隅 大器免成《老子41章》 da yin xi sheng, da xiang wu xing, da fang wu
yu, da qi mian cheng).
Inilah
prinsip dan semangat dari Daois, jika mau berbuat maka harus yang terbaik jika
tidak, lebih baik tidak usah berbuat sama sekali. Sedang Konfusianis lebih
realistis, mereka bukannya tidak mengerti apa yang disebut baik, prinsip dan
semangat mereka adalah jika tidak bisa melakukan yang terbaik, maka terpaksa
harus melakukan yang bukan terburuk.
Semangat
demikian adalah suatu yang sangat realistis, karena memang kenyataan dalam
realitas hidup didunia, kita tidak mungkin bisa melakukan yang terbaik dan
sempurna. Segala hal yang kita lakukan pasti ada kekurangannya, jadi jika
menuntut kesempurnaan akhirnya akan memakan hati sendiri.
Jadi
dalam menyusun strategi pekerjaan janganlah memikirkan untuk yang terbaik,
melainkan lebih baik memikirkan untuk tidak terjadi yang terburuk. Bahkan
kadangkala harus memikirkan bagaimana kesiapan kita untuk mendapatkan hasil
yang terburuk, sehingga jika memang terjadi demikian kita sudah siap mental
untuk dapat menerimanya, namun dalam proses atau dalam perjalanan
sebisa-bisanya menghindari kerugian atau kesalahan, dan berusaha melakukan yang
terbaik. Karena semula sudah siap untuk yang terburuk, jadi jika mendapatkan
sedikit yang lebih baik saja sudah merasa tidak rugi.
Dalam
konteks ini Konfusianis mengusulkan untuk mempertahankan ‘Tata Cara’ (德de)
untuk mengurus negara, jadi mengharuskan mereka untuk bertitik tolak pada
dirinya sendiri dan sekilingnya, memberi contoh dan tauladan kepada lainnya,
jadi mereka benar-benar melakukan menurut realita yang ada.
Tokoh
kaum Konfusianisme diwakili oleh Kong Hu Cu (孔子kong’zi) yang
sifatnya damai; Mensius (孟子meng’zi) yang
berjiwa besar; Xunzi (荀子xu’zi) yang
sifatnya serius dan disiplin. Mereka bertiga ini masing-masing mempunyai pandangan
yang berbeda, tapi secara keseluruhan mereka sangat realitis.
Walaupun
mereka juga memiliki idealisme, tapi jika dibandingkan dengan Daois mereka ini
lebih realitis. Tapi jika dibandingkan dengan kaum Legalis mereka berdua itu
sangat idealis. Konfusianis ada sisi realistisnya tapi juga ada sisi idealisnya
yang tidak mungkin dapat ter-realisir, namun mereka berpikiran realistis.
Misalnya
seperti kata Mensius, masyarakat yang ideal
ialah orang tua yang sudah berumur 50 tahun harus memiliki baju hangat, orang
tua berumur 70 tahun harus memiliki daging untuk dimakan. Ini masih realistis.
Dimana masih terukur dan masih bisa diusahakan, inilah salah satu penyebab
kenapa dikemudian hari kaum Konfusianisme mendapat tempat tertinggi dalam
sejarah Tiongkok.
Didepan
telah diceritakan bahwa Konfusianis mengusulkan mengatasi masalah masyarakat
kala itu dengan ‘Cinta Benevolence’ hal ini adalah tidak mungkin. Jika
di-ibaratkan obat maka resep Konfusianis ini tidak menolong nyawa, tapi
hanyalah seperti supplement saja. Seperti misalnya vitamin.
Setelah
membaca pembahasan diatas “Daois Berjiwa besar” dan “Konfusianis Realitis” ,
akan timbul pertanyaan yang manakah dari mereka yang patut kita panuti?
Cendikiawan menyimpulkan “Untuk menjadi
orang kita belajar dari Daoisme” , “Untuk melakukan sesuatu patut kita ikuti
cara Konfusianisme”.
