Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung
dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid IV
( 3 )
Dengan Kekuatan Menciptakan Sejarah 横行霸道
Pada akhir
Disnasti Zhou, Raja Zhou sangat lemah, para penguasa daerah sudah tidak tidak
bisa dikuasai lagi oleh pusat pemerintahan. Masing-masing penguasa daerah
memproklamirkan diri seagai Negara independen sendiri-sendiri, dan penguasa
daerah masing-masing menamakan dirinya sebagai Raja.
Antara
Negara-nagara ini saling serang menyerang untuk memperbesar wilayah dan
kekuasaannya. Maka dimulialah ‘Peperangan Musim Semi dan Gugur’(春秋chun
qiu), situasi ini berlanjut terus hingga ‘Peperangan Negara-negara’(战国zhang
guo).
Pada saat itu
salah satu Negara itu yaitu Negara Qin秦 yang berkeinginan
untuk merubah sistim ketata-negaraannya dengan sistim yang baru. Sistim
pembagian tanah menjadi negara-negara (Feoldalis) yang dianut Kerajaan Zhou
saat itu di-unifikasikan menjadi satu negara dengan cara “Unifikasi dengan
Kekerasan (霸道ba’dao)” . Untuk perubahan tersebut perlu adanya
reformasi, kaum Legalisme untuk tujuan itu telah mengadakan pengutukan terhadap
semua gagasan yang ada, dan mengeluarkan suatu Gagasan Baru dengan cara
“Pemaksaan (横行heng’xing)” .
Memang secara artian sekarang (横行霸道heng xing ba
dao) bisa berarti “Lalim dan Merajarela”.
Namun dalam
konteks ini, akan dijelaskan apa itu “Unifikasi dengan Kekuatan霸道ba
dao”. Telah dikemukakan di depan
bahwa Konfusianisme, Motisme, Daoisme dan Legalisme adalah suatu falsafat yang
masing-masing mewakili shi atau kaum professional freelancers. Konfusianis
mewakili falsafatnya Kaum Ahli Surat (儒家代表的是儒士ru jia dai piao
de shi ru shi). Motis mewakili
falsafatnya Kaum Ahli Silat /Pendekar (墨家代表的是侠士mo jia dai piao
de shi xia shi). Daois mewakili
falsafatnya Kaum Petapa (道家代表的是隐士dao jia dai piao
de shi yin shi). Legalis mewakili falsafatnya Kaum Ahli Perencana
Strategi/Siasat (法家代表的是谋士fa jia dai piao
de shi mou shi). Mereka itu semua
filosof, sehingga perlu bagi mereka untuk mengemukan argumentasi serta
alasannya (道dao), karena
argumentasi dan alasannya berbeda maka strategi dan siasatnya (谋mou)
juga berbeda.
Argumentasi
mereka dapat dibedakan sebagai berikut :
- Daois
ber-argumentasi dengan Hukum Alam /Tian Dao天道 (道家讲天道dao
jia jaing tian dao) , dimaksud dengan Tian Dao天道 adalah Aturan
pada masa zaman tribal primitif
- Motis
ber-argumentasi dengan Di Dao帝道(墨家讲帝道mo
jia jiang di dao), dimaksud Di Dao帝道 adalah Aturan
persekutuan antar tribal primitif.
- Konfusianis
ber-argumentasi dengan Wang Dao王道(儒家讲王道ru
jia jiang wang dao) dimaksud Wang Dao王道
adalah Aturan persekutuan antar negara-negara feodal pada masa itu.
- Legalis
ber-argumentasi dengan “Kekuasaan dengan Kekerasan” 霸道Ba Dao(法家讲霸道fa
jia jiang ba dao), dimaksud Ba Dao霸道
sebenarnya adalah Aturan Negara Imperial(帝国di guo), tapi
disini hanya dimaksud aturan yang berlaku pada masa itu (tahun 722SM –
476SM=295tahun)/(春秋五霸之道chun qiu wu ba
zhi dao).
Pada saat zaman
itu di Tiongkok, strata sistim kenegaraannya adalah seperti bagan diatas ini :
Seluruh Daratan
Tiongkok disebut Tian Xia (天下) yang berarti
juga “Bumi & Langit (dunia)”, Tian Xia terdiri dari beberapa Negara-negara
Feodal yang bersekutu (union). Negara-negara Union ini mempunyai pemimpin satu
yaitu Tianzi(天子) dalam konteks
ini adalah Zhou Tianzi (周天子).
Zhou Tianzi
secara simbolis menyerahkan sebagian wilayah-wilayahnya kepada Zhu Hou (诸侯)
atau Penguasa Wilayah, mereka ini biasanya masih kerabat Tianzi. Setiap Zhu Hou
mendirikan sebuah Negara (国guo), maka Zhu
Hou ini dinamakan Guo Jun (国君) atau Penguasa
Negeri. Kemudian Zhu Hou (诸侯) membagi-bagikan sebagian tanah didaerah
wilayahnya kepada Dafu (大夫), daerahnya ini
disebut Jia (家). Jadi strata kenegaraan pada saat itu adalah
Tian Xia (天下), Guo (国)
, Jia(家). (perlu dijelaskan bahwa Tianzi = Raja/Kaisar
; Zhu Hou ‘诸侯’ = Pangeran/Guo
Jun ‘国君’ atau Penguasa
Negeri/Daerah ; Dafu ‘大夫’ pengurus Jia’家’
atau Direktur Rumah Tangga).
