Friday 24 June 2016

Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid IV

( 3 )


Dengan Kekuatan Menciptakan Sejarah 横行霸道

Pada akhir Disnasti Zhou, Raja Zhou sangat lemah, para penguasa daerah sudah tidak tidak bisa dikuasai lagi oleh pusat pemerintahan. Masing-masing penguasa daerah memproklamirkan diri seagai Negara independen sendiri-sendiri, dan penguasa daerah masing-masing menamakan dirinya sebagai Raja.

Antara Negara-nagara ini saling serang menyerang untuk memperbesar wilayah dan kekuasaannya. Maka dimulialah ‘Peperangan Musim Semi dan Gugur’(春秋chun qiu), situasi ini berlanjut terus hingga ‘Peperangan Negara-negara’(战国zhang guo).

Pada saat itu salah satu Negara itu yaitu Negara Qin yang berkeinginan untuk merubah sistim ketata-negaraannya dengan sistim yang baru. Sistim pembagian tanah menjadi negara-negara (Feoldalis) yang dianut Kerajaan Zhou saat itu di-unifikasikan menjadi satu negara dengan cara “Unifikasi dengan Kekerasan (霸道ba’dao)” .  Untuk perubahan tersebut perlu adanya reformasi, kaum Legalisme untuk tujuan itu telah mengadakan pengutukan terhadap semua gagasan yang ada, dan mengeluarkan suatu Gagasan Baru dengan cara “Pemaksaan (横行heng’xing)” . Memang secara artian sekarang (横行霸道heng xing ba dao) bisa berarti “Lalim dan Merajarela”.    

Namun dalam konteks ini, akan dijelaskan apa itu “Unifikasi dengan Kekuatan霸道ba dao”.     Telah dikemukakan di depan bahwa Konfusianisme, Motisme, Daoisme dan Legalisme adalah suatu falsafat yang masing-masing mewakili shi atau kaum professional freelancers. Konfusianis mewakili falsafatnya Kaum Ahli Surat (儒家代表的是儒士ru jia dai piao de shi ru shi).  Motis mewakili falsafatnya Kaum Ahli Silat /Pendekar (墨家代表的是侠士mo jia dai piao de shi xia shi).  Daois mewakili falsafatnya Kaum Petapa (道家代表的是隐士dao jia dai piao de shi yin shi). Legalis mewakili falsafatnya Kaum Ahli Perencana Strategi/Siasat (法家代表的是谋士fa jia dai piao de shi mou shi).  Mereka itu semua filosof, sehingga perlu bagi mereka untuk mengemukan argumentasi serta alasannya (dao), karena argumentasi dan alasannya berbeda maka strategi dan siasatnya (mou) juga berbeda.

Argumentasi mereka dapat dibedakan sebagai berikut :
-   Daois ber-argumentasi dengan Hukum Alam /Tian Dao天道 (道家讲天道dao jia jaing tian dao) , dimaksud dengan Tian Dao天道 adalah Aturan pada masa zaman tribal primitif
-  Motis ber-argumentasi dengan  Di Dao帝道(墨家讲帝道mo jia jiang di dao), dimaksud Di Dao帝道 adalah Aturan persekutuan antar tribal primitif.
-  Konfusianis ber-argumentasi dengan Wang Dao王道(儒家讲王道ru jia jiang wang dao)  dimaksud Wang Dao王道 adalah Aturan persekutuan antar negara-negara feodal  pada masa itu.
-  Legalis ber-argumentasi dengan “Kekuasaan dengan Kekerasan” 霸道Ba Dao(法家讲霸道fa jia jiang ba dao),  dimaksud Ba Dao霸道 sebenarnya adalah Aturan Negara Imperial(帝国di guo), tapi disini hanya dimaksud aturan yang berlaku pada masa itu (tahun 722SM – 476SM=295tahun)/(春秋五霸之道chun qiu wu ba zhi dao).


Pada saat zaman itu di Tiongkok, strata sistim kenegaraannya adalah seperti bagan diatas ini :
Seluruh Daratan Tiongkok disebut Tian Xia (天下) yang berarti juga “Bumi & Langit (dunia)”, Tian Xia terdiri dari beberapa Negara-negara Feodal yang bersekutu (union). Negara-negara Union ini mempunyai pemimpin satu yaitu Tianzi(天子) dalam konteks ini adalah Zhou Tianzi (周天子).

Zhou Tianzi secara simbolis menyerahkan sebagian wilayah-wilayahnya kepada Zhu Hou (诸侯) atau Penguasa Wilayah, mereka ini biasanya masih kerabat Tianzi. Setiap Zhu Hou mendirikan sebuah Negara (guo), maka Zhu Hou ini dinamakan Guo Jun (国君) atau Penguasa Negeri.  Kemudian Zhu Hou (诸侯)  membagi-bagikan sebagian tanah didaerah wilayahnya kepada Dafu (大夫), daerahnya ini disebut Jia ().   Jadi strata kenegaraan pada saat itu adalah Tian Xia (天下), Guo () , Jia().  (perlu dijelaskan bahwa Tianzi = Raja/Kaisar ; Zhu Hou ‘诸侯’ = Pangeran/Guo Jun ‘国君’ atau Penguasa Negeri/Daerah ; Dafu ‘大夫’ pengurus Jia’’ atau Direktur Rumah Tangga).

