Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung
dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid IV
( 4 )
Pisau Bermata Dua & Tiga Bilah Golok
两面三刀 (Liang mian san dao)
两面三刀 (Liang mian san dao)
Seperti telah
diuraikan dimuka bahwa kaum Legalisme ini sangat berbeda sekali dengan kaum
Konfusianis, Motisme, Daoisme yang masing-masing mencoba memberi “Resep Obat”
untuk memperbaiki keadaan kacaunya masyarakat kala itu. Konfusianis mengusulkan
‘Cinta Benevolence’(仁爱ren ai) , Motis
mengusulkan‘ Cinta Universal’(兼爱jian ai) dan
Daois atau Lao-Zhuang mengusulkan ‘Tidak Berbuat’ (无为wu wei), yang
juga berpengertian tidak perlu obat tapi menenangkan diri. Sedang usulan dari Legalisme adalah sebilah
pisau jagal manusia.
Penguasa
tertinggi selama memegang erat-erat pisau ini, maka bisa mengatasi segala
masalah urusan dalam negeri. Namun apakah pisau dari Legalisme sama dengan
pengertian Hukum kita zaman sekarang? Pisau mereka ini kiranya mengadung arti
yang bagaimana? Ketidak samaannya dengan gagasan dari Konfusianis, Motis, Daois,
yang menampilkan sifat-sifat kodrati manusia dari sisi yang mana? Marilah kita
bahas satu per satu.
Pisau yang
disumbangkan Legalis kepada Penguasa tertinggi adalah “Pisau bermata dua dan
tiga bilah Golok” , mengapa mereka menyumbangkan pisau ini? Untuk membahas ini
terlebih dahulu perlu kita cari fakta-faktanya.
Siapakah kaum
Legalisme itu? Jika kita coba mengambil pengertian berdasarkan “Aliran yang
mengusulkan mengatur negara dengan peraturan atau hukum” maka akan salah. Aliran Legalisme ini sebenarnya telah lahir
cukup lama, hanya matangnya sangat terlambat menurut ukuran keadaan kala itu.
Jika ditelisit lebih jauh sebenar aliran ini sudah mulai lahir pada permulaan
zaman ‘Peperangan Musim Semi & Gugur’ yaitu pada tokoh yang bernama Guan
Zhong管仲 . Siapakah Guan Zhong ini ? Dia ini adalah
tokoh yang membantu Raja Qi Huan Gong (齐桓公) menjadi Super
Power. Dengan apa Guan Zhong membantu Raja Qi Huan Gong sehingga berhasil
menjadikan Super Power? Tidak lain dengan Ba Dao (霸道) atau Dengan
‘Kekerasan’.
Kekerasan yang
bagaimanakah yang digunakan Guan Zhong ? Secara garis besarnya adalah :
-
Mengadakan
sensus penduduk (查户口zha hu kuo)
-
Menetapkan Sistem Negara (定编制ding bian zhi)
-
Melaksanakan
Sistem Militerisasi (实行军管shi xing jun
guan)
Qi Huan Gong
meminta pedoman untuk mengatur negara kepada Guan Zhong, Guan Zhong mengusulkan
pertama harus membagi masyarakat negara menjadi empat golongan :
-
Kaum
Professional(士shi)
-
Kaum
Tani(农nong)
-
Kaum
Pertukangan(工gong)
-
Kaum
Pedagang(商shang)
Golongan
orang-orang ini harus dimukimkan ditempat yang berbeda, Kaum Professional(士shi)
ditempatkan dilokasi yang paling bagus dan istimewa. Petani ditempatkan di desa atau daerah pertanian. Buruh ditempat
disekitar Istana, karena mereka bekerja membuat macam-macam barang kebutuhan berupa
barang kerajinan dan lain-lain. Pedagang ditempat disepanjang tepi jalan-jalan
pusat perdagangan.
Setelah
dilokasikan mereka tidak diperkenankan berpindah-pindah lagi. Harus dijamin
bahwa keturunan Kaum Professional tetap sebagai kaum professional, keturunan
Petani tetap sebagai petani, keturunan Pertukangan tetap sebagai tukang,
keturunan Pedagang tetap sebagai pedagang.
Untuk tujuan ini
diseluruh negeri didirikan 15 pemukiman kaum professional, dengan strata sosial
sebagai berikut :
轨gui = Seperti
Rukun Tengga kita, setiap RT terdiri dari 5 keluarga, dipimpin seorang Ketua RT
yang disebut (轨长gui chang). Dari
setiap RT diambil 5 orang untuk dijadikan pasukan.
里li = Seperti
Rukun Warga kita, terdiri dari 10 RT. Ketuanya disebut Ketua RW (里长li
chang). Dari setiap RW diambil 50 orang untuk dijadikan pasukan.
连lian = Seperti
Kelurahan kita, terdiri dari 4 RW. Ketuanya disebut Kepala Lurah (连长lian
chang). Dari setiap Kelurahan diambil 200 orang untuk dijadikan pasukan.