Setiap Guo atau
Negeri sebenarnya merupakan suatu negara yang independen, semua urusan dalam
negeri dan luar negeri merupakan urusan masing-masing negeri, Tianzi(天子)
tidak meng-interfensi masalah dalam
negerinya. Tapi mereka semua menghormati dan mengakui Tianzi (semacam
kaisar).
Tapi sejak zaman
‘Peperangan Musim Semi & Gugur’ & ‘Peperangan Negara-negara’(春秋战国chunqiu
zhan guo) situasinya berubah. Tianzi sudah tidak dihormati dan diabaikan,
karena walaupun secara de jure Tianzi merupakan “Pemimpin” dari semua
negeri-negeri ini, namun kenyataannya Tianzi ini juga mempunyai wilayah seperti
layaknya sebagai suatu negara tersendiri yang disebut Negara Zhou Wang Guo (周王国).
Negara Zhou ini makin lama makin lemah dan tidak berwibawa lagi, tidak bisa
mengontrol dan mengedalikan Tian Xia atau Negari-negeri ini.
Maka mulailah
negari-negeri atau Tianxia menjadi kacau. Semua negari-negeri ini saling serang
menyerang, dalam situasi begini perlu adanya satu Negara Kuat atau Super Power
untuk menjadi “Polisi Dunia” untuk menertibkan keadaan. Negara Super Power ini
disebut Ba (霸 ) dan Pepimpin
Negara Super Power ini disebut Ba Zhu (霸主).
Jadi saat itu
ada dua pusat kekuatan, yang satu disebut Zhou Tianzi (周天子) atau Gong Zhu (共主),
yang satu lagi disebut Ba Zhu (霸主). Misalnya Qi
Huan Gong(齐桓公) dan Jin Wen Gong (晋文公) disebut Ba Zhu.
Gong Zhu (共主) dianggap
berposisi paling tinggi. Ba Zhu (霸主) yang terkuat
dan kekuasaannya paling besar.
Tapi dengan
adanya dualisme demikian maka kekacauan terjadi, sehingga negari-negeri ini
berlomba-lomba membangun negerinya untuk menjadi kuat, dan setelah merasa kuat
ingin mejadi Ba Zhu (霸主), inilah yang dinamakan
Berebut Kekuasaan (Zheng ba争霸). “Aturan Main
Untuk Berkuasa” disebut “Ba Dao霸道” atau (争霸之道). Ini terjadi pada zaman ‘Peperangan Musim
& Gugur’春秋chun qiu.
Pada zaman
‘Peperangan Negara-negara’(战国zhan guo)
situasi berubah lagi, karena tersisa tujuh negara yang kuat, tapi kenyataannya
tidak hanya terdiri dari tujuh negara melainkan masih ada negari-negeri lain
yang kecil yang masih belum ter-aneksasi. (Saat periode akhir zaman‘Peperangan
Negara-negara’战国saat itu di
Tiongkok ada Tujuh Negara kuat yang disebut Tujuh Super Power (战国七雄
zhan guo qi xiong) terdiri dari negara : Qi齐、Chu楚、Yuan燕、Han韩、Zhao赵、Wei魏、Qin秦
dan beberapa negara-negara kecil lainnya).
Ketujuh pemimpin
Negara ‘Super Power’ ini menyatakan dirinya “Raja” dan negara Zhou makin lama
makin lemah, akhirnya tertelan atau lenyap ter-aneksasi oleh negara besar
tersebut. Jadi dalam situasi yang demikian perlu ada satu negara kuat untuk
mempersatukan Tianxia天下(Daratan
Tiongkok) untuk mengatasi keadaan.
Negara ‘Super
Power’ ini adalah Qin (秦国). Jadi dalam
masa ini sudah ada titik terang untuk Unifikasi Negara di Tianxia, dan ini
terjadi di satu negara yang mempunyai “Sistim Ketata- Negaraan” yang baru. Maka
setelah itu terjadilah berubahan sistim kenegaraan di Tiongkok mulai dari
Dinasti Qin dan Han (秦汉) serta
seterusnya hingga Qing Dinasti(清).
Semenjak Dinasti
Qin (秦) di Tiongkok,
terjadilah berubahan besar dalam tata kenegaraan dan tata kemasyarakatan.
Dengan adanya reformasi besar-besaran ini tidak heran jika dalam proses
perubahan ini perlu adanya pelopor, pencetus dan nabi yang memproklamirkan
lahirnya ‘Sistim Baru’ tersebut.
