Thursday 23 June 2016

Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid IV

( 2 )

Sumber : www.5011.net

Filsafat  Ahli   Strategis 谋士的哲学

Seperti yang telah diceritakan dimuka bahwa Legalisme adalah lain dari tiga aliran yang telah dibahas dimuka, atau ajaran yang dominan kala itu. Ajaran Legalisme layaknya sebilah pisau jagal yang mengharuskan bersimbah darah untuk mengimplementasikan gagasannya, yang menjadi korban tidak saja para bangsawan dan rakyat yang tidak berdosa, tapi juga tokoh peng-gagas atu pencetus dari ajaran ini yang diwakili oleh Shang Yang dan Han Fei. Mereka berdua telah menjadi korban dari pisau jagal tersebut.

Pada zaman dimana aturan main sudah tidak ada dan tatakrama telah runtuh, mengapa Legalis justru menyetuskan dan menyerahkan “Pisau Jagal”? Kepada siapa dan bagaimana cara memberikannya? Marilah kita bahas berikut ini.

Padahal dalam buku Han Fei satupun tidak ada cerita yang menyeritakan langsung tentang penyerahan “Pisau Jagal”, tapi yang ada adalah “Penyerahan Batu Giok”. Dalam Buku “Han Fei Zi (韩非子)” ada cerita yang berjudul “He Shi Pian”(和氏篇). Yang isinya sebagai berikut :

Konon di Negara Chu ada seorang yang bernama Heshi (和氏), dia ahli dalam bidang batu giok. Suatu hari di sebuah gunung dia menemukan sebuah batu giok mentah dinamakan Pu “pu” oleh orang Tiongkok,  yang masih berupa batu biasa hanya seorang ahli yang dapat mengetahui bahwa batu tersebut didalamnya adalah batu giok.

Namun bagi orang yang tidak begitu ahli bisa saja salah menduga, dikira bukan batu giok hanya dikira batu biasa saja.  Setelah menemukan batu ini, dia menghadap Raja bermaksud mempersembahkan kepada Raja Chu. Saat menghadap dan akan menyerahkan batu tersebut Raja memanggil ahli batu giok untuk meyakinkan apakah batu tersebut benar-benar berisi batu giok atau hanya batu biasa? Tapi ahli tersebut menyatakan bahwa itu hanya batu biasa. Maka Raja menjadi murka merasa akan ditipu dipotonglah satu kaki Heshi, dan Heshi dengan kaki pincang mengambil kembali batu tersebut dan pulang.

Setelah beberapa tahun Raja wafat dan diganti oleh Raja baru, Heshi kembali lagi ke istana dan hendak mempersembahkan batu tersebut lagi kepada Raja yang baru naik tahta tersebut. Raja memanggil ahli batu giok kepercayaannya untuk meyakinkan apakah batu tersebut memang batu giok mentah atau hanya batu biasa, lagi-lagi ahli batu giok istana mengatakan bahwa itu hanya batu biasa. Raja baru inipun murka juga dan berkata : “Kau benar-benar penipu, berani-beraninya kamu menipu saya! Pengawal,  potong kaki orang ini ...” Maka dipotonglah sebelah kaki yang tinggal satu itu, akhirnya dia buntung tidak punya kaki. Dengan terseot-seot pulang membawa pulang batu itu lagi.... 

Berselang puluhan tahun terjadi penggantian Raja baru keturunan ketiga (rata-rata raja di Tiongkok berusia pendek, konon karena pola hidup yang tidak sehat), tapi si Heshi ini masih hidup, dan dia duduk dibawah kaki gunung sambil memeluk “Batu Giok Mentah” itu menangis selama tiga hari tiga malam terus menerus hingga air matanya kering, dan keluarlah air mata darah.

Heshi tetap bermaksud mempersembahkan “Batu Giok Mentah” ini kepada Raja.  Raja baru mendengar berita ini menjadi aneh dan mengirim utusan untuk mengetahui ada apa dan mengapa.
Utusan raja bertanya : “Kamu ini orangnya aneh, banyak orang di dunia jika diperlakukan seperti kamu pasti sudah kabur dan kapok. Tapi kamu kenapa tidak terlihat sedih dan tidak ada kapok-kapoknya, dan sekarang kamu menangis begini sedih, memangnya ada apa sih? ”
Heshi menjawab : “Haiya, kamu ini tidak tahu dan mengerti. Saya ini menangis bukan karena kakiku, tapi saya menangis untuk Batu Giok ini. Jelas-jelas ini Batu Giok yang sangat berharga, tapi selalu dikatakan hanyalah sebuah batu biasa. Apakah ini tidak benar-benar mengecewakan?” Ini mempunyai arti bahwa jelas-jelas ada seorang yang setia kepada Raja, tetapi dikatakan bahwa dia itu penipu. Apakah didunia masih ada orang lebih kecewa dari saya? 
Raja Chu akhirnya berkata: “Baiklah saya terima”, maka diambilnya “Batu Giok Mentah” itu, kemudian langsung dibelah tanpa perlu nasehat dari ahlinya. Ternyata memang benar didalamnya terdapat Batu Giok yang sangat berharga tinggi, dan batu giok ini akhirnya dinamai “Batu Giok Heshi (和氏之璧heshi zhi bi)”.         