乡xiang = Seperti
Desa kita, terdiri dari 10 Kelurahan. Ketuanya disebut Kepala Desa (乡长xiangchang).
Dari setiap Desa diambil 2000 orang untuk dijadikan pasukan.
军jun = Divisi.
Terdiri dari 5 Desa. Maka satu Divisi terdiri dari 10,000 tentara atau pasukan.
Seluruh negara
dibagi menjadi 15 Desa, jadi mereka memiliki 3 Devisi Pasukan (军jun).
Bagian Tengah
dipimpin oleh Raja, Bagian Kanan dan Kiri dipimpin oleh Dafu.
Menurut Guan
Zhong dengan pembagian sosial demikian, maka negara ditanggung akan menjadi
Super Power (称霸cheng ba).
Gagasan ini
menjadi sumber lahirnya Legalisme. Jadi Legalisme adalah gagasan yang
mengadalkan pada ‘Sistim Peraturan dan Penanganan Secara Taktis’ dalam mengurus
negara. (规章制度和枝术手段gui zhang zhi du
he zhi shu shou duan).
Maka kaum
cendikiawan Barat ada yang menamakan kaum Legalisme Tiongkok ini “School of
Administer Thought” “Aliran Kaum Administrasi” (行政管理学派xing zheng guan
li xue pai). Ada juga yang menamakan “School of Judicial Administer Thought”
atau “ Aliran Kaum Administrasi Judicial atau Keadilan” (司法与行政理学派si fa yu xing zheng li xue pai). Mereka bukanlah
Kaum atau aliran yang mengusulkan pengaturan negara dengan hukum sebagai Negara
Hukum.
Guan Zhong (管仲)
mengusulkan gagasan ini kepada Qi Huan Gong tujuannya agar Qi Huan Gong bisa
merealisasikan untuk menjadi super power. Yaitu agar bisa “Menciptakan Sejarah
Dengan Kekuatan” (“横行霸道”heng xing ba
dao). Untuk keberhasilan ini maka Raja harus memegang kekuasaan tertinggi atau
sebagai Panglima Tertinggi. Dengan
gagasan Guan Zhong ini sebenarnya Negara dijadikan satu markas tentara besar.
Panglima Tertinggi ada ditangan Raja. Legalisme adalah Aliran yang mengusulkan
“Kekuasaan Totaliter Raja”.
Maka oleh
cendikiawan Yi Zhong Tian mengusulkan, Konfusianis seharusnya disebut Kaum
Budimanisme (儒家 德家 ru jia de jia),
Legalis seharusnya disebut Kaum Totaliterisme (法家 权家 fa jia quan jia).
Usulan Kaum Legalisme ini sangat cocok dengan kemauan para Raja kala
itu, yang menginginkan menjadi super power. Sehingga Pemikiran Kaum Konfusianis
dan Motis sangat populer dikalangan kaum terpelajar atau pemikir, sedang
Legalis populer dalam dunia politik dan pengaruhnya sangat besar.
Sebagai pecetus
Legalisme, Guan Zhong melalui usulannya telah menjadikan Raja Qi Huan Gong
sebagai pemegang kekuasaan totaliter, membantu Raja ini menjadi Raja pertama
dalam zaman ‘Peperangan Musim & Gugur’ sebagai Negara Super Power pertama.
Li Kui (李悝),
Shang Yang (商鞅), Shen Bu Hai (申不害)*11 adalah
tokoh-tokoh kaum Legalisme yang menjadi pejabat negara yang telah membantu para
Raja dan negaranya menjadi Kaya dan Militer Kuat. Pada akhir zaman ‘Peperangan Negara-negara’, Hanfei
telah merangkum semua pikiran-pikiran pendahulunya, dan menyempurnakan lagi,
sehingga lebih memberi kekuasaan yang lebih kokoh dan sempurna kepada Penguasa
Tertinggi atau Raja. Namun usulan yang diberikan ini berupa sebilah ‘Pisau
Bermata Dua dan Tiga Bilah Golok”( 两面三刀Liang mian san dao).
Yang dimaksud
dengan ‘Pisau Bermata Dua dan Tiga Bilah Golok”( 两面三刀Liang mian san
dao) merupakan hasil dari ‘Kekuasaan Totaliter Raja’ dan “Menciptakan Sejarah
Dengan Kekuatan” (“横行霸道”heng xing ba
dao).
Pisau bermata
dua pada saat itu adalah pisau yang depan belakang tajam, pengangannya berada
ditengah dinama disebut juga Erbing (二柄).
Hanfei
mengatakan “Pisau dua mata itu, mata yang satu berarti sanksi (刑xing),
yang satu lagi berarti hadiah (德de = disini
berarti hadiah), atau istilah Mandarinnya “Hadiah & Hukuman” (赏/奖&罚/惩shang
/jiang & fa/cheng). Pisau dua mata Hanfei ialah ancaman dan imbalan hadiah.
Bagi si pelanggar peraturan berarti mati, dan bagi yang berjasa akan diberi
imbalan hadiah.