Pelopor,
Pencetus dan Pahlawan dalam perubahan ini adalah ‘Legalis’. Shang Yang adalah
salah satu Pahlawan dalam Reformasi tersebut dan Han Fei adalah salah satu Nabinya.
Setelah dua belas tahun Han Fei berkorban, Negara Qin berhasil meng-Unifikasi
Tianxia atau Tiongkok. Maka lahirlah satu Negara Baru. Inilah yang disebut Ba
Dao (霸道).
Inilah juga yang disebut ‘Menciptakan Sejarah’. Ini sungguh-sungguh sangat
membanggakan, karena menciptakan sejarah maka disebut juga Hengxing (横行).
Heng Xing横行
mempunyai arti “Mengutuk semua ajaran dan gagasan-gagasan yang terdahulu dan
yang eksis saat itu”. Kaum Legalis yang
merupakan Pemikir terakhir pada masa itu (Pra Qin Dinasti), sejak saat itu
mulailah mengembangkan “Filsafat Kaum Ahli Perencana Strategi atau Siasat” (谋士哲学mou
shi zhe xue). Tokoh yang paling berpengaruh dalam pembaharuan ini adalah Han
Fei, yang mengutuk semua ajaran-ajaran yang sedang eksis pada masa itu.
Bagaimana Han
Fei dalam mengutuk semua ajaran-ajaran atau pemikiran terdahulu saat itu? Dapat
dirangkum sebagai berikut :
- Anti
Penabian (非先圣 fei xian sheng
) ( nabi = orang pandai dan unggulan )
- Melawan
Tradisi (反传统 fan chuan tong)
- Mengutuk
Ajaran Konfusianis dan Motis (批孔墨 pi kong mou)
- Memodifikasi
gagasan-gagasan Lao-Zhuang (变老庄 pian lao
zhuang)
Dalam konteks
ini kita membahas dulu tentang “Mengutuk Ajaran Kongfusianis dan Motis”,
seperti yang telah kita bahas bahwa kedua aliran ini mengusulkan ‘Cinta
Benevolence’(仁爱ren ai) dan
‘Cinta Universal’(兼爱jian ai). Konfusianis percaya bahwa ‘Cinta
Benevolence’ bisa menolong keadaan Tianxia/Tiongkok kala itu. Motis percaya bahwa ‘Cinta Universal’ bisa
menolong keadaan Tianxia/Tiongkok kala itu.
Masing-masing dari kedua kubu ini berdebat mengatakan bahwa pandangan
mereka justru yang bisa menolong Tianxia/Tiongkok. Tapi menurut Han Fei gagasan Konfusianis dan
Motis tidak beda jauh, sama-sama mengusulkan ‘Cinta’, tapi ‘Cinta’ tidak bisa
menolong dan memperbaiki Tianxia/Tiongkok.
Han Fei
mengatakan bahwa Konfusianis dan Motis keduanya mengatakan Nabi-nabi, Raja-raja
Bijak terdahulu semua bicara tentang ‘Mencintai Dunia’ dan memandang rakyat
seperti Ibu Bapak sendiri. (先王兼爱天下 视民如父母xian wang jian
ai tian xia, shi min ru fu mu).
Tapi lihatlah
keadaan yang ada? Rakyat tetap saja melanggar aturan dan hukum, Nabi-nabi dan
Raja-raja tetap saja harus menghukum mati orang. Kalian dikatakan bertindak
seperti Ibu Bapak memandang anak-anaknya sendiri terhadap rakyat, tapi lihatlah
apakah dengan demikian mereka terus jadi tidak melanggar aturan/hukum?
Kenyataan mereka tetap menjadi pesakitan dan harus tetap dihukum mati.
Tapi kalian
tetap berlagak seperti orang yang penuh cinta kasih, sambil menangis memutuskan
hukuman mati kepada pesakitan dan menanda tangani putusan hukuman mati. Jika
memang kalian ber-‘Cinta Kasih’ seharusnya janganlah membunuh mereka ini.
Membunuh untuk apa? Jika memang tetap
dilakukan berarti tidak ada ‘Cinta Kasih’ lagi?
Maka tidak ada gunanya kalian berkoar-koar tentang ‘Cinta’, kenyataannya
semua itu tidak bermanfaat.
Sebenarnya
kalian harus tahu bahwa yang bisa dipatuhi bukan ‘Cinta’ , tapi hanya Golok
Algojo yang justru bisa dipatuhi dan dapat terlaksana. Terus terang kalian menghendaki para
Raja-raja untuk memandang rakyat seperti anak sendiri, tapi jangankan Raja, Ibu
Bapak sendiri saja tidak bisa mengatur dan dipatuhi oleh anaknya sendiri.
Apalagi Raja terhadap rakyat yang bukan ayah ibu sendiri.
Han Fei mengatakan
cobalah lihat itu para preman dan begundal-begundal di jalanan, Ibu Bapaknya
tidak mampu menasehatinya, nasehat para guru juga tidak digubris, nasehat para
kerabat, sama juga tidak didengar.