Setiap Guo atau Negeri sebenarnya merupakan suatu negara yang independen, semua urusan dalam negeri dan luar negeri merupakan urusan masing-masing negeri, Tianzi(天子) tidak  meng-interfensi masalah dalam negerinya. Tapi mereka semua menghormati dan mengakui Tianzi (semacam kaisar).    

Tapi sejak zaman ‘Peperangan Musim Semi & Gugur’ & ‘Peperangan Negara-negara’(春秋战国chunqiu zhan guo) situasinya berubah. Tianzi sudah tidak dihormati dan diabaikan, karena walaupun secara de jure Tianzi merupakan “Pemimpin” dari semua negeri-negeri ini, namun kenyataannya Tianzi ini juga mempunyai wilayah seperti layaknya sebagai suatu negara tersendiri yang disebut Negara Zhou Wang Guo (周王国). Negara Zhou ini makin lama makin lemah dan tidak berwibawa lagi, tidak bisa mengontrol dan mengedalikan Tian Xia atau Negari-negeri ini.

Maka mulailah negari-negeri atau Tianxia menjadi kacau. Semua negari-negeri ini saling serang menyerang, dalam situasi begini perlu adanya satu Negara Kuat atau Super Power untuk menjadi “Polisi Dunia” untuk menertibkan keadaan. Negara Super Power ini disebut Ba ( ) dan Pepimpin Negara Super Power ini disebut Ba Zhu (霸主).    

Jadi saat itu ada dua pusat kekuatan, yang satu disebut Zhou Tianzi (周天子) atau Gong Zhu (共主), yang satu lagi disebut Ba Zhu (霸主). Misalnya Qi Huan Gong(齐桓公) dan Jin Wen Gong (晋文公) disebut Ba Zhu. Gong Zhu (共主) dianggap berposisi paling tinggi. Ba Zhu (霸主) yang terkuat dan kekuasaannya paling besar.

Tapi dengan adanya dualisme demikian maka kekacauan terjadi, sehingga negari-negeri ini berlomba-lomba membangun negerinya untuk menjadi kuat, dan setelah merasa kuat ingin mejadi Ba Zhu (霸主), inilah yang dinamakan Berebut Kekuasaan (Zheng ba争霸). “Aturan Main Untuk Berkuasa” disebut “Ba Dao霸道” atau (争霸之道).  Ini terjadi pada zaman ‘Peperangan Musim & Gugur’春秋chun qiu.


Pada zaman ‘Peperangan Negara-negara’(战国zhan guo) situasi berubah lagi, karena tersisa tujuh negara yang kuat, tapi kenyataannya tidak hanya terdiri dari tujuh negara melainkan masih ada negari-negeri lain yang kecil yang masih belum ter-aneksasi. (Saat periode akhir zaman‘Peperangan Negara-negara’战国saat itu di Tiongkok ada Tujuh Negara kuat yang disebut Tujuh Super Power (战国七雄 zhan guo qi xiong) terdiri dari negara : Qi齐、Chu楚、Yuan燕、Han韩、Zhao赵、Wei魏、Qin dan beberapa negara-negara kecil lainnya).

Ketujuh pemimpin Negara ‘Super Power’ ini menyatakan dirinya “Raja” dan negara Zhou makin lama makin lemah, akhirnya tertelan atau lenyap ter-aneksasi oleh negara besar tersebut. Jadi dalam situasi yang demikian perlu ada satu negara kuat untuk mempersatukan Tianxia天下(Daratan Tiongkok) untuk mengatasi keadaan.   

Negara ‘Super Power’ ini adalah Qin (秦国). Jadi dalam masa ini sudah ada titik terang untuk Unifikasi Negara di Tianxia, dan ini terjadi di satu negara yang mempunyai “Sistim Ketata- Negaraan” yang baru. Maka setelah itu terjadilah berubahan sistim kenegaraan di Tiongkok mulai dari Dinasti Qin dan Han (秦汉) serta seterusnya hingga Qing Dinasti().   

Semenjak Dinasti Qin () di Tiongkok, terjadilah berubahan besar dalam tata kenegaraan dan tata kemasyarakatan. Dengan adanya reformasi besar-besaran ini tidak heran jika dalam proses perubahan ini perlu adanya pelopor, pencetus dan nabi yang memproklamirkan lahirnya ‘Sistim Baru’ tersebut.    

Pelopor, Pencetus dan Pahlawan dalam perubahan ini adalah ‘Legalis’. Shang Yang adalah salah satu Pahlawan dalam Reformasi tersebut dan Han Fei adalah salah satu Nabinya. Setelah dua belas tahun Han Fei berkorban, Negara Qin berhasil meng-Unifikasi Tianxia atau Tiongkok. Maka lahirlah satu Negara Baru. Inilah yang disebut Ba Dao (霸道). Inilah juga yang disebut ‘Menciptakan Sejarah’. Ini sungguh-sungguh sangat membanggakan, karena menciptakan sejarah maka disebut juga Hengxing (横行).