Juga berarti
“Ancaman dan Imbalan” (二柄者 刑德也 杀戮之谓刑 庆赏之谓德《韩非子 二柄》 Er bing zhe, xing de ye, sha lu zhi wei xing,
qing shang zhi wei de
Tiga bilah golok :
-
Golok
Kekuasaan (势shi)
-
Golok
“Siasat” (Shu 术) atau = Siasat
Berkuasa
-
Golok
“Legal”(法fa)
Golok pertama
dinamai kekuasaan(势shi), seorang
Raja harus punya kekuasaan terbesar, kedudukan tertinggi. Ini pertama kali
diusulkan oleh seorang yang bernama Shendao (慎到), dia
mengusulkan ini bertujuan untuk melawan usulan Motis tentang ‘Cinta’ dalam
mengaturan negara. Memang Konfusianis juga ada sedikit mengusulkan hal yang
sama yaitu “Pimpinan harus berupa orang unggulan yang berbudi pekerti baik dan
Bajik, dan mempunyai keahlian”. Konfusianis dan Motis sama dan sejalan dalam
hal ini. Tapi menurut Legalis, ini semua tidak perlu, menurut mereka yang
diperlukan Pimpinan harus mempunyai ‘Kekuasaan’, harus mempunyai ‘Kedudukan’.
Shendao(慎到)
mengatakan: Mengapa Naga bisa berterbangan di langit, karena dia menumpang awan-awan
yang berterbangan dilangit. Awan itu
merupakan “Kekuasaan” dia, begitu awan itu dicabut langit menjadi cerah tidak
berawan, maka Naga ini akan jatuh ke bumi, dan akan seperti semut dan cacing
tanah, tidak ada bedanya.
Pendapat Shendao
ini ada yang menentang, mengatakan bahwa
pendapat Shendao ini salah, sebab memang benar bahwa Naga tanpa awan tidak akan
bisa terbang kelangit, tapi semut dan cacing tanah walaupun ada awan juga tidak
akan bisa terbang kelangit. Kualitas seorang pemimpin sangat berpengaruh, lihat
saja sama-sama memiliki ‘Kekuasaan’ tapi mengapa Yao Shun (尧舜)
bisa mengatur negara dengan baik, namun mengapa Jie Zhou (桀纣)
justru sebaliknya membuat negaranya menjadi kacau? Masalahnya karena kualitas
pribadi masing-masing berbeda.
Argumen Hanfei :
Memang benar walaupun ada awan, semut dan cacing tanah tidak mungkin bisa
terbang kelangit. Tapi seorang Raja asalnya juga dari dunia ini, bagaimana bisa
menjamin bahwa sang Raja ini memang berasal dari Naga atau Burung Hong.
Bagaimana bisa menjamin bahwa sang Raja ini bukan seekor semut dan cacing
tanah? Tokoh-tokoh seperti Yao, Shun, Jie, Zhou belum tentu dapat kita temui
lagi dalam ratusan tahun yang akan datang, tidak mudah untuk menemukan lagi
tokoh serupa dengan mereka. Dan sekarang Raja-raja kita ini semua hanyalah
orang biasa, tidak sebaik Yao, Shun dan tidak sejelek Jie Zhou (桀纣),
mereka ini semua hanya orang seperti kita ini. Kita dalam membuat suatu sistim,
mana mungkin berpendoman kepada manusia-manusia langka ini, harus berpedoman
kepada manusia biasa, dan harus menjamin orang biasa yang menjadi Raja diberi
‘Kekuasaan’ . Inilah Pisau Pertama dinamai Kekuasaan (势shi) dari
Legalis.
Golok kedua : Dinamakan Shu (术)
atau “Siasat” dengan kata lain ‘Siasat
Berkuasa’.
Tidak hanya
harus punya kekuasaan, tapi perlu punya Teknik Berkuasa, punya siasat untuk
berkuasa. Hal demikian banyak sekali ditulis dalam buku Hanfei. Semuanya
berhubungan bagaimana mencelakakan orang, namun dalam konteks ini kita hanya
akan membicarakan tentang tulisannya yang berhubungan dengan bagaimana
memproteksi diri kita sendiri.
Ada cerita
tentang Jin Wen Gong晋文公 (Raja Negara Jin). Han Fei menceritakan
bahwa suatu kali Jin Wen Gong waktu
makan mendapat suguhan masakan Daging Panggang, tapi Raja melihat bahwa pada
permukaan daging panggang tersebut tergulung seutas rambut orang.
Raja Jin Wen
Gong marah, dipanggillah sang juru masak. Kepada sang juru masak dia
mengatakan; “Kamu bermaksud membunuh saya ya! ” .
Sang Juru masak
berlutut dan mengatakakan : “Hamba memang mempunyai kesalahan fatal tiga macam.