Tapi hanya
polisi yang mau mereka patuhi, polisi dengan seutas tali siap untuk meringkus,
barulah mereka mau berhenti untuk bertindak nakal atau melanggar hukum. Jadi
yang effektif adalah tali, golok. Gagasan ‘Cinta’ sama sekali tidak mempan bagi
mereka.
Lebih lanjut Han
Fei mengatakan: ‘Cinta’ milik kalian Konfusianis dan Motis tidak hanya tidak
bermanfaat bahkan merusak mental orang, itu adalah racun. Yang dirugikan siapa?
Yaitu Negara.
Han Fei memberi
contoh. Dinegara Chu ada seorang ayah mencuri kambing, anaknya melapor ke
aparat negara, akhirnya anak ini dihukum mati oleh aparat negara. Karena tidak
“Bhakti orangtua” (不孝bu’xiao). Kita
tahu bahwa yang melanggar hukum adalah ayahnya, tapi yang dihukum justru
anaknya yang melapor yang dianggap tidak bhakti orangtua sendiri. Lihatlah
apakah yang disebut “Cinta” oleh Konfusianis dan Motis ini, apa memang berguna
untuk negara dan masyarakat ?.
Ada lagi seorang
serdadu dari Negara Lu setiap kali pergi ke medan perang selalu ngumpet
dibelakang barisan, serdadu lain maju menyongsong musuh, tapi dia ini justru
mundur ke belakang. Maka sang komandan memanggil dia dan menanyakan mengapa,
dia mengatakan bahwa di rumah kampung halamannya dia masih mempunyai Ayah Ibu
yang harus dirawat, saya harus pulang merawat mereka sampai tua, jadi saya
tidak boleh mati sekarang. Maka sepulangnya di Negara Lu, Raja dan Kong Hu Cu
memuji-muji dia sebagai seorang anak yang ‘Bhakti Orangtua’(孝子xiao
zi). Diangkatlah dia sebagai pejabat negara.
Han Fei
mengatakan jika tentara kita semua seperti orang ini “Sangat Bhakti Orangtua”
apakah mereka masih bisa berperang?
Menurut Han Fei seorang yang setia kepada Raja dan Negara tidak boleh
orang yang lebih mencintai keluarga sendiri dan yang ‘Bakti Orangtua’(孝子xiao
zi). Lebih lanjut Han Fei mengatakan : Seorang yang setia kepada Raja dan
Negara harus tidak ‘bhakti orangtua’, karena setia negara dan ‘bhakti orangtua’
adalah satu sama lain saling berkontradiksi. ‘Bhakti Orangtua’ adalah suatu
perasaan ‘Cinta’. Maka kita tidak perlu apa itu yang namanya “Cinta”, itu semua
merugikan negara.
( 君子直臣 父之暴子 父之孝子 君之背臣《韩非子 五蠹》 Jun zi zhi chen, fu zhi pao zi, jun zi pei
chen ).
Argumentasi Han
Fei ini langsung menohok Inti Ajaran Kongfusianis, karena inti ajaran mereka
adalah ‘Bhakti Orangtua’(孝xiao). Bahkan
rasa cinta ini oleh Konfusianis dianggap sebagai mustika. Pandangan Konfusianis
bertitik tolak dari ‘Bhakti Orangtua’ untuk menegakkan ‘Cinta Benevolence’,
dengan ‘Cinta Benevolence’ menegakkan ‘Budi Pekerti/Kebajikan’, dengan ‘Budi
Pekerti/Kebajikan’ mengatur Negara, dengan Perasaan ‘Cinta Kekerabatan’
mengatur Tianxia atau Tiongkok.
( 以孝立仁 以仁立德 以德治国 以家治天下yi xiao li ren,
yi ren li de, yi de zhi guo, yi jia zhi tian xia).
Menurut Hukum
logika dari Konfusianisme, setiap orang mempunyai bakat bawaan atau instink
yang disebut cinta terhadap anggota keluarga sendiri, misalnya cinta terhadap
ayah ibu, perasaan ini tidak perlu diajari merupakan bakat yang terbawa lahir,
ini yang dinamakan Xiao孝.
Yang setingkat
lebih komplek lagi disebut Ti悌 yaitu cinta
terhadap adik kakak. Orang yang berperasaan
demikian jika keluar dari lingkungan keluarga menjadi abdi negara, maka akan
juga setia dengan negara dan raja. Karena Raja adalah Bapak Negara. Menurut
pendapat mereka Xiao dan Kesetiaan merupakan suatu kesatuan yang tidak
ber-kontradiksi.
Tapi Han Fei
mengatakan itu ber-kontradiksi.