Sebenarnya cerita ini sudah banyak diketahui dan terkenal pada masa itu, hanya pertanyaannya kenapa Han Fei menulis ulang lagi dalam bukunya? Tidak lain karena Han Fei ingin mengemukakan bahwa kaum Legalisme untuk menyebarkan gagasan dan ajarannya betapa sulitnya. Han Fei mengatakan bahwa ‘Batu Mustika’ adalah yang banyak didambakan oleh para Raja untuk bisa dimilikinya, tapi “Hukum” adalah sesuatu yang belum tentu terpikirkan oleh para Raja. Seorang Raja yang sangat memdambakan ‘Batu Mustika’, tapi sangat mungkin bahwa sebuah ‘Batu Mustika’ oleh Raja hanya dikatakan hanya sebuah batu biasa. Apalagi “Hukum” yang kita usulkan ini, merupakan yang paling tidak disenangi oleh siapapun, karena banyak ditentang oleh banyak pihak. Namun pertanyaannya, siapa saja yang menentang?

Ada dua macam orang yang sangat menentang:
Pertama. Para pejabat tinggi di Istana.
Kedua. Khalayak ramai atau rakyat jelata. 
Mengapa mereka menentang? Karena “Hukum” yang mereka usulkan itu sama sekali tidak menguntungkan kedua golongan orang tersebut diatas. Jika hukum ini ditrapkan, maka para pejabat tinggi tidak bisa berbuat sewenang-wenang, dan tidak bisa menjadi diktator. Rakyat menentang karena tidak bisa bebas berkeliaran, rakyat harus bertani dan para pendekar harus ikut menjadi tentara. Jadi tidak bisa lagi berkeliaran bebas se-enaknya lagi.  Seperti apa yang yang dikatakan dalam buku Han Feizi : “Para pejabat dan rakyat juga benci terhadap saya, karena hukum ini”.  (大臣苦法  而细民恶治也《韩非子 何士篇》da chen ku fa, er xi min e zhi ye).

Inilah yang menjadi masalah besar, suatu peraturan yang baru dikeluarkan seharusnya untuk keuntungan rakyat, jika terjadi sebaliknya maka dengan sendirinya akan mendapat perlawanan. Minimal seharusnya menguntungkan pejabat atau rakyat, tapi ini tidak menguntungkan ke-dua-duanya. Untuk mendapatkan dukungan luas seharusnya menguntungkan kedua golongan itu. Tapi “Hukum” yang diusulkan oleh Legalis hanya menguntungkan kepada Sang Raja seorang. Han Fei dengan gamblang mengatakan bahwa “Pemikiran dan Gagasan” Legalis adalah “Mustika Maha Raja dan Kaisar” khusus untuk dipakai oleh ‘Maha Raja dan Kaisar’. (帝王之璞di wang zhi pu).

Sehingga ajaran dan gagasan Legalis dapat dirangkum menjadi tiga kalimat.
Pertama. Menghormati dan patuh terhadap Raja (尊崇君子zun chong jun zi).
Kedua. Membasmi lima hama (消灭五蠹xiao mie wu du). 
Ketiga. Mewaspadai para pejabat (防范臣下fang fan chen xia).

Han Fei mengatakan bahwa didunia ada lima hama (五蠹wu’du)
1. Kaum Konfusianisme (儒生ru sheng),
2. Para Pendekar  Kaum Motisme)/(侠士xia shi).
3. Para pelayan dari Tafu (Pengurus Rumah Tangga penguasa tinggi)/(食客shi ke)
4. Para ahli strategi freelancer (Yang berpindah-pindah majikan menjual kepandaiannya)/(纵横家zong heng jia)
5. Para pedagang dan industralis (工商业者gong shang ye zhe). Golongan orang-orang diatas ini semua harus dibasmi,  yang boleh ada hanya ada Petani dan Tentara.

Mengapa harus “Mewaspadai para pejabat (防范臣下fang fan cheng xia)”,  Han Fei mengatakan “Seorang Raja yang terlalu baik terhadap pejabatnya akan berbahaya dimakan olehnya”. Gagasan Han Fei hanya menguntungkan satu orang yaitu Raja.  (爱臣太亲   必危主身   人臣主身   人臣太贵   必易主位《韩非子  爱臣》  Ai chen tai qin, bi wei zhu shen, ren chen zhu shen, ren chen tai gui, bi yi zhu wei).

Dengan gagasan Legalis yang demikian, maka terjadilah perbedaan mutlak dengan kaum Konfusianis, Motis dan Daois.    

Motis gagasannya sangat jelas seperti dalam buku ‘Mozi’ disebutkan bahwa “Moti berprinsip untuk mencari jalan mengatasi permasalahan dunia, dan menghilangkan masalah yang memperburuk dunia”, atau dalam aksara Mandrin disebutkan dalam 10 kata. (兴天下之利   除天下之害xing tian xia zhi li, chu tian xia zhi hai).

Yang patut mendapat penghargaan dari Moti ialah bahwa beliau mempertanyakan mengapa kita memerlukan Raja? Memang tokoh-tokoh pemikir kala itu seperti Konfusianis, Daois, Motis semua tidak menentang adanya Raja.