Pertama, pisau hamba walaupun sangat
tajam dan sangat mudah sekali untuk memotong daging, semua daging dapat hamba
potong, hanya rambut tidak mampu hamba potong. Ini adalah kesalahan fatal hamba
yang pertama. Yang kedua, ketika hamba akan panggang daging tersebut,
dengan tusukan sate besi hamba tusuk-tusuk semua daging-daging tersebut, semua
potongan daging tersebut bisa terlihat oleh hamba, tapi hanya rambut ini tidak
terlihat. Ini merupakan kesalahan fatal hamba kedua. Yang ketiga, ketika daging
tersebut hamba letakan diatas api untuk dipanggang, daging sudah matang, jusnya
telah keluar, tapi rambut ini tidak juga mau terbakar. Ini adalah kesalahan
fatal hamba ketiga. Benar-benar hamba ini patut dihukum mati.”
Mendengar
penjelasan ini Raja serta merta mengerti, bahwa masalah rambut ini ada pihak
ketiga yang coba men-sabotase, ada yang coba mencelakakan dia. Setelah
diselidiki memang benar ada orang yang coba mencelakakan sang juru masak
ini.
Ini merupakan
salah satu teknik dari siasat Hanfei. Dari cerita ini Hanfei ingin menyampaikan
pesan bahwa jika menghadapi suatu kasus perkara, maka perlu untuk diadakan
penyelidikan seksama dengan melihat latar belakang perkara yang bersangkutan.
Penyebab timbulnya perkara ini perlu diselidiki, perkara ini menguntungkan
pihak mana dan siapa yang dirugikan. Dengan demikian dapat ditemukan orang yang
menyebabkan kasus tersebut terjadi. Ini yang dinamakan dengan ‘Pisau Siasat’
(Shu 术).
Golok ketiga : Dinamakan “Legal”(法fa).
Yang dimaksud
disini bukan Legal seperti yang kita sekarang namakan “Hukum”, mungkin sebagian
memang ada termasuk dalam hukum yang kita anut sekarang. Karena semua peraturan
dan perintah-perintah dari penguasa bagi Hanfei adalah Legal atau Hukum.
Untuk ini Hanfei
memiliki suatu rumusan yang mengatakan : Apa itu hukum, adalah semua ketentuan
yang ditetapkan oleh penguasa, ketentuan ini merupakan suatu patokan. Patokan
tersebut harus disosialisasikan dan ditanamkan dihati semua hati rakyat,
maksudnya agar rakyat itu memahami apa yang boleh diperbuat, apa yang tidak
boleh diperbuat. Ini yang dinamakan “Legal” oleh Hanfei.
(法者 宪令著于官府 刑罚必于民心 赏存乎幀法 而罚加乎奸令者也《韩非子 定法》 Fa zhe, xian
ling zhu yu guan fu, xing fa bi yu min xin, shang fu hu zheng fa, er fa jia hu
jian ling zhe ye).
Jadi
tiga ciri khas dari ‘Legal’nya Hanfei
adalah :
-
Peraturan dan
Instruksi menjadi Ketentuan Mutlak (明文规定ming
wen gui ding)
Tidak boleh
dibantah dan tidak boleh sembarangan dinilai atau dikomentari. (Ini bukan hukum
lagi. Hukum seharusnya tertulis dan ada bukti hitam diatas putih).
-
Ketentuan
ditetapkan penguasa (官方制定guan fang zhi
ding) . (Tidak ada demokrasi rakyat).
-
Diumumkan
secara terbuka (公开宣布gong kai xuan
bu). Tidak boleh disembunyikan, harus
diumumkan secara sejelas-jelasnya kepada masyarakat.
Hukum dan Siasat
dari Hanfei justru berlawanan, menurut Hanfei hukum harus diumumkan terbuka,
semua orang harus mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat. Tapi
siasatnya rakyat tidak boleh mempengetahui. Siasat hanya dimiliki Raja untuk
menghadapi orang lain. Jadi peraturan atau hukum lebih terbuka lebih baik, tapi
siasat lebih misterius dan tertutup akan lebih baik. Inilah Golok ketiga dari kaum Legalisme.
(法莫如显 而术不欲见《韩非子 难三》 fa mo ru xian,
er shu bu yu jian).
Jadi ‘Tiga Bilah
Golok’ Legalisme adalah:
Kekuasaan (势shi),
Shu 术atau Saisat
dengan kata lain ‘Siasat Berkuasa’, disebut “Legal”(法fa).
‘Kekuasaan’ (势shi)
untuk membangun ‘Kewibawaan’(势立威shi li wei). ‘
Siasat’ (Shu 术)
untuk menghadapi para pejabat.(术驭臣shu yu chen).
‘Legal’(法fa)
untuk memerintah rakyat.(法治民fa zhi
min).
Tiga bilah golok
memiliki manfaat yang berbeda. Tapi pendek kata adalah masalah ‘Imbalan dan
Hukuman’(赏shang dan 罚fa).
Kedua pisau/golok diatas disebut ‘Pisau Bernata Dua dan Tiga Bilah Golok’ dari
Legalisme. Yang merupakan usulan dasar dari kaum Legalis.