Perbedaan pandangan ini mengapa terjadi? Tidak lain karena latar
belakang sejarah yang berbeda dan zamannya juga berbeda. Saat Kong Hu Cu
mengatakan pendapat demikian adalah pada zaman dimana Tianzi, Zhuhou, Dafu (Raja,
Penguasa Daerah, Kepala rumah Tangga) masih ada hubungan kerabat atau masih ada
hubungan darah semua. Tapi pada saat zaman Han Fei hidup, keadaan sudah
berubah, yang dinamakan “Kaisar” sudah sama sekali tidak ada hubungan darah
dengan para Penguasa Negeri, jadi teori ini sudah tidak sesuai dengan zamannya
lagi.
Akibatnya antara
Kong Hu Cu dan Han Fei terjadi perbedaan pandangan, ini dikarenakan latar belakang zaman yang
berbeda. Zaman saat Han Fei hidup keadaan masyarakat lebih parah kacaunya,
semua tata krama sudah runtuh sama sekali, situasi politik juga sangat gelap.
Sehingga menurut pandangan Han Fei gagasan yang diusulkan Kong Hu Cu sudah
tidak cocok dengan zamannya. Usulan akan ‘Cinta Benevolence’ juga sudah tidak
bisa diandalkan, politik memilih orang-orang unggulan untuk mengatasi negara
juga sudah tidak bisa diandalkan juga. Kemudian apakah usulan dari Han Fei ?
Menurut Han Fei
kebijaksanaan dengan ‘Cinta Benvolence’ dan Pemilihan Orang Unggulan atau
Berbakat (贤人xian’ren) untuk
dijadikan abdi negara sudah tidak bisa diandalkan lagi, jika semua pejabat
harus dari orang-orang unggulan, mereka itu tidak lebih dari jari tangan kita.
Han Fei bertanya
cobalah hitung dengan jari tangan hanya sepuluh, sedang kebutuhan pejabat
negara itu adalah ratusan, dari mana untuk mendapatkan orang unggulan begitu
banyak? Jika untuk mengatasi keadaan negara harus dengan orang-orang unggulan,
dari mana kita bisa mendapatkannya? Maka usulan ini juga tidak bisa diandalkan.
Menurut Han Fei
mengatasi keadaan dengan mengadalkan manusia tidak bisa diandalkan, dengan budi
perkerti/kebajikan dan etika juga tidak bisa diandalkan, dengan tenaga manusia
unggulan juga tidak dapat diandalkan, dengan cara orang unggulan sebagai
panutan juga tidak bisa diandalkan.
Bagi Kaum
Konfusianis, Motis dan Daois, orang yang dijadikan simbol dan patut dipanuti
adalah Yao尧, Shun舜,
Tang汤, Wu武(Raja
terdahulu yang dianggap sebagai nabi atau orang kudus.
Han Fei berkata:
Saya beritahu bahwa Yao adalah sosok orang yang ceroboh, Shun adalah seorang
Bijak Palsu, Shang Tang商汤dan Zhou Wu周武
adalah seorang pejabat yang ngawur. Karena yang jelas bahwa Yao adalah seorang
Raja, tapi tidak menjadikan sendirinya raja justru menunjuk Shun yang dijadikan
Raja, apakah ini bukannya orang ceroboh. Dan Shun nyata-nyata seorang pejabat
tapi tidak menjadikan dirinya sebagai pejabat, tapi menjadikan dirinya sebagai
raja dan tidak memandang sebelah mata kepada Yao, bukankah ini adalah Orang
bijak palsu atau raja palsu. Sudah
jelas-jelas bahwa Xia Jie(夏桀) yang menjadi
Raja Tianxia, tapi direbut oleh Shang Tang. Kemudian Yin Zhou (殷纣) menjadi raja,
tapi direbut oleh Zhou Wu (周武), bukankah mereka ini adalah pejabat
yang tidak setia dan pejabat pembangkang.
Maka tokoh-tokoh
panutan yang oleh kalian Konfusianis, Motis dan Daois usulkan semuanya adalah
biangkeladi pembuat kekacauan, yang mereka wariskan sama sekali bukan sesuatu
tradisi yang patut dibanggakan, bahkan adalah penyebab kekacauan di Tianxia (Tiongkok).
Ini adalah
argumentasi dari mengapa Legalis menentang tokoh-tokoh yang dianggap sebagai
“Nabi atau Orang Kudus”. Dan itulah yang
disebut Anti Penabian (非先圣 fei xian sheng
) dan Melawan Tradisi (反传统 fan chuan
tong).
Perlu diketahui
bahwa bagi bangsa Tionghoa tokoh yang dikutuk oleh Legalis adalah tokoh-tokoh
yang sangat dihormati dan menjadi suri tauladan sebagai “Nabi atau Orang
Kudus”. Kini semuanya diruntuhkan. Bagi
orang Tionghoa, Yao尧, Shun舜,
Tang汤, Wu武
mewakili masing-masing tradisi yang berbeda. Tradisi Yao尧,
Shun舜 adalah saling
mengalah (禅让shan rang),
karena Yao memberikan kedudukannya kepada Shun, dan Shun memberikan
kedudukannya kepada Yi禹, mereka
menyerahkan kedudukan dan tahtanya dengan sukarela.