Heng Xing横行 mempunyai arti “Mengutuk semua ajaran dan gagasan-gagasan yang terdahulu dan yang eksis saat itu”.   Kaum Legalis yang merupakan Pemikir terakhir pada masa itu (Pra Qin Dinasti), sejak saat itu mulailah mengembangkan “Filsafat Kaum Ahli Perencana Strategi atau Siasat” (谋士哲学mou shi zhe xue). Tokoh yang paling berpengaruh dalam pembaharuan ini adalah Han Fei, yang mengutuk semua ajaran-ajaran yang sedang eksis pada masa itu.

Bagaimana Han Fei dalam mengutuk semua ajaran-ajaran atau pemikiran terdahulu saat itu? Dapat dirangkum sebagai berikut :
-  Anti Penabian (非先圣 fei xian sheng ) ( nabi = orang pandai dan unggulan )
-  Melawan Tradisi (反传统 fan chuan tong)
-  Mengutuk Ajaran Konfusianis dan Motis (批孔墨 pi kong mou)
-  Memodifikasi gagasan-gagasan Lao-Zhuang (变老庄 pian lao zhuang)

Dalam konteks ini kita membahas dulu tentang “Mengutuk Ajaran Kongfusianis dan Motis”, seperti yang telah kita bahas bahwa kedua aliran ini mengusulkan ‘Cinta Benevolence’(仁爱ren ai) dan ‘Cinta Universal’(兼爱jian ai).   Konfusianis percaya bahwa ‘Cinta Benevolence’ bisa menolong keadaan Tianxia/Tiongkok kala itu.   Motis percaya bahwa ‘Cinta Universal’ bisa menolong keadaan Tianxia/Tiongkok kala itu.   Masing-masing dari kedua kubu ini berdebat mengatakan bahwa pandangan mereka justru yang bisa menolong Tianxia/Tiongkok.  Tapi menurut Han Fei gagasan Konfusianis dan Motis tidak beda jauh, sama-sama mengusulkan ‘Cinta’, tapi ‘Cinta’ tidak bisa menolong dan memperbaiki Tianxia/Tiongkok.   

Han Fei mengatakan bahwa Konfusianis dan Motis keduanya mengatakan Nabi-nabi, Raja-raja Bijak terdahulu semua bicara tentang ‘Mencintai Dunia’ dan memandang rakyat seperti Ibu Bapak sendiri. (先王兼爱天下  视民如父母xian wang jian ai tian xia, shi min ru fu mu).   

Tapi lihatlah keadaan yang ada? Rakyat tetap saja melanggar aturan dan hukum, Nabi-nabi dan Raja-raja tetap saja harus menghukum mati orang. Kalian dikatakan bertindak seperti Ibu Bapak memandang anak-anaknya sendiri terhadap rakyat, tapi lihatlah apakah dengan demikian mereka terus jadi tidak melanggar aturan/hukum? Kenyataan mereka tetap menjadi pesakitan dan harus tetap dihukum mati.

Tapi kalian tetap berlagak seperti orang yang penuh cinta kasih, sambil menangis memutuskan hukuman mati kepada pesakitan dan menanda tangani putusan hukuman mati. Jika memang kalian ber-‘Cinta Kasih’ seharusnya janganlah membunuh mereka ini. Membunuh untuk apa?  Jika memang tetap dilakukan berarti tidak ada ‘Cinta Kasih’ lagi?  Maka tidak ada gunanya kalian berkoar-koar tentang ‘Cinta’, kenyataannya semua itu tidak bermanfaat.

Sebenarnya kalian harus tahu bahwa yang bisa dipatuhi bukan ‘Cinta’ , tapi hanya Golok Algojo yang justru bisa dipatuhi dan dapat terlaksana.  Terus terang kalian menghendaki para Raja-raja untuk memandang rakyat seperti anak sendiri, tapi jangankan Raja, Ibu Bapak sendiri saja tidak bisa mengatur dan dipatuhi oleh anaknya sendiri. Apalagi Raja terhadap rakyat yang bukan ayah ibu sendiri.   

Han Fei mengatakan cobalah lihat itu para preman dan begundal-begundal di jalanan, Ibu Bapaknya tidak mampu menasehatinya, nasehat para guru juga tidak digubris, nasehat para kerabat, sama juga tidak didengar.

Tapi hanya polisi yang mau mereka patuhi, polisi dengan seutas tali siap untuk meringkus, barulah mereka mau berhenti untuk bertindak nakal atau melanggar hukum. Jadi yang effektif adalah tali, golok. Gagasan ‘Cinta’ sama sekali tidak mempan bagi mereka.   