Aliran Legalisme
pada garis besarnya terbagi menjadi Tiga aliran :
-
Shendao
(慎到) menitik beratkan akan ‘Kekuasaan’ (势shi)
-
Shenbu
Hai (申不害) menitik
beratkan akan ‘Siasat’ ( Shu 术)
-
Shangyang
(商鞅)
menitik beratkan ‘Legal’(法fa)
-
Hanfei
(韩非) merangkaum
ketiganya, mengusulkan gabungan dari ‘Kekuasaan’ (势shi), ‘Siasat’ (
Shu 术), dan ‘Legal’(法fa).
Usulan kaum
Legalis ini bertujuan untuk memberi kekuasaan tertinggi dan sangat besar kepada
penguasa Tertinggi atau Raja, melalui ‘Pisau bermata dua dan tiga bilah pisau’
ini oleh Raja dijadikan alat berupa jaring besar untuk menguasai dan memerintah
negara dan rakyat.
Kemudian sisi
dasar kemanusiaannya terletak dimana? Menurut pandangan Kaum Legalis usulan
Kaum Konfusianis tentang ‘Cinta Kasih, Kebenaran, kebajikan dan Moralitas’ (仁义道德ren
yi dao de) ’ mengapa tidak dapat digunakan untuk dasar penyelesaian dan
mengatasi keadaan negara kala itu? Penyebabnya sangat sederhana, karena mereka
berpendapat bahwa usulan ini tidak bisa dipakai, dan tidak cocok untuk
digunakan.
Berkaitan ini
Hanfei bercerita (Hanfei seperti diketahui tidak cakap berbicara tapi sangat
baik dalam menulis dan pandai bercerita):
Suatu ketika Raja Wei Hui Wang (魏惠王) atau Liang Hui
Wang梁惠王 bertanya kepada
seorang yang bernama Bupi (卜皮) : “Menurut
Tuan saya tergolong Raja yang bagaimana ? ”.
Bupi menjawab :
“Hamba mendengar bahwa YM adalah seorang yang sangat murah hati, dan mengerti
balas budi.”
Hui Wang
bertanya lagi : “ Tuan ini banyak bepergian kesana kemari pasti bertemu banyak
orang, banyak melihat pasti berpengetahuan banyak. Coba Tuan katakan kebaikan
dan murah hati saya ini kiranya sampai pada tingkatan yang bagaimana?”.
Bupi menjawab: “Haiiya,
hamba mendengar bahwa tingkatan kebaikan dan murah hati YM sudah sampai pada
tarap dimana negara menjelang runtuh.”.
Hui Wang
bertanya : “Mengapa bisa demikian? Bukankah baik hati dan murah hati itu adalah
sifat Kebajikan dan Berbudi(道德)? Mengapa bisa
meruntuhkan negara?”.
Bupi menjawab: “Seorang
yang baik hati dan murah hati akan tidak tegah menjatuhkan hukuman kepada
orang. Dan orang yang murah hati sering membabi buta membagikan hadiah dan
penghargaan kepada orang lain. Maka akibatnya orang yang bersalah dan pesakitan
tidak dianggap berdosa dan tidak dihukum, yang tidak berjasa apa-apa juga
diberi hadiah. Dengan demikian apakah tidak berakibat negara jadi runtuh?”.
Menurut Hanfei
sifat ‘Cinta Benvolence’ ini justru berakibat negara menjadi bangkrut dan
runtuh, karena Penguasa tidak memanfaatkan dengan tepat “Pisau Bermata Dua”.
Pisau ini tidak boleh dipakai sembarang, harus digunakan menurut aturannya.
Harus digunakan dengan siasat, digunakan berdasarkan kekuasaan dan aturan.
Maka Hanfei
mengatakan: “Pejabat harus mengatur Dafu (大夫) dan Direktur
rumah tangganya(家臣jia chen)dengan
ketat dan disiplin, sehingga mereka tidak ada yang tidak menurut dan berani
coba-coba membangkang”.
Ini seperti
dalam keluarga, jika anak-anaknya dimanjakan setiap hari, hampir dipastikan
seluruh anak-anaknya akan gagal. (严家无悍虏 而慈母有败子《韩非子 显学》yan jia wu han
lu, er ci mu you bai zi). Pandangan
Hanfei ini menjadi salah satu pemeo dikalangan orang Tionghoa yang mengatakan: “Dengan
tongkat menjadikan anak menjadi baik, dengan sumpit (makan) menjadikan anak
jadi bergajul dan berengsek.”
(棒子头下出孝子 筷子头下出浪子 bang zi tau xia chu xiao zi, kuai zi tuo xia chu
lang zi).
Hanfei bercerita
lagi: di negara Song宋 ada seorang
Penguasa Daerah (诸侯zhu huo) yang
mempunyai seorang pejabat bernama Zihan (子罕), orang ini
sangat licin. Dia berunding dengan majikannya dan mengatakan: “Kita ini dalam
memerintah rakyat sudah memakai cara “Pisau Bermata Dua” yaitu dengan memberi
Imbalan dan Hukuman. Tapi rakyat sangat senang akan ‘Imbalan dan Hadiah’ tidak
suka ‘Hukuman’ bagaimana ya?”.