Hanya Moti yang mempertanyakan itu, dan menjelaskan bahwa kita memerlukan Raja untuk “Meng-unifikasikan” semua perbedaan yang ada dimasyarakat. Kemudian unifikasi pemikiran untuk apa? Tidak lain adalah untuk meng-implementasikan ‘Cinta Universal’.

Dengan kata lain kita memerlukan seorang pemimpin yang bisa menyatukan pemikiran semua orang agar mau saling mencintai satu sama lain, sehingga dunia penuh dengan ‘Cinta Kasih’, semua  orang bahagia..... Untuk ini diperlukan adanya Raja yang sedemikian rupa agar semua orang di dunia menjadi bahagia.    Ini suatu pemikiran yang sangat luar biasa dan patut dipuji.... Walaupun gagasan Moti ini tidak berhasil diterima masyarakat pada masa itu, tapi kita patut memberi penghargaan yang se-tingginya terhadap gagasannya ini.

Daois dari luar terlihat  seperti apapun tidak berbuat dan acuh, tapi ‘Tidak Berbuat’nya Daois adalah berbuat sesuatu dengan cara seperti “Tidak Berbuat’, mereka juga memikirkan untuk mengatasi keadaan dunia. Fokus gagasannya juga untuk mencari jalan, bagaimana untuk membuat dunia menjadi aman dan sejahtera.

Tapi mereka menginginkan aman dan sejahtera ini harus ditujukan kepada setiap individu. Jika setiap orang sudah bahagia maka dunia baru akan aman dan sejahtera. Seperti apa yang dikatakan oleh Yang Zhu yang telah dikemukakan dimuka: “Masyarakat harus setara, masyarakat dan individu saling tidak dikorbankan. Masyarakat yang ideal adalah manusia sebagai individu dalam masyarakat tidak harus mengorbankan kepentingan pribadinya. Negara dan masyarakatnya juga tidak mengorbankan kekayaan negaranya untuk dijadikan kekayaan pribadi penguasanya. Jika setiap orang tidak perlu mengorbankan kepentingan pribadinya, setiap orang tidak perlu menyerahkan kekayaan dan kepentingan pribadinya untuk masyarakat, maka masyarakat yang demikian ini adalah masyarakat yang paling ideal didunia.  Menurut pendirian Daois, kebahagian dunia harus bertitik tolak pada kebahagiaan setiap individu.
(损一毫利天下不与也   悉天下奉一身不取也    人人不损一毫   人人不利天下    天下治矣 《列子 杨朱篇》sun yi hao li tian xia bu yu ye, xi tian xia feng yi shen bu qu ye, ren ren bu sun yi hao, ren ren bu li tian xia , tian xia zhi yi)”.

Konfusianis lebih komplek, karena pandangan tokoh-tokoh yang mewakili mereka seperti Kong Hu Cu, Mensius, Xunzi mempunyai pandangan sendiri-sendiri. Kong Hu Cu menghormati Raja, beliau menganggap Raja berada pada posisi tertinggi, ini sama dengan Legalis. Tapi Mensius menghargai dan mencintai rakyat, namun walaupun menghargai Raja, tapi tidak melulu berbuat demi Raja. Lain dari Legalis yang hanya berbuat dan menghargai Raja saja, tapi Kong Hu Cu selain menghargai Raja juga sangat bersimpati terhadap rakyat jelata. Ini bisa dibaca dalam Analek (论语Lunyu) ada cerita seperti berikut :

Suatu kali, Lu Ai Gong (鲁哀公) Raja Negara Lu bertanya kepada murid Kong Hu Cu,  You Ruo (有若) : “Coba kamu katakan, jika kita terlanda bencana alam, harus bagaimana ?” 
You Ruo menjawab: “Ya, kurangi penarikan pajaknya.”. 
Lu Ai Gong berkata : “Ini pendapat apa? Sekarang saya menarik pajak yang lebih tinggi saja masih belum mencukupi. Kamu menyuruh saya untuk mengurangi penarikan pajak. Benar-benar tidak masuk akal...”.    
You Ruo menjawab : “Jika semua rakyat mempunyai banyak uang, kenapa Anda bisa tidak punya uang? Jika semua rakyat bisa cukup pakai, kenapa Anda bisa tidak cukup pakai? Jika rakyat tidak cukup pakai maka seharusnya Anda juga tidak cukup pakai” 
(百姓足  君孰与不足  百姓不足   君孰与足《论语 颜渊》bai xing zu, jun shu yu bu zu, bai xing bu zu, jun shu yu zu). 