Lebih lanjut Han Fei mengatakan: ‘Cinta’ milik kalian Konfusianis dan Motis tidak hanya tidak bermanfaat bahkan merusak mental orang, itu adalah racun. Yang dirugikan siapa? Yaitu Negara.

Han Fei memberi contoh. Dinegara Chu ada seorang ayah mencuri kambing, anaknya melapor ke aparat negara, akhirnya anak ini dihukum mati oleh aparat negara. Karena tidak “Bhakti orangtua” (不孝bu’xiao). Kita tahu bahwa yang melanggar hukum adalah ayahnya, tapi yang dihukum justru anaknya yang melapor yang dianggap tidak bhakti orangtua sendiri. Lihatlah apakah yang disebut “Cinta” oleh Konfusianis dan Motis ini, apa memang berguna untuk negara dan masyarakat ?.

Ada lagi seorang serdadu dari Negara Lu setiap kali pergi ke medan perang selalu ngumpet dibelakang barisan, serdadu lain maju menyongsong musuh, tapi dia ini justru mundur ke belakang. Maka sang komandan memanggil dia dan menanyakan mengapa, dia mengatakan bahwa di rumah kampung halamannya dia masih mempunyai Ayah Ibu yang harus dirawat, saya harus pulang merawat mereka sampai tua, jadi saya tidak boleh mati sekarang. Maka sepulangnya di Negara Lu, Raja dan Kong Hu Cu memuji-muji dia sebagai seorang anak yang ‘Bhakti Orangtua’(孝子xiao zi). Diangkatlah dia sebagai pejabat negara.

Han Fei mengatakan jika tentara kita semua seperti orang ini “Sangat Bhakti Orangtua” apakah mereka masih bisa berperang?  Menurut Han Fei seorang yang setia kepada Raja dan Negara tidak boleh orang yang lebih mencintai keluarga sendiri dan yang ‘Bakti Orangtua’(孝子xiao zi). Lebih lanjut Han Fei mengatakan : Seorang yang setia kepada Raja dan Negara harus tidak ‘bhakti orangtua’, karena setia negara dan ‘bhakti orangtua’ adalah satu sama lain saling berkontradiksi. ‘Bhakti Orangtua’ adalah suatu perasaan ‘Cinta’. Maka kita tidak perlu apa itu yang namanya “Cinta”, itu semua merugikan negara.
( 君子直臣  父之暴子   父之孝子  君之背臣《韩非子  五蠹》   Jun zi zhi chen, fu zhi pao zi, jun zi pei chen ).        

Argumentasi Han Fei ini langsung menohok Inti Ajaran Kongfusianis, karena inti ajaran mereka adalah ‘Bhakti Orangtua’(xiao). Bahkan rasa cinta ini oleh Konfusianis dianggap sebagai mustika. Pandangan Konfusianis bertitik tolak dari ‘Bhakti Orangtua’ untuk menegakkan ‘Cinta Benevolence’, dengan ‘Cinta Benevolence’ menegakkan ‘Budi Pekerti/Kebajikan’, dengan ‘Budi Pekerti/Kebajikan’ mengatur Negara, dengan Perasaan ‘Cinta Kekerabatan’ mengatur Tianxia atau Tiongkok.
( 以孝立仁  以仁立德   以德治国   以家治天下yi xiao li ren, yi ren li de, yi de zhi guo, yi jia zhi tian xia).    

Menurut Hukum logika dari Konfusianisme, setiap orang mempunyai bakat bawaan atau instink yang disebut cinta terhadap anggota keluarga sendiri, misalnya cinta terhadap ayah ibu, perasaan ini tidak perlu diajari merupakan bakat yang terbawa lahir, ini yang dinamakan Xiao.  

Yang setingkat lebih komplek lagi disebut Ti yaitu cinta terhadap adik kakak.  Orang yang berperasaan demikian jika keluar dari lingkungan keluarga menjadi abdi negara, maka akan juga setia dengan negara dan raja. Karena Raja adalah Bapak Negara. Menurut pendapat mereka Xiao dan Kesetiaan merupakan suatu kesatuan yang tidak ber-kontradiksi.

Tapi Han Fei mengatakan itu ber-kontradiksi.  Perbedaan pandangan ini mengapa terjadi? Tidak lain karena latar belakang sejarah yang berbeda dan zamannya juga berbeda. Saat Kong Hu Cu mengatakan pendapat demikian adalah pada zaman dimana Tianzi, Zhuhou, Dafu (Raja, Penguasa Daerah, Kepala rumah Tangga) masih ada hubungan kerabat atau masih ada hubungan darah semua. Tapi pada saat zaman Han Fei hidup, keadaan sudah berubah, yang dinamakan “Kaisar” sudah sama sekali tidak ada hubungan darah dengan para Penguasa Negeri, jadi teori ini sudah tidak sesuai dengan zamannya lagi.