Menjadi
orang harus seperti Daois berjiwa besar dan tidak banyak perhitungan yang
menjelimet, memasalahkan hal-hal yang kecil-kecil, janganlah karena hal sepele
dan kecil manjadikan kita risau dan bingun, marah-marah, yang bisa menyebabkan psikosomatik. Tapi melakukan sesuatu harus realistik,
jangan terlalu idealis dan bercita-cita terlalu tinggi, apa yang bisa kita
lakukan ya lakukanlah dan jangan muluk-muluk,
dilakukan sedikit demi sedikit dan setapak demi setapak hingga
tuntas....
Pertentangan antara Alam dan Manusia(天人之争tian ren zhi zheng) :
Menurut
pandangan Daois Alam itu “Tidak Berbuat’(天道无为tian dao wu
wei), ciri dari Alam ialah ‘Tidak Berbuat’, karena alam tidak pernah
membutuhkan sesuatu, tidak punya idealisme, tidak punya keinginan, tidak punya
tipu daya, dan ini juga diakui oleh Konfusianisme. Kong Hu Cu pernah berkata :
“Alam mengatakan apa? Alam apapun juga tidak pernah mengatakan apa-apa, alam
juga tidak pernah berbuat apa-apa”. Jadi Alam itu ‘Tidak Berbuat’(道无为dao
wu wei). Tapi masalahnya kita ini bukannya alam (天tian) melainkan
manusia. Apakah jika Alam itu ‘tidak Berbuat’ apakah manusia juga harus ‘Tidak
Berbuat’? Alam itu memang ‘Tidak Berbuat’, tapi Manusia itu harus “Berbuat’.(天道无为 人道有为tian dao wu wei,
ren dao you wei). “Langit kan sudah bicara. Musim Semi, Panas, Gugur,
dan Dingin juga terus berjalan...
Ya, itulah langit sudah bicara....”
(天何言哉 四时行焉 百物生焉 天何言哉《论语 阳货》
Tian he yan zai, si shi xing yan, bai wu sheng yan, tian he yan zai).
Kong
Hu Cu dengan gamblang mengatakan bahwa manusia tidak bisa hidup seperti
binatang atau disamakan dengan binatang. (鸟兽不可与同群niao shou bu ke yu
tong qun)
Dalam
Analek ada cerita tentang Zi Lu, suatu malam tidak dapat masuk dalam benteng
kota, maka dia tidur di luar benteng. Pagi-pagi seorang petugas jaga pintu
benteng kota ketika membuka pintu melihat Zi Lu dan bertanya : “Bapak datang
dari mana ?”.
Zi
Lu menjawab : “Saya baru datang dari tempat Kong Hu Cu”.
Petugas
jaga itu berseru : “ Oh, Kong Hu Cu ! Apakah dia itu yang mengatakan bahwa ‘Sudah jelas tidak bisa
terlaksana, tapi masih juga mau coba melaksanakannya! tapi tidak berhasil....’
(“知其不可而为之”的孔子吗?zhi
qi bu ke er wei zhi de kong zi ma?).
Dari
sini bisa terlihat bagaimana semangat juang Kong Hu Cu, lebih-lebih jika
dibayangkan dimana saat beliau hidup kala itu. Keadaan masyarakat sangat kacau
sekali, tatakrama, sopan santun, aturan main yang berlaku semuanya sudah
ambruk. Namun beliau masih dengan semangat juang yang tinggi dan pantang
menyerah tetap mencoba menyebarkan gagasannya. Beliau berkata : “Jika dunia
dalam keadaan damai dan teratur, saya Kongqiu(Kong Hu Cu) untuk apa harus
bersusah-susah begini untuk menyebarkan tatakrama?”
(天下有道 丘不与易也《论语 微子》tian
xia you dao, qiu bu yu yi ye).
Lehih
lanjut dikatakan : “Justru karena kacau begini baru saya mengembara dan
bersusah-susah menyebarkan tata-krama, jika dunia keadaan damai saya juga ingin
menanam pohon, dan dibawah pohon tersebut berhelahela tiduran dengan nikmat.
Sekarang pohon tersebut sudah hampir roboh, tidurpun tidak akan nyenyak, justru sekarang saya harus menyangga pohon
ini agar tidak roboh. Tidak lain karena saya mempunyai rasa berkewajiban
terhadap masyarakat tersebut. Dalam
masyarakat tersebut haruslah ada orang yang mau perduli dengan keadaan
demikian. Tidak boleh semua orang karena
keadaan begini lalu akan menjadi “Petapa”. Jika semua orang menjadi “Petapa”,
maka masyarakat ini benar-benar akan menjadi dunia binatang termasuk
manusianya.”