Kalimat ini walaupun diucapkan oleh murid Kong Hu Cu, tapi bisa juga mewakili Kong Hu Cu. Maka bisa dilihat bahwa Kongfusianis adalah berbuat untuk rakyat melalui Raja. Tujuan akhir dari Kong Hu Cu yaitu dunia teratur. Ini menunjukkan bahwa sasarannya adalah ‘Demi Rakyat’ dan sikap ini terlihat sangat gamblang pada Mensius. Yang mengatakan : “Rakyat harus ditempatkan pada posisi nomor satu, Raja kemudian” (民为贵  社稷次之  君为轻《孟子 尽心下》min wei gui, she ji ci zhi, jun wei qing). Xunzi(荀子) juga mengatakan dengan jelas: “Langit mengapa menitiskan suatu kepada orang (sebagai Raja), tujuannya bukan untuk Raja tapi untuk rakyat.” (天子生民   非为君也   天子立君   以为民也《荀子  大略》 Tian zi sheng min, fei wei jun ye, tian zi li jun, yi wei min ye). 
Ini sama dengan pandangan Mensius.  Maka ketiga tokoh Konfusianis : Kong Hu Cu, Mensius, Xunzi menciptakan ‘Ajaran’ yang berbasis pada Kerakyatan.

Secara ringkas dapat disimpulkan pendirian mereka itu kurang lebih sebagai berikut :
-       Moti berpijak pada dunia, merencanakan untuk dunia. (墨子站在 天下的 立场为天下谋mo zi zhan zai tian xia de li chang wei tian xia mou).
-       Yang Zhu & Zhuangzi berpijak pada individu, merencanakan untuk dunia. (杨朱庄子站在个人的立场为天下谋yang zhu – zhuang zi zhan zai ge ren de li chang wei tian xia mou).
-       Kong Hu Cu berpijak pada Raja, merencanakan untuk dunia.(孔子 站在 君主的 立场为天下谋 kong zi zhan zai jun zhu de li chang wei tian xia mou).
-       Han Fei perpijak pada Raja, merencanakan untuk Raja (韩非站在君主的立场为君主谋han fei zhan zai jun zhu de li zhang wei jun zhu mou).

Jadi kaum Legalis ini paling beda, ciri khas mereka hanya berpihak untuk Raja dan merencanakan segalanya untuk Raja. Lebih lanjut memang secara simultan mereka juga merencanakan untuk dunia. Tapi pada pokoknya hanya untuk kepentingan Raja saja, tidak merencanakan untuk dunia. Dimata Legalis melulu hanya ada Raja, yang lain seperti pejabat dan rakyat tidak diperdulikan. Masyarakat ideal yang didambakan hanya mengadalkan dua macam orang, pertama yang berada dalam posisi paling tinggi yaitu Raja, kedua adalah pelayan dan pengabdi Raja yaitu Petani dan Para Angkatan Perang.
Inilah yang menjadi pemisah secara multak dengan Kaum Konfusianisme, Motisme dan Daoisme.  Kemudian akan timbul pertanyaan, mengapa mereka berbuat demikian?

Dimuka telah kita ceritakan bahwa Kaum Konfusianis, Motis, Daois mewakili Shi yang berbeda atau professionil freelancer yang berbeda.  Jadi disini bisa juga disimpulkan bahwa keempat Ajaran dan Falsafat ini mewakili Shi yang berbeda sebagai berikut:
Pertama. Konfusianis mewakili Kaum Ahli Surat, ajarannya adalah Filasafat Kaum Scholar/Cendikia/Terpelajar.  (儒家代表的是儒士ru jia dai piao de shi ru shi)
Kedua. Motis mewakili Kaum Ahli Silat /Pendekar   ajarannya adalah Filsafat Kaum Pendekar. (墨家代表的是侠士mo jia dai piao de shi xia shi)
Ketiga. Daois mewakili Kaum Petapa ajarannya adalah Filsafat Kaum Petapa. (道家代表的是隐士dao jia dai piao de shi yin shi)    
Ke-empat. Legalis mewakili Kaum Ahli Perencana Strategi ajarannya adalah Filsafat Kaum Perencana Strategi. (法家代表的是谋士fa jia dai piao de shi mou shi)

Ciri-ciri dari Kaum Perencana strategis itu ada tiga:
Pertama. Ada aturan main secara professional (有职业道德 you zhi ye dao de). Ahli Perencana Strategi adalah khusus bekerja untuk menyusun rencana dan strategi, seperti kerjanya ‘Pengacara’ kini, yang kerjanya untuk membela kliennya. Tugasnya memenangkan perkara kliennya dalam suatu perkara, untuk bisa menang tidak perduli pihak lawan benar atau salah. Aturan mainnya tidak boleh satu pihak membela klien dan dilain pihak juga membantu lawan kliennya. Berhubung dengan itu, mereka ini tidak mungkin merencanakan untuk dunia, mereka hanya merencanakan untuk majikannya. Siapa saja yang memakai jasanya akan direncanakan untuknya.

Kedua. Perencana Strategi profesional (职业策伐人zhi ye ce fa ren). Profesi ini mengharuskan mengerti akan bidangnya. Dalam konteks ini Kaum Legalis adalah perencana strategi dari pelaksana politik negara, maka mereka harus mengerti apa itu kekuasaan.

Ketiga. Mengerti akan Kekuasan dan power (懂权谋dong quan mou). Jika tidak mengerti akan kekuasaan tidak mungkin untuk merencanakan untuk Raja. Maka “Rencana” yang dirancang oleh kaum Legalis tidak lain tidak bukan adalah sebilah “Pisau”

Ke-empat. Usulannya harus bisa dipakai (主张一定要有用zhu zhang yi ding yao you yong). Jadi segala rencana dan gagasannya harus bisa di-implementasikan, gagasannya adalah rencana yang menyangkut masalah politik, jadi satu-satunya agar bisa terlaksana adalah melalui Raja.