Sedang Tang汤,
Wu武 mewakili suatu
Trasidi “Revolusi”, karena Shang Tang商汤 menjatuhkan Xia
Jie夏桀, Zhou Wu周武
menjatuhkan Yin Zhou殷纣 semuanya dengan
kekuatan bersenjata. Oleh Han Fei ini semua ditentangnya, menurutnya ‘Saling
Mengalah’ (禅让shan rang) tidak
baik, ‘Revolusi’ juga salah. Kemudian bagaimanakah yang dianggap benar?
Han Fei
mengatakan: “Tidak perlu ada berubahan, Raja tetap sebagai Raja, Pejabat tetap
sebagai Pejabat, semua tenang-tenang bekerja pada statusnya masing-masing,
itulah yang terbaik. Pendek kata sebagai Pejabat harus bekerja menurut koridor
hukum dan patuh terhadap hukum yang berlaku, menekuni pekerjaannya masing-masing.
Patuh dengan peraturan negara, setia kepada Raja dan berbakti kepada negara.
Sedang sebagai Raja harus ‘Tidak berbuat apa-apa dan tenang-tenang saja sudah
bisa teratur’.” (清净无为 垂拱而治qing jing wu
wei, chui gong er zhi).
Melihat anjuran ini kita akan melihat bahwa
ini adalah pemikiran Daois, dan usulan Daois sama yaitu “Tidak berbuat apa-apa dan tenang-tenang saja
bisa teratur”(清净无为 垂拱而治qing jing wu
wei, chui gong er zhi) dan Konfusianis sebenarnya juga mempunyai pemikiran yang
demikian. “Tidak berbuat apa-apa (清净无为qing jing wu
wei) adalah gagasan Kaum Daoisme, dan “Tenang-tenang saja bisa teratur” (垂拱而治chui gong er
zhi) adalah gagasan Kaum Konfusianisme. Konfusianis mengatakan Kaisar cukup
dengan menurunkan kedua lengan tangannya,
maka permasalahan akan terselesaikan, dunia jadi damai (皇帝就是垂衣裳而天下治huang di jiu shi
chui yi shang er tian xia zhi).
Timbul
pertanyaaan mengapa Legalis dapat berpendapat demikian? Bagaimanakah hubungan
antara pemikiran Legalis dengan Konfusianis dan Daois? Adakah suatu kesinambungannya?
Kenyataannya memang ada.
Maka inilah yang
disebut dengan “Memodifikasi gagasan-gagasan Lao-Zhuang (变老庄 pian lao
zhuang)”, maksudnya dengan memodikfikasi pemikiran-pemikiran Lao-Zhuang dan
diadakan penyesuaian menurut tuntutan zaman, maka jadilah ‘Pemikiran Legalis’.
Gagasan Han Fei
dalam politik dapat dilihat dengan jelas dari 16 huruf aksara Mandarin dibawah
ini. (事在四方
要在中央
圣人执要
四方来效《韩非子 杨权》 Shi zai si fang, yao zai zhong yang, sheng
ren zhi yao, si fang lai xiao) . Yang berarti ‘ Permasalahan ada disekiling
kita, kuncinya ada dipusat. Jika penguasa bisa menguasai ini, maka semua pihak otomatis tunduk dan akan patuh. Gaya
bahasa dan ciri bahasanya dari frasa diatas seperti Laozi, dimana kalimat-kalimatnya
bersanjak dan enak dibaca. Memang demikianlah hubungan pemikiran Han Fei dengan
Laozi sangat dekat. Banyak cendikiawan filsafat yang memberi pendapat bahwa
antara Sunzi (孙子), Laozi (老子), Hanfeizi (韩非子) adalah senada
dan bersinambungan. Semuanya bertitik tolak sebagai strategis militer, Sunzi
sebagai ‘Militeris Dialektis’, kemudian Laozi sebagai ‘Filsafat Dialektik’ dan
Hanfeizi ‘Dialektik Politik’.
Dialektik Hanfei
sangat jelas dapat dilihat dari frasa diatas ini, yang mempunyai arti kurang
lebih sebagai berikut: Masalah besar negara berada disekililing wilayah negara,
tapi kuncinya ada dipusat atau ditangan Raja, jika Raja telah bisa menguasai
dan mengotrol permasalahan ini, otomatis semua pihak akan tunduk dan berbhakti
kepadanya. Tidak perlu lagi berbuat apa-apa. Sehingga bisa “Tanpa berbuat
apa-apa dan tenang-tenang sudah bisa teratur”(清净无为 垂拱而治qing jing wu wei, chui gong er
zhi). Lalu kuncinya apa? Tidak lain
adalah ‘Kekuasaan Tertinggi’, jika Raja dapat menguasai ‘Kekuasaan Tertinggi’,
maka tidak perlu harus bekerja, semua akan beres, dunia akan damai. Inilah
menurut Hanfei. Dia mengusulkan ‘Tanpa Berbuat Bisa Teratur Sendiri’(无为而治wu wei er zhi).