Sedangkan
kita tahu bahwa “Petapa” itu ada yang tulen, ada juga yang palsu. Jangan dikira
sudah menjadi “Petapa” dan “Suci” itu lalu dianggap sudah baik, karena ada
‘petapa’ yang asli dan ada yang palsu, ada yang memang benar-benar bersih dan
suci, ada juga yang pura-pura suci dan bersih.
Ini
tidak mudah untuk kita membedakannya.
“Petapa” asli biasa tidak banyak bicara, karena sudah menjadi pilihan
hidupnya sendiri, ini patut dihargai. Jika ada seorang ingin tenang hidup
menyendiri untuk mencari kedamaian, kita harus menghormati pilihannya.
Dalam
hal ini kita harus ikut mendukung semangat Kong Hu Cu yang “Sudah jelas tidak
bisa terlaksana, tapi masih juga mau coba melaksanakannya! tapi tidak
berhasil.... (“知其不可而为之”zhi qi bu ke er
wei zhi)”.
Karena
dengan semangat demikian dan dengan ketauladanan dirinya serta disiplin tinggi,
maka pada akhirnya akan dipanuti oleh masyarakat. Dalam keadaan yang demikian
jika semua orang pada tidak perduli, akhirnya akan semakin runyam, harus ada
yang berani tampil untuk memperbaiki keadaan. Lebih-lebih kita ketahui bahwa
Kong Hu Cu itu bersemangat begitu, tidak mengharapkan untuk keuntungan pribadi.
Beliau walaupun mengusulkan ‘Berbuat’ tapi tidak menuntut apa-apa sebagai
imbalan untuk dirinya.
Perjalanan
sepanjang hidupnya hanya ingin mengabdi kepada masyarakat dengan ketulusan
hatinya. Maka beliau berkata : “Saya sebagai seorang bijak, seorang shi士(professional
freelancer), saya harus menyebarkan dao道, ini kewajiban
saya, adalah tugas saya, dan sudah menjadi garis kehidupan saya, sedang apakah
itu bisa berhasil atau tidak ? Terserah “Tian” yang menentukan....”
(道之将行也与 命也 道之将废也与 命也《论语 宪问》 Dao zhi jiang xing ye yu, ming ye, dao zhi iang fei ye yu, ming ye).
Inilah
yang dimaksud dengan “Konsep Nasib” atau
“Tian Ming” (天命观 tian ming guan)
dari kaum Konfusianisme.
Dan
konsep ini sangat ditentang oleh Motisme. Karena menurut mereka jika
mengadalkan “Konsep Nasib” atau “Tian Ming” (天命观 tian ming
guan), maka akan membuat semua orang menjadi pasif dan ber-malas-malasan.
Jika
sudah demikian apakah masyarakat ini tidak akan hancur jadinya. Kritikan Motis
ini kiranya tidak tepat, karena nasib ini bukanlah kehendak Kong Hu Cu. Seperti
telah dilukiskan diatas bagaimana semangat Kong Hu Cu dalam menyebarkan
gagasannya yang tidak mengenal lelah dan pantang menyerah.
Beliau
hanya mengatakan bahwa banyak hal-hal yang berada diluar kemampuan manusia
untuk bisa menentukan, dimana kadangkala terjadi suatu hal yang berada diluar
kemampuannya untuk bisa menyelesaikannya, jelas dalam hal demikian tidak bisa mengatakan
bahwa saya harus bisa menyelesaikannya, hanya satu-satunya yang bisa dikatakan
mungkin saya bisa menyelesaikannya, tapi bisa juga gagal. Sedang jika dilihat
suasana dan keadaan kala itu kemungkinan untuk tidak berhasil lebih dominan.
Saat-saat demikian perlu adanya suatu pelepasan-pelepasan untuk menghibur diri
sendiri, jadi kala itu kecuali dengan kata-kata ‘Nasib” atau ‘Kehendak Alam’
apa lagi yang harus dikatakan.... ini hanyalah untuk menghibur diri sendiri.