Berhubung Legalis ini mewakili kaum Perencana Strategi, ajarannya adalah Filsafat kaum Perencana Strategi, dan gagasannya dan rencananya adalah hanyalah sebilah ‘Pisau’, maka satu-satunya “Pisau” ini hanya bisa diserahkan kepada Raja. Dengan demikian disini terjadilah dua perbedaaan antara, Kaum Legalis disatu pihak dengan Kaum Konfusianis, Motis dan Daois dipihak yang lain.

Dua perbedaan itu, yang pertama bahwa kaum Konfusianis, Motis dan Daois mereka itu Idealis. Sedang Legalis realistis.  Yang kedua bahwa ketiganya kaum Konfusianis, Motis dan Daois mereka semua mendambakan kembali ke zaman kuno. Sedang Legalis menyongsong masa yang akan datang.

Dalam kenyataannya, bagaimanakah para pemikir kala itu untuk meng-implementasikan gagasan-gagasannya? Para Kaum Konfusianisme, Motisme, Daoisme semua pemikirannya bercorak idealisme, semua memikirkan menuju kemasyarakat yang ideal dan masyarakat yang ideal seharusnya bagaimana.  

Kong Hu Cu mengatakan bahwa masyarakat yang ideal itu adalah masyarakat yang penuh dengan kedamaian.  
Moti mengatakan bahwa masyrakat yang ideal itu adalah masyarakat yang sama rata sama rasa.  
Daois mengatakan bahwa masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang ‘Tidak Berbuat/Acuh’, dimana rakyat bebas berkeliaran seperti kijang dibelantara, penguasa seolah acuh bak daun-daun diatas pohon tinggi yang tumbuh dipuncak gunung.   

Kaum idialis saat menyebarkan gagasannya acap kali tidak memperdulikan apakah itu dapat diterima oleh masyarakat atau tidak, mereka harus mempertahankan gagasannya. Sebagai pemikir memang hal yang demikian dapat dibenarkan, bagaimanapun mereka harus mempertahankan argumentasi akan pandangannya.

Namun dalam mempertahankan gagasannya harus berani menanggung resiko atas gagasannya, apabila tidak ada yang mau menerimanya, ini harus disadari. Seperti Konfusianis, Motis, Daois di muka telah diceritakan bahwa mereka coba mengeluarkan resep-resep untuk mengatasi penyakit masyarakat. Saat mengeluarkan resep tidak mungkin mereka menanyakan kepada pasiennya, obat apa yang yang mau diminumnya.

Legalis adalah seorang perencana strategi, ciri khususnya adalah gagasannya harus terpakai. Maka untuk supaya bisa terpakai harus mencari orang yang tepat, dimana dia pasti bisa memakai dan melaksanakan gagasannya, agar gagasannya mau didengar dan dituruti. Dalam hal ini tidak lain adalah harus diserahkan kepada Raja atau Penguasa Tertinggi.

Pada saat Shang Yang menemui Raja Qin Xio Gong, mulanya dia diperkenalkan oleh seorang  pejabat kepercayaan dan kesayangan Qin Xiao Gong yang berrnama Jing Jian (景监).

Pada waktu pertama kali bertemu Raja Qin Xio Gong, Shang Yang bercerita tentang Di Dao (帝道 ) yaitu tentang tata cara Yao(), Shun() , Yu () memerintah negara. Mendengar cerita ini Raja Qin tertidur, sama sekali tidak tertarik.   

Maka Jing Jian menemui Shang Yang dan bekata : “Kamu ini bagaimana sih, apa yang kamu ceritakan kepada Yang Mulia(YM). Sehingga YM tidak suka mendengarnya.” 
Shang Yang berkata :”Maaf, maaf. Tolonglah coba atur lagi pertemukan saya kepada YM. Saya akan ganti topik ceritanya, saya tanggung pasti YM akan tertarik. ”. 
Maka bertemulah yang kedua kalinya, sekarang dia menceritakan tentang Wang Dao (王道) yaitu tentang Shang Tang (商汤), Zhou Wu (周武) dalam memerintah negara dan rakyatnya... Tapi Raja Qin tidak juga tertarik dan tertidur....” maka bubarlah pertemuan ini sekali lagi.      