Seperti
diketahui bahwa Legalis adalah ‘Filosof Ilmu Strategis’ dan berkerja dan
berbhakti kepada Raja dan para majikannya, senjata yang mereka pegang adalah
“Pisau Jagal Manusia”. Legalis dan
Konfusianis berbeda, Legalis tidak memiliki “Resep” untuk mengobati “Penyakit”
keadaan dunia, yang mereka miliki adalah “Paham dan strategi dengan memanfaatkan
kekuasaan” dan dapat memanfaatkan strategi tersebut.
Tapi timbul
pertanyaan mengapa Hanfei bisa mengusulkan ‘Tanpa Berbuat bisa teratur’(无为而治wu wei er
zhi)?
Penyebabnya ada
Tiga :
- ‘Tidak
Berbuat’ Yang Paling Mulia (无为尊贵wu wei zun gui)
- ‘Tidak
Berbuat’ Yang Terpandir (无为无为尊贵wu wei ming zhi)
- ‘Tidak
Berbuat’ Yang Teraman(无为安全wu wei an quan)
Usulan ‘Tidak
Berbuat’ yang Paling Mulia (无为尊贵wu wei zun gui), dalam hal ini Hanfei
merupakan penerus dari usulan Laozi. Karena ‘Tiada’(无wu) adalah batas
yang paling tinggi, jadi yang paling harus dihormati adalah “Suatu yang tidak
berbuat’(无所作为wu suo zuo wei). Hanfei bertanya: Apakah
Dao道 itu melakukan sesuatu? Sama sekali
tidak melakukan apa-apa, tapi Dao道 melahirkan segalanya (道生万物dao sheng wan
wu), alam semesta dan mahluk lahir dari Dao.
De德 bekerja apa? De德 sama juga tidak
bekerja apa-apa, tapi De德 melahirkan Yin Yang阴阳, kutub dari Yin Yang (阴阳二极yin yang er ji)
terbentuk dari De.
Hanfei memberi
contoh, suatu alat timbangan apakah dirinya harus mempunyai “bobot”? Timbangan
sendiri tidak perlu harus punya atau tergantung dari “bobot”nya, karena itu dia
bisa mengukur Berat benda. Penggaris atau alat ukur sendiri, apakah harus
tergantung panjang pendeknya? Juga tidak, tapi dia bisa mengukur panjang pendek
benda. Sama juga dengan Raja harus dihormati, untuk itu harus ‘Tidak Berbuat’(无为wu wei) dan
dimuliakan.
Dan karena Raja
itu tidak berbuat apa-apa, maka dia itu
menjadi yang paling mulia. Seperti seorang wasit pertandingan tidak boleh
sebagai pemain, jika dia sebagai pemain dia tidak bisa menjadi wasit. Karena
wasit tidak ikut bermain atau “bergerak”, maka dia bisa me-wasiti suatu
pertandingan.Sebagai pemain tidak mungkin sekaligus menjadi wasit. Jadi yang
bergerak tidak bisa menjadi wasit, yang tidak bergerak barulah bisa menjadi
wasit. Kemudian diantara mereka siapakah yang kedudukannya lebih tinggi?
Haruslah wasit. Jadi Raja juga bisa diumpamakan sebagai wasit, tidak boleh ikut
bekerja atau dengan kata lain “Tidak Berbuat” yang paling mulia (无为尊贵wu wei zun gui)
Alasan mengapa
‘Tidak Berbuat Yang Terpandir’ ( 无为明智wu wei ming zhi), Han Fei menjelaskan.
Cobalah bayangkan suatu negara dan dunia berapa banyak permasalahannya?
Permasalahan suatu negara tidak mungkin dapat dikerjakan atau diselesaikan oleh
hanya seorang, jelas tidak mungkin. Justru karena seorang Raja tidak mungkin menyelesaikan perkerjaan dan
permasalahan negaranya sendiri, untuk apa harus ikut bekerja.
Walaupun dia
coba melakukan juga, maka akan sia-sia. Berhubung demikian maka pekerjaaan ini
harus didelegasikan kepada banyak orang, asal saja Raja sudah memegang
kekuasaan tertinggi dan dapat mengotrol segalanya, dan membuat suatu sistim
pembagian kerja yang seksama, maka biarkanlah supaya Ayam Jago untuk berkokok
dipagi hari, dan biarkan kucing untuk menangkap tikus dalam kerjaaan/pemerintahan.
(清晨打鸣是公鸡该干得事情qing chen da
ming shi gong ji gan de shi qing & 抓老鼠是猫干的事情zhua lao shu shi
mao gan de shi qing),.