Akibatnya antara Kong Hu Cu dan Han Fei terjadi perbedaan pandangan,  ini dikarenakan latar belakang zaman yang berbeda. Zaman saat Han Fei hidup keadaan masyarakat lebih parah kacaunya, semua tata krama sudah runtuh sama sekali, situasi politik juga sangat gelap. Sehingga menurut pandangan Han Fei gagasan yang diusulkan Kong Hu Cu sudah tidak cocok dengan zamannya. Usulan akan ‘Cinta Benevolence’ juga sudah tidak bisa diandalkan, politik memilih orang-orang unggulan untuk mengatasi negara juga sudah tidak bisa diandalkan juga. Kemudian apakah usulan dari Han Fei ?

Menurut Han Fei kebijaksanaan dengan ‘Cinta Benvolence’ dan Pemilihan Orang Unggulan atau Berbakat (贤人xian’ren) untuk dijadikan abdi negara sudah tidak bisa diandalkan lagi, jika semua pejabat harus dari orang-orang unggulan, mereka itu tidak lebih dari jari tangan kita.

Han Fei bertanya cobalah hitung dengan jari tangan hanya sepuluh, sedang kebutuhan pejabat negara itu adalah ratusan, dari mana untuk mendapatkan orang unggulan begitu banyak? Jika untuk mengatasi keadaan negara harus dengan orang-orang unggulan, dari mana kita bisa mendapatkannya? Maka usulan ini juga tidak bisa diandalkan.

Menurut Han Fei mengatasi keadaan dengan mengadalkan manusia tidak bisa diandalkan, dengan budi perkerti/kebajikan dan etika juga tidak bisa diandalkan, dengan tenaga manusia unggulan juga tidak dapat diandalkan, dengan cara orang unggulan sebagai panutan juga tidak bisa diandalkan.

Bagi Kaum Konfusianis, Motis dan Daois, orang yang dijadikan simbol dan patut dipanuti adalah Yao, Shun, Tang, Wu武(Raja terdahulu yang dianggap sebagai nabi atau orang kudus.

Han Fei berkata: Saya beritahu bahwa Yao adalah sosok orang yang ceroboh, Shun adalah seorang Bijak Palsu, Shang Tang商汤dan Zhou Wu周武 adalah seorang pejabat yang ngawur. Karena yang jelas bahwa Yao adalah seorang Raja, tapi tidak menjadikan sendirinya raja justru menunjuk Shun yang dijadikan Raja, apakah ini bukannya orang ceroboh. Dan Shun nyata-nyata seorang pejabat tapi tidak menjadikan dirinya sebagai pejabat, tapi menjadikan dirinya sebagai raja dan tidak memandang sebelah mata kepada Yao, bukankah ini adalah Orang bijak palsu atau raja palsu.    Sudah jelas-jelas bahwa Xia Jie(夏桀) yang menjadi Raja Tianxia, tapi direbut oleh Shang Tang. Kemudian Yin Zhou (殷纣) menjadi raja, tapi direbut oleh Zhou Wu (周武), bukankah mereka ini adalah pejabat yang tidak setia dan pejabat pembangkang. 

Maka tokoh-tokoh panutan yang oleh kalian Konfusianis, Motis dan Daois usulkan semuanya adalah biangkeladi pembuat kekacauan, yang mereka wariskan sama sekali bukan sesuatu tradisi yang patut dibanggakan, bahkan adalah penyebab kekacauan di Tianxia (Tiongkok).

Ini adalah argumentasi dari mengapa Legalis menentang tokoh-tokoh yang dianggap sebagai “Nabi atau Orang Kudus”.  Dan itulah yang disebut Anti Penabian (非先圣 fei xian sheng ) dan Melawan Tradisi (反传统 fan chuan tong).

Perlu diketahui bahwa bagi bangsa Tionghoa tokoh yang dikutuk oleh Legalis adalah tokoh-tokoh yang sangat dihormati dan menjadi suri tauladan sebagai “Nabi atau Orang Kudus”. Kini semuanya diruntuhkan.  Bagi orang Tionghoa, Yao, Shun, Tang, Wu mewakili masing-masing tradisi yang berbeda. Tradisi Yao, Shun adalah saling mengalah (禅让shan rang), karena Yao memberikan kedudukannya kepada Shun, dan Shun memberikan kedudukannya kepada Yi, mereka menyerahkan kedudukan dan tahtanya dengan sukarela.

Sedang Tang, Wu mewakili suatu Trasidi “Revolusi”, karena Shang Tang商汤 menjatuhkan Xia Jie夏桀, Zhou Wu周武 menjatuhkan Yin Zhou殷纣 semuanya dengan kekuatan bersenjata. Oleh Han Fei ini semua ditentangnya, menurutnya ‘Saling Mengalah’ (禅让shan rang) tidak baik, ‘Revolusi’ juga salah. Kemudian bagaimanakah yang dianggap benar?

Han Fei mengatakan: “Tidak perlu ada berubahan, Raja tetap sebagai Raja, Pejabat tetap sebagai Pejabat, semua tenang-tenang bekerja pada statusnya masing-masing, itulah yang terbaik. Pendek kata sebagai Pejabat harus bekerja menurut koridor hukum dan patuh terhadap hukum yang berlaku, menekuni pekerjaannya masing-masing. Patuh dengan peraturan negara, setia kepada Raja dan berbakti kepada negara. Sedang sebagai Raja harus ‘Tidak berbuat apa-apa dan tenang-tenang saja sudah bisa teratur’.” (清净无为  垂拱而治qing jing wu wei, chui gong er zhi).