Jing Jian menemui lagi Shang Yang dan bertanya : “Kali ini apa pula yang kamu ceritakan, YM  tetap tidak terarik dan tertidur, membuat saya tidak punya muka terhadap YM.
YM bertanya kepada saya ‘kamu ini membawa orang macam apa kepada saya. Bukan orang yang tepat..’ katanya”.           
Shang Yang berkata : “Sungguh maaf, dan tidak enak sekali. Tapi tolonglah sekali lagi diatur pertemuan saya dengan YM. Ini kali saya jamin pasti berhasil.”. 
Sekali lagi diatur petemuan yang ketiga kalinya, dan kelihatannya Raja Qin cukup sabar untuk coba mendengarkan lagi ceritanya. Kali ini Shang Yang meceritakan tentang Ba Dao(霸道) yaitu tentang peristiwa Qi Huan, Jin Wen(齐桓, 晋文之事) *10.
Yang menceritakan bagaimana usaha Raja Qin Huan Gong dan Raja Jin Wen Gong berkuasa dan merajalela dengan kekuatannya. Mendengar cerita ini Raja Qin Xiao Gong menjadi sangat tertarik, sehingga lupa diri yang tadinya duduk bersila dengan tenang, kini beringsut dengan dengkul dilipat mendekat ke arah Shang Yang. Raja sangat senang sekali dengan cerita tersebut. (seperti diketahui pada masa itu di Tiongkok, Raja dan para pejabat duduk dilantai karpet atau tikar, duduknya bersila didepannya biasa ada meja pendek.).      

Setelah petemuan ini Jin Jian menemui lagi Shang Yang dan bertanya : “Ini kali kamu bercerita apa? Sehingga bisa membuat YM sangat senang sekali.”  
Shang Yang menjawab: “Menurut keadaan masyarakat kita sekarang ini, keadaan masyarakat yang paling ideal itu adalah Di Dao (帝道), selanjutnya baru Wang Dao (王道), tapi YM mengatakan dengan sistim Di Dao dan Wang Dao  untuk mencapai masyarakat ideal harus memerlukan ratusan tahun baru bisa ter-realisir. Sedang jabatan YM hanya berapa tahun, YM mana bisa menunggu ratusan tahun untuk me-realisir cita--cita itu. YM tidak bisa menunggu selama itu. YM menginginkan sistim yang lebih cepat. Yaitu satu-satunya dengan sistim “Kekerasan/Hegemoni” Ba Dao(霸道).”.  

Memang Shang Yang menemui Qin Xiao Gong telah mempersiapkan tiga ‘Rancangan Gagasan’ yang akan disusulkan, yaitu pertama Di Dao, kedua Wang Dao, ketiga Ba Dao. Pertama dia pikir mengusulkan yang terbaik yaitu Di Dao, jika ditolak ditawarkan Wang Dao, jika tetap ditolak, maka ditawarkan yang terburuk yaitu Ba Dao.

Namun dalam hal ini tidak bisa dikatakan bahwa Shang Yang bekerja menurut keadaan angin atau suasana, tapi bisa juga ingin menguji sampai dimana keinginan sang Raja, dia juga menginginkan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Shang Yang pernah berkata dengan menghela nafas ; “Saya ini ingin membantu Negara Qin untuk menjadi besar dan kuat. Tapi saya tidak bisa mencapai titik optimum atau harapan tertinggi yang saya inginkan.”
Inilah yang dimaksud bahwa Legalis bekerja berdasarkan realitas.

Ciri dari Legalisme:
Pertama. Menghadapi Realitas (面对现实mien dui xian shi).
Kedua. Menyongsong Hari Depan (与时俱进yu shi ju jin).
Ketiga. Menciptakan Sejarah Dengan Kekuatan/Hegemoni” (“横行霸道”heng xing ba dao). 

Ketiganya ini adalah Pisau Bermata Dua dan Tiga Bilah Pisau”(“两面三刀”liang mian san dao)

Bekerja untuk ‘Menghadapi realitas” .  Pada masa itu kaum Legalisme adalah yang paling realistik dan progressif, maka ada yang mengatakan bahwa Ajaran Legalisme adalah suatu utilitarianisme murni (纯功利主义chun gong li zhu yi = genuine utilitarianism yaitu suatu paham yang untuk bisa dipraktekkan atau dimanfaatkan.) menurut Legalis suatu ajaran atau gagasan jika tidak bisa dilaksanakan, maka tidak ada nilainya apa-apa. Itu sebabnya mengapa mereka menyesuaikan dengan kehendak dari para pemakai yang dapat melaksanakannya untuk memuaskannya. Seperti cerita dimana Shang Yang menemui Qin Xiao Gong diatas.

Seperti diketahui bahwa Konfusianis, Motis, Daois semua menginginkan kembali lagi ke masa yang telah lewat, diantara tiga ini yang paling tidak jauh mundurnya adalah Konfusianis yang meninginkan kembali pada waktu Zaman Dinasti Zhou Barat (西周Xi Zhou).   Menurut Kong Hu Cu,  Zhou itu lebih dari Xia dan Shang, pada zaman Zhou masih ada kebudayaan, sedang pada Xia terlalu polos, pada zaman Shang terlalu percaya dewa dan roh.

Zhou dinilai yang terbaik, maka Konfusianis mengajak, marilah kembali ke zaman Zhou. Jika tidak mungkin kembali ke zaman Zhou,  ke zaman Zhou Barat juga bolehlah. Tapi jika masih juga tidak mungkin ke zaman Zhou Barat, kembali ke zaman Timur boleh saja. (吾其为东周乎wu qi wei dong zhou hu)   周监于二代   郁郁乎文哉   五从周 《论语  八佾》zhou jian yu er dai, yu yu hu wen zai, wu cong zhou.
Sepertinya Kong hu Cu lebih realistik karena kembali ke zaman yang baru lewat beberapa generasi.