Dalam
konteks ini beliau tidak menuntut apa-apa, hanya menuntut ketenangan hatinya
saja.... ‘Prinsipnya saya sudah melaksanakan, apakah bisa berhasil terserah
nasib, namun walau bagaimanapun telah saya lakukan dan usahakan semaksimal
mungkin... saya tidak akan menyesal...’ Jiwa demikian benar-benar sangat Agung
dan Patut dihormati setinggi-tingginya...
Dari
bahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Daois mengusulkan Hukum Alam (道家讲天道dao
jia jiang tian dao). Motis menakut-nakuti dengan dewa dan Roh (墨家重鬼神mo
jia zhong gui shen). Keduanya tidak membicarakan akan “Tian Ming天命”
atau “Nasib” atau Kehendak alam. Konfusianis mengusulkan ‘Tatakrama dan
Kesopanan”(人道ren dao), tapi percaya akan “Tian Ming天命”
atau “Nasib” atau Kehendak alam, tapi tidak membicarakan tentang “Dewa dan
Roh”( 鬼神gui shen).
Motis
mengusulkan “Berbuat’ menuntut ‘Berbuat’ (以有为求有为yi you wei qiu
you wei), jika tidak berhasil maka akan diserahkan kepada “Dewa dan Roh” untuk
menyelesaikannya. Konfusianis berusaha sebisa-bisanya untuk berhasil, tapi jika
tidak berhasil itu terserah pada nasib atau kehendak alam. Jadi ciri-ciri dari Konfusianisme, Motisme,
dan Daoisme adalah pertama Daois ‘Tidak Berbuat’ dan tidak menuntut apa-apa. (道家是无为而无求dao jia shi wu wei er wu qiu); Kedua Daois tidak
menuntut apa-apa sama seperti Dao atau Alam .(道家无求同于道dao jia wu qiu
tong yu dao). Konfusianis ’Berbuat’ tapi
tidak menuntut apa-apa(儒家是有为而无求ru jia shi you
wei er wu qiu), Kongfusianis tidak menuntut apa-apa namun mempertahankan
‘tatakrama’ (儒家无求得于德ru jia wu qiu de
yu de ). Motis ‘Berbuat’ dan menuntut
imbalan(墨家是有为而有求mo jia shi you
wei er you qiu) , Motis menuntut untuk
dituruti, jika tidak dituruti akan ada hukuman dari Roh. (墨家有求求于鬼mo jia you qiu qiu yu gui)
Maka
antara Kongfusianisme dan Daoisme bisa saling mengisi. Dan Konfusianis dengan
Motis sulit untuk bisa berdampingan. Tapi Legalis untuk beberapa titik masih
menaruh simpati kepada Motis. Sedang Legalis sama sekali berbeda dengan
Konfusianis, Motis dan Daois, dan ketiga yang belakangan ini semuanya
mengusulkan kembali kemasa lalu, sedangkan Legalis justru menyongsong kemasa
yang akan datang. Maka pemikiran Legalisme satu-satunya yang sangat berpengaruh
pada masa itu.....
Kemudian
bagaimanakah pemikiran kaum Legalisme ini? Marilah kita bahas dalam Jilid IV
yang berikut ini. Polemik antara Kongfusinisme versus Legalisme.