 Melihat anjuran ini kita akan melihat bahwa ini adalah pemikiran Daois, dan usulan Daois sama yaitu  “Tidak berbuat apa-apa dan tenang-tenang saja bisa teratur”(清净无为  垂拱而治qing jing wu wei, chui gong er zhi) dan Konfusianis sebenarnya juga mempunyai pemikiran yang demikian.   “Tidak berbuat apa-apa (清净无为qing jing wu wei) adalah gagasan Kaum Daoisme, dan “Tenang-tenang saja bisa teratur” (垂拱而治chui gong er zhi) adalah gagasan Kaum Konfusianisme. Konfusianis mengatakan Kaisar cukup dengan menurunkan kedua lengan tangannya,  maka permasalahan akan terselesaikan, dunia jadi damai (皇帝就是垂衣裳而天下治huang di jiu shi chui yi shang er tian xia zhi).

Timbul pertanyaaan mengapa Legalis dapat berpendapat demikian? Bagaimanakah hubungan antara pemikiran Legalis dengan Konfusianis dan Daois? Adakah suatu kesinambungannya? Kenyataannya memang ada.  

Maka inilah yang disebut dengan “Memodifikasi gagasan-gagasan Lao-Zhuang (变老庄 pian lao zhuang)”, maksudnya dengan memodikfikasi pemikiran-pemikiran Lao-Zhuang dan diadakan penyesuaian menurut tuntutan zaman, maka jadilah ‘Pemikiran Legalis’.

Gagasan Han Fei dalam politik dapat dilihat dengan jelas dari 16 huruf aksara Mandarin dibawah ini. (事在四方   要在中央   圣人执要   四方来效《韩非子 杨权》  Shi zai si fang, yao zai zhong yang, sheng ren zhi yao, si fang lai xiao) . Yang berarti ‘ Permasalahan ada disekiling kita, kuncinya ada dipusat. Jika penguasa bisa menguasai ini, maka semua  pihak otomatis tunduk dan akan patuh. Gaya bahasa dan ciri bahasanya dari frasa diatas seperti Laozi, dimana kalimat-kalimatnya bersanjak dan enak dibaca. Memang demikianlah hubungan pemikiran Han Fei dengan Laozi sangat dekat. Banyak cendikiawan filsafat yang memberi pendapat bahwa antara Sunzi (孙子), Laozi (老子), Hanfeizi (韩非子) adalah senada dan bersinambungan. Semuanya bertitik tolak sebagai strategis militer, Sunzi sebagai ‘Militeris Dialektis’, kemudian Laozi sebagai ‘Filsafat Dialektik’ dan Hanfeizi ‘Dialektik Politik’.

Dialektik Hanfei sangat jelas dapat dilihat dari frasa diatas ini, yang mempunyai arti kurang lebih sebagai berikut: Masalah besar negara berada disekililing wilayah negara, tapi kuncinya ada dipusat atau ditangan Raja, jika Raja telah bisa menguasai dan mengotrol permasalahan ini, otomatis semua pihak akan tunduk dan berbhakti kepadanya. Tidak perlu lagi berbuat apa-apa. Sehingga bisa “Tanpa berbuat apa-apa dan tenang-tenang sudah bisa teratur”(清净无为  垂拱而治qing jing wu wei, chui gong er zhi).    Lalu kuncinya apa? Tidak lain adalah ‘Kekuasaan Tertinggi’, jika Raja dapat menguasai ‘Kekuasaan Tertinggi’, maka tidak perlu harus bekerja, semua akan beres, dunia akan damai. Inilah menurut Hanfei. Dia mengusulkan ‘Tanpa Berbuat Bisa Teratur Sendiri’(无为而治wu wei er zhi).

Seperti diketahui bahwa Legalis adalah ‘Filosof Ilmu Strategis’ dan berkerja dan berbhakti kepada Raja dan para majikannya, senjata yang mereka pegang adalah “Pisau Jagal Manusia”.   Legalis dan Konfusianis berbeda, Legalis tidak memiliki “Resep” untuk mengobati “Penyakit” keadaan dunia, yang mereka miliki adalah “Paham dan strategi dengan memanfaatkan kekuasaan” dan dapat memanfaatkan strategi tersebut.