Moti menginginkan lebih jauh lagi mundurnya, zaman Zhou tidak baik, lebih baik kembali pada zaman Da Yuv(大禹), saat Da Yu menanggulangi banjir, zaman itu dinilai paling baik katanya.    

Melihat Moti ingin kembali ke zaman Da Yu, maka Mensius menginginkan lebih mundur lagi, dia mengatakan lebih baik kembali ke zaman Yao, Shun (尧舜 ) yang lebih lama dari Da Yu.      

Daois menganggap itu semua tidak baik, lebih baik jauh lebih mundur lagi ke zaman Kuno Lama. Zamannya Huangdi (黄帝) zaman lagi akan masuk kembali ke zaman purba dimana orang tinggal di gua-gua.  

Inilah yang di-istilahkan “Ber-lomba-lomba untuk kembali ke zaman yang lebih kuno” (复古大奖赛fu gu da jiang sai),  masing-masing ingin kembali lebih jauh, lebih kuno.

Han Fei mengatakan orang-orang sesudahnya dianggap tidak baik. Sebelum Huang Yan ( 炎黄 ) adalah Fu Yi(伏义) dianggap lebih baik lagi. Dan setelah itu tidak bisa lebih mundur lagi, karena jika lebih mundur lagi orang-orang macam ini sungguh menggelikan dan lucu, lucunya seperti ‘Petani’ dari negara song

Kemudian Dia menceritakan : Di negara Song ada seorang petani yang sedang menggarap kebonnya, tiba-tiba se-ekor kelinci berlari-lari kencang (sempoyongan) menabrak pangkal sebatang pohon (bongkol pohon atau bagian atas akar pohon) yang sudah ditebang. Petani ini berpikir “Ini dia rezeki nomplok, lain kali saya tidak perlu lagi menggarap kebon lagi. Saya tunggu saja dekat sini menunggu kelinci menabrak bongkol pohon ini lagi”. Benar saja dia tidak menggarap kebonnya, disana dia menunggu hingga dua hari, tapi tidak ada se-ekor kelincipun yang muncul. Maka terbitlah pribahasa “守株待兔shou zhu dai tu” yang berarti “Menunggu kelinci dekat bongkol pohon” . Ini adalah cerita yang diceritakan Han Fei.

Han Fei mengatakan mereka-mereka yang mengusulkan untuk kembali pada zaman baheula atau kuno, dengan sistim politik yang telah lewat untuk mengatur keadaan masyarakat masa kini, orang-orang ini seperti Petani Negara Song yang ‘Menunggu Kelenci dekat bongkol pohon’. Mereka tidak sadar bahwa kelenci yang menubruk bongkol pohon itu hanya satu-satunya, apakah ada segitu banyak kelenci bodoh yang menubruk pohon? Tunggu saja sampai kiamatpun belum tentu ada lagi.  

Han Fei mengatakan mereka-mereka itu berkoar-koar tentang Maharaja, Nabi, Leluhur dan lain-lain yang telah lewat, tapi saya hanya mengatakan yang ada di depan mata saja. Dia mengatakan bahwa saat itu Ajaran  atau Gagasan yang paling anyar adalah Konfusianisme dan Motisme.
Konhufusianis dipelopori oleh Kong Hu Cu atau Kong Qiu孔丘, dan Motisme dipelopori oleh Moti atau Modi墨藋. Tapi Kongfusianis pecah menjadi delapan aliran, Motis pecah menjadi tiga alirannya.
Kedelapan aliran Konfusianis ini ribut sendiri masing-masing,  menganggap dirinya yang paling asli.  Demikian juga dengan tiga aliran dari Motis, masing-masing mengklaim dirinya yang asli mewakili pemikiran Moti. Sekarang kedua tokoh ini sudah meninggal tidak ada lagi yang bisa ditanyakan siapa yang paling asli dan benar.
Sedang  mereka berdua ini baru saja meninggal beberapa tahun, hal ini sudah menjadi rancu.
Bagaimana kita harus kembali kepada Yao, Shun, Dangwu, saat itu apa yang sebenarnya terjadi kitapun tidak ada yang tahu persis dan jelas, sedang hal yang tidak jelas akan kita pakai sekarang untuk ditrapkan pada masa kini, apakah hal ini tidak akan sama dengan “Menunggu kelinci dekat bongkol pohon”?    
Maka satu-satunya solusi adalah ‘Menyongsong Hari Depan’(与时俱进yu shi ju jin), mengikuti perkembangan zaman dan bertindak sesuai dengan keadaan zaman. Dengan merencanakan suatu sistim untuk mengatur strategi, bagaimana mengatasi keadaan yang terkini, untuk mencari jalan yang benar.
Inilah baru benar-benar satu-satunya jalan untuk mengatasi keadaan masa ini.

Jadi pada masa itu hanya satu-satunya Legalis yang benar-benar menangkap sang kelinci. Shan Yang walaupun terbunuh, tapi telah meninggalkan dan mewariskan strateginya. Han Fei walaupun dibunuh, tapi gagasannya telah terlaksana. Dua belas tahun setelah Han Fei meninggal Qin Shi Huang(秦始皇) berhasil menyatukan seluruh Daratan Tiongkok. Dan keberhasilan ini menggunakan Pemikiran Han Fei. Maka pada masa itu satu-satunya yang berhasil adalah Legalisme.