( Jilid III Habis akan dilanjutkan
dengan Jilid IV)
Kronologi Dinasti-Dinasti di Tiongkok
Dynasti
|
Tahun
|
Lamanya
|
||||
3 Maha Raja & 5 Kaisar
|
三皇五帝
|
|
Sebelum 2070 SM
|
628+
|
||
Dinasti Xia
|
夏
|
|
2070 SM — 1600 BC
|
470
|
||
Dinasti Shang
|
商
|
|
1600 SM — 1046 SM
|
554
|
||
Dinasti Zhou Barat
|
西周
|
|
1046 SM — 771 SM
|
275
|
||
Dinasti Zhou Timur
Secara Tradisional dibagi
Periode Musim Semi & Gugur Periode Peperangan Negara2 |
東周
春秋 戰國 |
|
770 SM — 256 BSM
722 SM — 476 SM 475 BC — 221 BC |
514
246 254 |
||
Dinasti Qin
|
秦
|
|
221 SM — 206 SM
|
15
|
||
Dinasti Han Barat
|
西漢
|
|
206 SM — 9M
|
215
|
||
Dinasti Xin
|
新
|
|
9 — 23
|
14
|
||
Dinasti Han timur
|
東漢
|
|
25 — 220
|
195
|
||
Tiga Negara
|
三國
|
|
220 — 265
|
45
|
||
Dinasti Jin Barat
|
西晉
|
|
265 — 317
|
52
|
||
Dinasti Jin Timur
|
東晉
|
|
317 — 420
|
103
|
||
Dinasti Selatan &
Utara
|
南北朝
|
|
420 — 589
|
169
|
||
Dinasti Sui
|
隋
|
|
581 – 618
|
37
|
||
Dinasti Tang
|
唐
|
|
618 — 907
|
289
|
||
5 Dinasti & 10 Negara2
|
五代十國
|
|
907 — 960
|
53
|
||
Dinasti Song Utara
|
北宋
|
|
960 — 1127
|
167
|
||
Dinasti Song Selatan
|
南宋
|
|
1127 — 1279
|
152
|
||
Dinasti Liao
|
遼
|
|
916 — 1125
|
209
|
||
Dinasti Jin
|
金
|
|
1115 — 1234
|
119
|
||
Dinasti Yuan
|
元
|
|
1271 — 1368
|
97
|
||
Dinasti Ming
|
明
|
|
1368 — 1644
|
276
|
||
Dinasti Shun
|
順
|
|
1644
|
<1
|
||
Dinasti Qing
|
清
|
|
1644 — 1911
|
268
|
||
Empire of China
|
|
|
[1912-1916]
|
<1
|
||
Versi terakhir dari 《Klasik Sejarah 史記》Tiga Maharaja三皇
= Fúxī伏羲, Shénnóng 神農 dan Huángdì 黃帝 (menjadi
maharaja paling kuno di Cina).
Versi dari《尚书大传》Tiga Maharaja三皇 = Shuiren燧人, Fuxi伏羲, Shengnon神农
Lima Kaisar 五帝 = Huangdi黄帝, Zhuanxu颛顼, Diku帝喾Yao尧, Shun舜, Da Yu大禹
(大部分的意见是燧人氏、伏羲氏、神农氏称为“三皇”,黄帝、颛顼、帝喾、尧帝、舜帝称为“五帝”,这些说法起源于春秋战国)。
*9 http://zh.wikipedia.org/wiki/%E6%9D%8E%E6%82%9D
Li
Kui (Chinese: 李悝; pinyin: Lǐ Kuī;
Wade-Giles: Li K'uei, fl. 4th century BC) was an ancient Chinese government
minister and court advisor to Marquis Wen of Wei (魏文侯, r. 403 BC-387 BC) in the state of Wei. In 407 BC,
he wrote the Book of Law (Fajing, 法经),
which was the basis for the codified laws of the Qin and Han dynasties. It had
a deep influence on state ministers of Qin such as Shang Yang, who formulated
the dogma and basis of the harsh Chinese philosophy of Legalism. Along with his
contemporary Ximen Bao, he was given oversight in construction of canal and
irrigation projects in the State of Wei.
李悝曾任魏文侯相, 主持变法。进行“尽地力之教”,其具体内容已不可知,但主要为鼓励农民精耕细作,推广成功的耕作经验,提高产量。并且实行“善平籴”政策,国家在丰年以平 价购买余粮,荒年以平价售出,以平粮价;政治上实行法治,废除维护奴隶主贵族特权的世卿世禄制度,奖励有功国家的人,按照功劳和能力提拔官吏,如任命吴起为西河守,用西門豹治鄴。变法後,魏国国力增强,成为战国初期强国之一。
他还汇集当时各国法律编成六篇《法经》,包括盜法、賊法、囚法、捕法、雜法和具法,是中国古代第一部比较完整的法典,其內容主要闡述如何維持治安、緝捕盜賊、防止人民反叛及對犯罪者的判刑等等。六篇中,〈具法〉一篇為全書的目錄。商鞅聽說秦孝公雄才大略,便攜帶《法經》到秦國,以該書作他變法內容的藍本,成就了歷史著名的「商鞅變法」。《法經》现仅存篇目,内容雖已失传,但仍可於《秦律》及從今湖北省雲夢縣睡虎地發掘出的「秦簡」中反映出一部分來。
*10 http://baike.baidu.com/view/591970.html?fromTaglist
孟子《齐桓晋文之事章》 表现了孟子反对霸道、主张王道的仁政思想。他的仁政主张,首先是要给人民一定的产业,使他们能养家活口,安居乐业。然后再“礼义”来引导民众,加强伦理道 德教育,这样就可以实现王道理想。这种主张反映了人民要求摆脱贫困,向往安定生活的愿望,表现了孟子关心民众疾苦、为民请命的精神,这是值得肯定的。但孟 子的思想也有其局限性。一是战国时期,由分裂趋向统一,战争难以避免。孟子往往笼[发‘垄’]统反对武力,显得脱离实际不合潮流。二是他的仁政主张完全建 立在“性善论”基础上,未免过于天真、简单。孟子的思想虽然值得赞许,与当时的却步有很大距离,自然行不通。特色:1、孟子善辩,本文很好地体现了孟子的 论辩风格。2、孟子长于譬喻,本篇也运用了不少生动的比喻.