Tapi timbul pertanyaan mengapa Hanfei bisa mengusulkan ‘Tanpa Berbuat bisa teratur’(无为而治wu wei er zhi)?      
Penyebabnya ada Tiga :
-  ‘Tidak Berbuat’ Yang Paling Mulia (无为尊贵wu wei zun gui)
-  ‘Tidak Berbuat’ Yang Terpandir (无为无为尊贵wu wei ming zhi)
-  ‘Tidak Berbuat’ Yang Teraman(无为安全wu wei an quan)

Usulan ‘Tidak Berbuat’ yang Paling Mulia (无为尊贵wu wei zun gui), dalam hal ini Hanfei merupakan penerus dari usulan Laozi. Karena ‘Tiada’(wu) adalah batas yang paling tinggi, jadi yang paling harus dihormati adalah “Suatu yang tidak berbuat’(无所作为wu suo zuo wei). Hanfei bertanya: Apakah Dao itu melakukan sesuatu? Sama sekali tidak melakukan apa-apa, tapi Dao melahirkan segalanya (道生万物dao sheng wan wu), alam semesta dan mahluk lahir dari Dao.  De bekerja apa? De sama juga tidak bekerja apa-apa, tapi De melahirkan Yin Yang阴阳,  kutub dari Yin Yang (阴阳二极yin yang er ji) terbentuk dari De.

Hanfei memberi contoh, suatu alat timbangan apakah dirinya harus mempunyai “bobot”? Timbangan sendiri tidak perlu harus punya atau tergantung dari “bobot”nya, karena itu dia bisa mengukur Berat benda. Penggaris atau alat ukur sendiri, apakah harus tergantung panjang pendeknya? Juga tidak, tapi dia bisa mengukur panjang pendek benda. Sama juga dengan Raja harus dihormati, untuk itu harus ‘Tidak Berbuat’(无为wu wei) dan dimuliakan.

Dan karena Raja itu tidak berbuat apa-apa,  maka dia itu menjadi yang paling mulia. Seperti seorang wasit pertandingan tidak boleh sebagai pemain, jika dia sebagai pemain dia tidak bisa menjadi wasit. Karena wasit tidak ikut bermain atau “bergerak”, maka dia bisa me-wasiti suatu pertandingan.Sebagai pemain tidak mungkin sekaligus menjadi wasit. Jadi yang bergerak tidak bisa menjadi wasit, yang tidak bergerak barulah bisa menjadi wasit. Kemudian diantara mereka siapakah yang kedudukannya lebih tinggi? Haruslah wasit. Jadi Raja juga bisa diumpamakan sebagai wasit, tidak boleh ikut bekerja atau dengan kata lain “Tidak Berbuat” yang paling mulia (无为尊贵wu wei zun gui)

Alasan mengapa ‘Tidak Berbuat Yang Terpandir’ ( 无为明智wu wei ming zhi), Han Fei menjelaskan. Cobalah bayangkan suatu negara dan dunia berapa banyak permasalahannya? Permasalahan suatu negara tidak mungkin dapat dikerjakan atau diselesaikan oleh hanya seorang, jelas tidak mungkin. Justru karena seorang Raja tidak  mungkin menyelesaikan perkerjaan dan permasalahan negaranya sendiri, untuk apa harus ikut bekerja.

Walaupun dia coba melakukan juga, maka akan sia-sia. Berhubung demikian maka pekerjaaan ini harus didelegasikan kepada banyak orang, asal saja Raja sudah memegang kekuasaan tertinggi dan dapat mengotrol segalanya, dan membuat suatu sistim pembagian kerja yang seksama, maka biarkanlah supaya Ayam Jago untuk berkokok dipagi hari, dan biarkan kucing untuk menangkap tikus dalam kerjaaan/pemerintahan.
(清晨打鸣是公鸡该干得事情qing chen da ming shi gong ji gan de shi qing & 抓老鼠是猫干的事情zhua lao shu shi mao gan de shi qing),. 

Raja hanya mengatur mereka bekerja sesuai dengan jabatannya, dengan demikian Raja bisa tidak perlu bekerja sendiri dan cukup diam saja. Yang penting mengawasi mereka, apakah mereka melakukan tugasnya dengan benar atau tidak. Jika sang ayam jago lalai berkokok sesuai tugasnya dan sang kucing lalai menangkap tikus, maka tangkap mereka dan hukum mati mereka. Jadi Raja tidak perlu harus berkokok pada pagi hari subuh dan menangkap tikus sendiri. Inilah yang dinamakan ‘Tidak Berbuat’(无为wu wei). Ini juga “Sikap Dari Orang Pandir” (明智的作法ming zhi de zuo fa).   Memang ini suatu alasan yang tepat bahwa seorang pemimpin janganlah ikut bekerja dalam pekerjaan rutinitas bawahannya.

Alasan mengapa ‘Tidak Berbuat’ Yang Ter-aman. Hanfei mengatakan seorang Raja karena berada pada posisi yang paling atas, sebenarnya posisinya berada ditempat yang paling tidak aman. Seperti diketahui jika terpencil sendiri adalah tidak aman, lebih aman jika ber-ramai-ramai dengan orang yang lain. Tempat yang terang tidaklah lebih aman dari tempat gelap. Sedang seorang Raja berada ditempat yang sangat terang, jadi sangat tidak aman. Pada saat demikian dia harus ‘Tidak Berbuat’, karena jika dia ‘Berbuat’ dengan main buka-bukaan akan menunjukan segala sesuatunya tentang dirinya, maka pihak lain akan tahu kesenangannya, kesusahannya, dan sangat mudah terlihat kelemah-kelemahannya, sehingga apapun yang akan diperbuatnya terhadap orang sekelilingannya sudah dapat diterka dengan cepat kemana kiranya tujuannya.