Sang Penguasa
Daerah bodoh ini terbengon-bengon juga dan bertanya: “Bagaimana ya
baiknya?”.
Zihan berkata:
“Begini saja rakyat jelas akan suka hadiah, jadi kekuasaan untuk memberi hadiah
Yang Mulia saja yang pegang, kekuasaan untuk menghukum orang biar hamba saja
yang pegang.”.
Penguasa Daerah
bodoh ini berpikir orang ini boleh juga: “Boleh, boleh kekuasa menghukum biar
kamu saja yang pegang. Dan Saya spesial memegang kekuasaan untuk yang baik-baik
saja, untuk membagi-bagikan hadiah. kamu menjadi pejabat ‘Penghukum’ atau Hakim.”
Belakangan
justru rakyat ini sangat mengharapkan Hadiah
dan sangat takut kepada Hukuman, akibatnya semua orang menjadi pengikut
dari Zihan dan menjadi penurut atas
perkataan Zihan. Setahun kemudian Zihan (子罕) menggeser
kedudukan sang majikan melalui kekuatan rakyat.
Hanfei
mengatakan menurut cerita ini, apakah yang disebut ‘cinta dan moral, berbudi
baik’ masih bisa dipakai? apa masih berguna? Nyata-nyata sama sekali tidak
berguna. Karena menurut Hanfei kita harus tahu hubungan antara manusia dengan
manusia lainnya itu sesungguhnya hubungan yang bagaimana? Sama sekali bukan apa
yang diusul oleh Konfusianis yaitu ‘Cinta Kasih, Kebenaran, Kebajikan dan
Moralitas’ (仁义道德ren yi dao de)’.
Melainkan tentang ‘Untung atau Rugi”.
Apakah seperti
apa yang diusulkan oleh Konfusianis tentang ‘Saling Mengalah’? Juga bukan.
Melainkan adalah tentang ‘Kalkulasi atau Perhitungan tentang Untung atau Rugi’.
Hanfei lebih
lanjut mengatakan: “Misalnya seorang majikan dan tuan tanah yang memakai tenaga
kerja atau petani pekerja, pada siang hari dan malam hari tuan tanah ini dengan
baik hati menghantar makanan kepada para pekerjanya dengan makanan dan minuman
yang enak-enak. Dalam hal ini apakah sang majikan atau Tuan tanah ini ‘Cinta’
terhadap para pekerja? Bukan. Melainkan karena mengharapkan para pekerjanya
supaya kenyang dan bekerja lebih giat untuknya. Sebaliknya para pekerja ini
bekerja dengan giat dan berusaha hasil panenannya menjadi berlimpah, apakah
karena mereka ini ‘cinta’ terhadap sang Majikannya? Juga tidak. Tapi hanya
mengharapkan jika hasilnya baik dapat mendapatkan gaji yang lebih tinggi.”
Hanfei ada
cerita lagi : Di Negara Wei ada sepasang suami istri, sang istri setiap hari
ber-doa minta perlindungan untuk suaminya agar selamat, dan diberi berkah
seratus gepok (gulung) kain atau seratus tael uang. Melihat ini sang suami
menjadi heran dan mengatakan: “Cukuplah berdoa”, sang suami sama sekali tidak
percaya. Dia sadar bahwa itu tidak akan membawa keuntungan apa-apa. Tapi begitu
sudah menjadi kaya, dia memelihara istri muda. Sama sekali tidak bisa
dipercaya.
Lebih lanjut
Hanfei berujar, lihat rakyat kecil begitu mendapatkan seorang Putra senangnya
bukan main, tapi jika mendapatkan seorang putri menjadi cemberut sedih.
Mengapa? Karena menganggap seorang putra bisa membantu bapaknya untuk bekerja
kasar, tapi seorang putri hanya memboroskan uang saja.
Bayangkan saja
sikap terhadap sanak keluarganya sendiri ini. Orangtua terhadap sanak
keluarganya sendiri saja juga “mengkalkulasi” akan ‘Untung Rugi’nya, apalagi
terhadap orang lain yang tidak ada hubungan darah sama sekali. Lebih-lebih lagi
hubungan antara Raja, Pejabat, Rakyat sama sekali tidak ada hubungan darah sama
sekali.
Pada dasarnya
juga tidak ada apa itu yang dinamakan ‘cinta kasih’, bagaimana bisa mengadalkan
‘Cinta & Budi’? Seorang Pejabat mengapa akan mengabdi kepada Raja, karena
ingin mendapatkan kedudukan. Sang Raja bisa memanggil mereka untuk bekerja
untuknya, karena Raja memberi imbalan kepadanya. Sehubungan dengan hal inilah,
maka imbalan tidak boleh diberikan kepada sembarang orang, yang tidak berjasa
tidak boleh mendapatkan hadiah, jika imbalan diberikan kepada yang tidak
berbhakti dan berjasa akibatnya mereka akan melunjak, yang berakibat kedudukan
dirinya akan goyah. Jadi hubungan antar manusia itu tidak lain adalah Masalah
Untung Rugi. Maka dari itu harus berhati-hati, sama sekali jangan mudah percaya
kepada orang lain.