Lalu timbul pertanyaan mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa Legalisme berhasil? Ini terjadi karena 16 aksara Mandarin yang telah disebut diatas :
Menghadapi Realitas (面对现实mien dui xian shi);
Menyongsong Hari Depan (与时俱进yu shi ju jin);
Menciptakan Sejarah Dengan Kekuatan” (“横行霸道”heng xing ba dao);
Pisau Bermata Dua dan Tiga Bilah Pisau”(“两面三刀”liang mian san dao)

Dan bagaimana Kaum Legalis ini “Menciptakan Sejarah Dengan Kekuatan” dan sebagai  “Pisau Bermata Tiga”, marilah kita bahas dalam tulisan berikutnya....

( Bersambung....... )

*10 http://baike.baidu.com/view/591970.html?fromTaglist
孟子《齐桓晋文之事章》 表现了孟子反对霸道、主张王道的仁政思想。他的仁政主张,首先是要给人民一定的产业,使他们能养家活口,安居乐业。然后再“礼义”来引导民众,加强伦理道 德教育,这样就可以实现王道理想。这种主张反映了人民要求摆脱贫困,向往安定生活的愿望,表现了孟子关心民众疾苦、为民请命的精神,这是值得肯定的。但孟 子的思想也有其局限性。一是战国时期,由分裂趋向统一,战争难以避免。孟子往往笼[发‘垄’]统反对武力,显得脱离实际不合潮流。二是他的仁政主张完全建 立在“性善论”基础上,未免过于天真、简单。孟子的思想虽然值得赞许,与当时的却步有很大距离,自然行不通。特色:1、孟子善辩,本文很好地体现了孟子的 论辩风格。2、孟子长于譬喻,本篇也运用了不少生动的比喻.

*11 http://baike.baidu.com/view/77856.htm
申不害(约公元前385~前337) 亦称申子,郑韩时期人物(今河南新郑)人。战国时期韩国著名的思想家。他在韩为相19年,使韩国走向国治兵强。作为法家人物,以“术”者称,是三晋时期法家中的著名代表人物。
郑国灭国之时,申不害年岁约在2030岁之间。作为一个亡国之贱臣,申不害可能杂学诸说。因 为在他之前的管子、李悝、慎到的学术理论中都有“术”的成份。有人根据申不害思想中有道家思想的痕迹,认为他是由道入法。这种说法有一定道理,但不能把他 的思想仅归为道法两家。
申不害相韩时,韩国已处弱势。韩昭侯即位不久,颇具雄心,任用贱臣申不害即为一例,申不害才华得有用武之地。
申不害的学术思想,明显地受到道家的影响,但他的直接来源是老子还是慎到,不得而知。但他的哲 学思想与慎到有极相似之处,他们都遵循老子的大统一哲学。“人法地,地法天,天法道,道法自然”。申不害认为,自然运行是有规律的,也是不可抗拒的。他认 为宇宙间的本质是“静”,其运动规律是“常”。他要求对待一切事情应以“静”为原则,以“因”为方法,“因”指“因循”,“随顺”。“贵因”指“随事而定 之”,“贵静”的表现就是“无为”。申不害把这些原则用于人事,构成他的社会哲学思想。“无为”主张的渊源即《老子》的“绝圣弃智”,申不害的“无为”, 要求的是君主去除个人作为的“无为”,以便听取臣下的意见。但是,申不害仅仅把这种“静因无为”的哲学思想用于“权术”之中。为了完善这种方法,他进一步 发挥《老子》“柔弱胜刚强”的思想,要求君主“示弱”,决不是指君主无所作为,只是君主决策前的一种姿态。在关键时刻,申子要求君主独揽一切,决断一切。 申不害的哲学思想,是君主哲学,是政治哲学。这种哲学由道家的“天道无为”演化发展来,是他的法家“权术”思想的基础。
申不害主“术”,但他所说的“术”,是在执行法的前提下使用的,而“法”又是用来巩固君主统治权的。因此他并不是不讲“法”与“势”的。


Daftar  Perpustakaan
-       先秦诸子百家争鸣易中天 CCTV
-       经典阅读文库 ---- 论语       李薇/主编
-       经典阅读文库 ---- 道德经       李薇/主编
-       中国古典名著精品 ---- 菜根谭      洪应明  
-       Internet : http://friesian.com/confuci.htm  : Confucius
-       孔子  -----   維基百科,自由的百科全書 Internet
-       网址:http://www.popyard.org
-       中国人生叢书    -----   墨子的人生哲学        杨帆/主编    陈伟/
-       Internet : http://baike.baidu.com
-       The Sayings of Mensius / 英译孟子      史俊赵校编
-       南华经    庄子   周苏平    高彦平   注译    安徽人民出版社
-       庄子   逍遥的自由人     林川耀 译编  出版者 :常春树书坊
-       http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml   春秋五霸之---晋文公
-       “When China Rules The World -  The rise of middle kingdom and the end of the western world”  by Martin Jacques ALLEN LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009

No comments:

Post a Comment