Dengan demikian pihak lawan bisa dengan mudah untuk turun tangan dan meng-antisipasi menghadapi dia. Jika seorang Raja selalu tidak menunjukkan muka yang sebenarnya, saat bawahan melapor kerjaannya sepertinya tidak memberi sikap, diam-diam saja menampung segala laporan dan keluhannya, akibatnya orang tidak bisa menebak apa sikap dan pendapatnya, terlihat sangat misterius.

Maka Hanfei mengatakan: “Janganlah sekali-kali pikirannya diperlihatkan, diam tidak berkomentar, tidak melakukan sesuatu apa-apa, biarkan mereka yang melakukannya sendiri”. 
(权不欲见   素无为也《韩非子 杨权》quan bu yu jian, su wu wei ye).

Menurut Hanfei yang paling gawat bagi Raja adalah jika ingin menonjolkan diri sendiri, jika bisa sesuatu kebisaan ingin sekali menunjukan kebisaannya ini. Harusnya dia menyadari bahwa dirinya hanya seorang, tidak mungkin menguasai semua kepandaian. Sekali dia coba mengadu kepandaian dengan bawahannya, maka yang lain juga akan berbuat sama, akibatnya orang lain dengan mudah menyerang kelemahannya. Misalnya dia menunjukan bahwa dia pandai memasak, maka yang lain akan mengatakan bahwa dia pandai bermain bola, yang lain lagi mengatakan dia pandai memanjat tebing dan lain-lain. Semua ingin coba mengadu kepandaian dengannya. Jika  sang Raja tidak menunjukan apapun, maka tidak ada yang akan coba berkompetisi dengannya. Karena tidak menunjukan apa-apa, orang lain tidak tahu apakah memang dia bisa atau tidak bisa melakukan sesuatu.

Maka Hanfei mengatakan:  “Seorang Raja jika memiliki kelebihan baiknya jangan ditunjukan dan harus dibikin kabur, jadi lebih baik jika tidak saja harus ‘Tidak berbuat’, lebih baik lagi jika terlihat “Tidak Bisa”, pokoknya semua seperti “Tiada”.  
(上有所长  事乃不方《韩非子 杨权》shang you suo chang, shi nai bu fang).

Hanfei lebih lanjut mengatakan bahwa: Jika raja pada posisi seperti itu, apapun tidak bisa, apapun tidak bicara, maka semua orang akan takut padanya, karena didunia yang paling ditakuti adalah ‘Tiada’.
(明君无为乎上   群臣竦惧于下《韩非子 主道》ming jun wu wei hu shang, qun chen song ju yu xia).   
Jadi “Invisible” atau yang tidak bisa terlihat adalah yang paling ditakui, karena tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba, itu hal yang paling susah diduga. Maka seorang Raja jika bisa menjadi yang tidak bisa diduga dan tidak bisa diraba oleh orang lain adalah yang terbaik. Maka posisinya akan menjadi mantap. Jadi disini bisa dilihat bahwa ‘Tidak Berbuat’nya Hanfei adalah jelas-jelas diperuntukan kepada ‘Kekuasaan Mutlak’, penguasa tertinggi yaitu sang Raja. Dengan demikian ‘Tidak Berbuat’ nya Hanfei adalah sesuatu yang disumbangkan kepada Raja berupa “Sebilah Pisau Jagal”, tapi “Sebilah Pisau Jagal” yang Invisible atau tidak terlihat ( Pisau Jagal Invisible).

Kemudian “Pisau Jagal Invisible” yang disumbangkan kaum Legalisme itu kiranya “Pisau” yang bagaimana?  akan dibahas dalam tulisan berikutnya...

( Bersambung ....... )

Daftar  Perpustakaan
-       先秦诸子百家争鸣易中天 CCTV
-       经典阅读文库 ---- 论语       李薇/主编
-       经典阅读文库 ---- 道德经       李薇/主编
-       中国古典名著精品 ---- 菜根谭      洪应明  
-       Internet : http://friesian.com/confuci.htm  : Confucius
-       孔子  -----   維基百科,自由的百科全書 Internet
-       网址:http://www.popyard.org
-       中国人生叢书    -----   墨子的人生哲学        杨帆/主编    陈伟/
-       Internet : http://baike.baidu.com
-       The Sayings of Mensius / 英译孟子      史俊赵校编
-       南华经    庄子   周苏平    高彦平   注译    安徽人民出版社
-       庄子   逍遥的自由人     林川耀 译编  出版者 :常春树书坊
-       http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml   春秋五霸之---晋文公
-       “When China Rules The World -  The rise of middle kingdom and the end of the western world”  by Martin Jacques ALLEN LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009



No comments:

Post a Comment