Hanfei mengata :
“Sebagai pemimpin persoalan yang terbesar adalah tentang ‘Percaya kepada Orang
lain’. Begitu kita percaya kepada orang lain, orang ini akan menguasai
kamu”. (人主之患 在于信人 信任 则制于人 《韩非子 备内》 ren zhu zhi bei, zai yu xin ren, xin ren, ze
zhi yu ren).
Hanfei
mengemukakan, bahwa pada kala itu sanak keluarga dari Raja dan Penguasa
Daerah banyak pihak yang mencoba
membunuhnya, mengapa? Karena sistim pemerintahan kala itu adalah berdasarkan
keturunan, maksudnya Putra Pertama dari istri pertama merupakan calon penerus
jabatannya. Ini merupakan satu ketentuan, tapi pada zaman’Peperangan
Negara-negara’ sistim ini justru gugur dan tidak diperdulikan lagi. Semua
berdasarkan kepada sang Raja, siapa saja yang dia senangi dan dia pilih bisa
menjadi penerus jabatannya. Jika ternyata sang putra sulung dari istri resmi
pertama terlihat tidak ada harapan untuk bisa terpilih sebagai penerus maka
akan menjadi masalah.
Menurut Hanfei
hal ini terjadi karena seorang laki-laki setelah berumur 50 tahunan akan
mempunyai sifat ‘hidung belang’, sedang seorang wanita setelah lebih dari umur
30 tahunan gairahnya akan menurun (ini pada zaman Hanfei, tidak sama dengan
zaman sekarang. Saat itu kebanyakan wanita kawin dan punya anak pada umur lebih
muda, ditambah lagi kerjanya berat serta gizi makanan tidak sebaik sekarang,
jadi orang pada umumnya lebih cepat menjadi tua).
Sedang seorang
Raja menghendaki wanita yang umur berapa saja akan tidak menjadi kesulitan. Dan
selalu ada saja yang menyodori wanita-wanita cantik dan muda, akibatnya anaknya
menjadi banyak. Maka sering terjadi wanita kesayangannya adalah yang muda dan
lebih cantik dan bisa merayu serta menarik hatinya, sangat mungkin sang Raja
akan menjadikan Putra dari sang wanita ini menjadi calon penerusnya, dan
menyingkirkan Putra pertama dari istri pertamanya sebagai Putra Mahkota.
Pada saat-saat
demikian maka kemungkinan Ibu dan Putra (istri pertama) dari wanita ini merasa
akan berada dalam situasi yang berbahaya. Satu-satunya jalan untuk mengatasi
permasalahan ini dengan mempercepat mendapatkan jabatannya, adalah membunuh
sang Raja, karena penerus ini hanya bisa mendapatkan jabatannya setelah sang
Raja (bapak) meninggal. Bagi si istri dan anak untuk membunuh bapaknya sendiri
akan sangat mudah. Hanfei mengatakan
ada dua cara , pertama dengan racun, yang kedua menjerat leher dengan tali.
Setelah mengemukakan pendapat ini dia berkata : Anak istri adalah orang yang
paling dicintai, orang-orang ini tidak boleh dipercaya.
以妻之近与子之亲 而优不可信 则其余无可信者矣《韩非子 备内》 Yi qi zhi jin zi zhi qin, er you bu ke
xin, ze qi yu wu ke xin zhe yi ( Lalu
siapa yang harus dipercaya. Ini benar-benar keterlaluan, kalau bukan mereka
siapa yang harus dipercaya ?)
Disini bisa
dilihat pandangan kemanusiaan Hanfei yang hanya melihatnya dari satu sisi saja.
Dia ini mencoba mengutuk semua usulan dari Konfusianis, Motis dan Daois tanpa
tersisa. Justru memperlihat dasar kemanusiannya yang keji, kejam dan haus
darah. Ini benar-benar menunjukkan kesadisan dari Hanfei dalam segi kemanusiaan
atau humanitinya. Hanfei dengan muka dingin mengemukakan pendapat ini dan sama
sekali tidak menunjukan ekpresi muka yang berubah, membuat orang yang
melihatnya akan menjadi terperangah.
Bagi
pendengarnya bisa merasakan dimana kelembutan (温柔wen rou) dari
Konfusianis, Ketegasan (执著zhi zhu) dari Motis, romantismenya
Zhuangzi, kini semuanya disikat habis.
Hanfei merasa
pandangannya benar, tapi sebetulnya tidak semuanya benar. Ini bisa dilihat
dimana jika terjadi bencana alam dan memakan korban banyak, banyak orang akan
iba hatinya dan semangat serta rasa untuk menyumbang itu tergerakan, ini
membuktikan bahwa hubungan antar manusia dengan manusia itu ada perasaan,
memang ada ‘Cinta Kasih’.