*11 http://baike.baidu.com/view/77856.htm
申不害(约公元前385~前337) 亦称申子,郑韩时期人物(今河南新郑)人。战国时期韩国著名的思想家。他在韩为相19年,使韩国走向国治兵强。作为法家人物,以“术”者称,是三晋时期法家中的著名代表人物。
郑国灭国之时,申不害年岁约在20—30岁之间。作为一个亡国之贱臣,申不害可能杂学诸说。因 为在他之前的管子、李悝、慎到的学术理论中都有“术”的成份。有人根据申不害思想中有道家思想的痕迹,认为他是由道入法。这种说法有一定道理,但不能把他 的思想仅归为道法两家。
申不害相韩时,韩国已处弱势。韩昭侯即位不久,颇具雄心,任用贱臣申不害即为一例,申不害才华得有用武之地。
申不害的学术思想,明显地受到道家的影响,但他的直接来源是老子还是慎到,不得而知。但他的哲 学思想与慎到有极相似之处,他们都遵循老子的大统一哲学。“人法地,地法天,天法道,道法自然”。申不害认为,自然运行是有规律的,也是不可抗拒的。他认 为宇宙间的本质是“静”,其运动规律是“常”。他要求对待一切事情应以“静”为原则,以“因”为方法,“因”指“因循”,“随顺”。“贵因”指“随事而定 之”,“贵静”的表现就是“无为”。申不害把这些原则用于人事,构成他的社会哲学思想。“无为”主张的渊源即《老子》的“绝圣弃智”,申不害的“无为”, 要求的是君主去除个人作为的“无为”,以便听取臣下的意见。但是,申不害仅仅把这种“静因无为”的哲学思想用于“权术”之中。为了完善这种方法,他进一步 发挥《老子》“柔弱胜刚强”的思想,要求君主“示弱”,决不是指君主无所作为,只是君主决策前的一种姿态。在关键时刻,申子要求君主独揽一切,决断一切。 申不害的哲学思想,是君主哲学,是政治哲学。这种哲学由道家的“天道无为”演化发展来,是他的法家“权术”思想的基础。
申不害主“术”,但他所说的“术”,是在执行法的前提下使用的,而“法”又是用来巩固君主统治权的。因此他并不是不讲“法”与“势”的。
Daftar
Perpustakaan
- 先秦诸子百家争鸣: 易中天 CCTV
- 经典阅读文库 ---- 论语 李薇/主编
- 经典阅读文库 ---- 道德经 李薇/主编
- 中国古典名著精品 ---- 菜根谭 洪应明
著
- Internet :
http://friesian.com/confuci.htm :
Confucius
- 孔子 -----
維基百科,自由的百科全書 Internet
-
网址:http://www.popyard.org
- 中国人生叢书 -----
墨子的人生哲学 杨帆/主编 陈伟/著
- Internet :
http://baike.baidu.com
- The Sayings of
Mensius / 英译孟子
史俊赵校编
- 南华经 庄子
周苏平
高彦平
注译
安徽人民出版社
- 庄子 逍遥的自由人 林川耀 译编 出版者 :常春树书坊
- http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml 春秋五霸之---晋文公
- “When China Rules The World - The rise of middle kingdom and the end of the
western world” by Martin Jacques ALLEN
LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009
No comments:
Post a Comment