Dari sini bisa
membuktikan bahwa pendapat Hanfei tidak benar dan salah. Tapi harus diakui
kadang kala pendapat ini pada situasi dan kondisi tertentu ada benarnya. Namun
yang perlu diketahui mengapa Hanfei hingga mengatakan demikian? Mengapa dia
menempatkan hubungan kemanusiaan ini pada posisi yang begitu buruk? Pemikiran
ini kiranya sumbernya berasal dari mana? Marilah kita bahas dalam tulisan
berikut.....
( Bersambung
.......... )
*10
http://baike.baidu.com/view/591970.html?fromTaglist
孟子《齐桓晋文之事章》 表现了孟子反对霸道、主张王道的仁政思想。他的仁政主张,首先是要给人民一定的产业,使他们能养家活口,安居乐业。然后再“礼义”来引导民众,加强伦理道 德教育,这样就可以实现王道理想。这种主张反映了人民要求摆脱贫困,向往安定生活的愿望,表现了孟子关心民众疾苦、为民请命的精神,这是值得肯定的。但孟 子的思想也有其局限性。一是战国时期,由分裂趋向统一,战争难以避免。孟子往往笼[发‘垄’]统反对武力,显得脱离实际不合潮流。二是他的仁政主张完全建 立在“性善论”基础上,未免过于天真、简单。孟子的思想虽然值得赞许,与当时的却步有很大距离,自然行不通。特色:1、孟子善辩,本文很好地体现了孟子的 论辩风格。2、孟子长于譬喻,本篇也运用了不少生动的比喻.
*11
http://baike.baidu.com/view/77856.htm
申不害(约公元前385~前337) 亦称申子,郑韩时期人物(今河南新郑)人。战国时期韩国著名的思想家。他在韩为相19年,使韩国走向国治兵强。作为法家人物,以“术”者称,是三晋时期法家中的著名代表人物。
郑国灭国之时,申不害年岁约在20—30岁之间。作为一个亡国之贱臣,申不害可能杂学诸说。因 为在他之前的管子、李悝、慎到的学术理论中都有“术”的成份。有人根据申不害思想中有道家思想的痕迹,认为他是由道入法。这种说法有一定道理,但不能把他 的思想仅归为道法两家。
申不害相韩时,韩国已处弱势。韩昭侯即位不久,颇具雄心,任用贱臣申不害即为一例,申不害才华得有用武之地。
申不害的学术思想,明显地受到道家的影响,但他的直接来源是老子还是慎到,不得而知。但他的哲 学思想与慎到有极相似之处,他们都遵循老子的大统一哲学。“人法地,地法天,天法道,道法自然”。申不害认为,自然运行是有规律的,也是不可抗拒的。他认 为宇宙间的本质是“静”,其运动规律是“常”。他要求对待一切事情应以“静”为原则,以“因”为方法,“因”指“因循”,“随顺”。“贵因”指“随事而定 之”,“贵静”的表现就是“无为”。申不害把这些原则用于人事,构成他的社会哲学思想。“无为”主张的渊源即《老子》的“绝圣弃智”,申不害的“无为”, 要求的是君主去除个人作为的“无为”,以便听取臣下的意见。但是,申不害仅仅把这种“静因无为”的哲学思想用于“权术”之中。为了完善这种方法,他进一步 发挥《老子》“柔弱胜刚强”的思想,要求君主“示弱”,决不是指君主无所作为,只是君主决策前的一种姿态。在关键时刻,申子要求君主独揽一切,决断一切。 申不害的哲学思想,是君主哲学,是政治哲学。这种哲学由道家的“天道无为”演化发展来,是他的法家“权术”思想的基础。
申不害主“术”,但他所说的“术”,是在执行法的前提下使用的,而“法”又是用来巩固君主统治权的。因此他并不是不讲“法”与“势”的。
Daftar Perpustakaan
-
先秦诸子百家争鸣:
易中天 CCTV
-
经典阅读文库 ---- 论语 李薇/主编
-
经典阅读文库 ---- 道德经 李薇/主编
-
中国古典名著精品 ---- 菜根谭 洪应明
著
-
Internet
: http://friesian.com/confuci.htm :
Confucius
-
孔子 ----- 維基百科,自由的百科全書 Internet
- 网址:http://www.popyard.org
-
中国人生叢书 -----
墨子的人生哲学 杨帆/主编 陈伟/著
-
Internet
: http://baike.baidu.com
-
The
Sayings of Mensius / 英译孟子
史俊赵校编
-
南华经
庄子
周苏平
高彦平
注译
安徽人民出版社
-
庄子
逍遥的自由人 林川耀 译编 出版者 :常春树书坊
-
http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml 春秋五霸之---晋文公
-
“When
China Rules The World - The rise of
middle kingdom and the end of the western world” by Martin Jacques ALLEN LANE an imprint of
Penguin Book, First Published 2009
No comments:
Post a Comment