Raja hanya
mengatur mereka bekerja sesuai dengan jabatannya, dengan demikian Raja bisa
tidak perlu bekerja sendiri dan cukup diam saja. Yang penting mengawasi mereka,
apakah mereka melakukan tugasnya dengan benar atau tidak. Jika sang ayam jago
lalai berkokok sesuai tugasnya dan sang kucing lalai menangkap tikus, maka
tangkap mereka dan hukum mati mereka. Jadi Raja tidak perlu harus berkokok pada
pagi hari subuh dan menangkap tikus sendiri. Inilah yang dinamakan ‘Tidak
Berbuat’(无为wu wei). Ini juga “Sikap Dari Orang
Pandir” (明智的作法ming zhi de zuo fa). Memang ini suatu alasan yang tepat bahwa
seorang pemimpin janganlah ikut bekerja dalam pekerjaan rutinitas bawahannya.
Alasan mengapa
‘Tidak Berbuat’ Yang Ter-aman. Hanfei mengatakan seorang Raja karena berada
pada posisi yang paling atas, sebenarnya posisinya berada ditempat yang paling
tidak aman. Seperti diketahui jika terpencil sendiri adalah tidak aman, lebih
aman jika ber-ramai-ramai dengan orang yang lain. Tempat yang terang tidaklah
lebih aman dari tempat gelap. Sedang seorang Raja berada ditempat yang sangat
terang, jadi sangat tidak aman. Pada saat demikian dia harus ‘Tidak Berbuat’,
karena jika dia ‘Berbuat’ dengan main buka-bukaan akan menunjukan segala
sesuatunya tentang dirinya, maka pihak lain akan tahu kesenangannya,
kesusahannya, dan sangat mudah terlihat kelemah-kelemahannya, sehingga apapun
yang akan diperbuatnya terhadap orang sekelilingannya sudah dapat diterka
dengan cepat kemana kiranya tujuannya.
Dengan demikian
pihak lawan bisa dengan mudah untuk turun tangan dan meng-antisipasi menghadapi
dia. Jika seorang Raja selalu tidak menunjukkan muka yang sebenarnya, saat
bawahan melapor kerjaannya sepertinya tidak memberi sikap, diam-diam saja
menampung segala laporan dan keluhannya, akibatnya orang tidak bisa menebak apa
sikap dan pendapatnya, terlihat sangat misterius.
Maka Hanfei
mengatakan: “Janganlah sekali-kali pikirannya diperlihatkan, diam tidak
berkomentar, tidak melakukan sesuatu apa-apa, biarkan mereka yang melakukannya
sendiri”.
(权不欲见 素无为也《韩非子 杨权》quan bu yu jian,
su wu wei ye).
Menurut Hanfei
yang paling gawat bagi Raja adalah jika ingin menonjolkan diri sendiri, jika
bisa sesuatu kebisaan ingin sekali menunjukan kebisaannya ini. Harusnya dia
menyadari bahwa dirinya hanya seorang, tidak mungkin menguasai semua
kepandaian. Sekali dia coba mengadu kepandaian dengan bawahannya, maka yang
lain juga akan berbuat sama, akibatnya orang lain dengan mudah menyerang
kelemahannya. Misalnya dia menunjukan bahwa dia pandai memasak, maka yang lain
akan mengatakan bahwa dia pandai bermain bola, yang lain lagi mengatakan dia
pandai memanjat tebing dan lain-lain. Semua ingin coba mengadu kepandaian
dengannya. Jika sang Raja tidak
menunjukan apapun, maka tidak ada yang akan coba berkompetisi dengannya. Karena
tidak menunjukan apa-apa, orang lain tidak tahu apakah memang dia bisa atau tidak
bisa melakukan sesuatu.
Maka Hanfei
mengatakan: “Seorang Raja jika memiliki
kelebihan baiknya jangan ditunjukan dan harus dibikin kabur, jadi lebih baik
jika tidak saja harus ‘Tidak berbuat’, lebih baik lagi jika terlihat “Tidak
Bisa”, pokoknya semua seperti “Tiada”.
(上有所长 事乃不方《韩非子 杨权》shang you suo
chang, shi nai bu fang).
Hanfei lebih
lanjut mengatakan bahwa: Jika raja pada posisi seperti itu, apapun tidak bisa,
apapun tidak bicara, maka semua orang akan takut padanya, karena didunia yang
paling ditakuti adalah ‘Tiada’.
(明君无为乎上 群臣竦惧于下《韩非子 主道》ming jun wu wei
hu shang, qun chen song ju yu xia).
Jadi “Invisible”
atau yang tidak bisa terlihat adalah yang paling ditakui, karena tidak bisa
dilihat dan tidak bisa diraba, itu hal yang paling susah diduga. Maka seorang
Raja jika bisa menjadi yang tidak bisa diduga dan tidak bisa diraba oleh orang
lain adalah yang terbaik. Maka posisinya akan menjadi mantap. Jadi disini bisa
dilihat bahwa ‘Tidak Berbuat’nya Hanfei adalah jelas-jelas diperuntukan kepada
‘Kekuasaan Mutlak’, penguasa tertinggi yaitu sang Raja. Dengan demikian ‘Tidak
Berbuat’ nya Hanfei adalah sesuatu yang disumbangkan kepada Raja berupa
“Sebilah Pisau Jagal”, tapi “Sebilah Pisau Jagal” yang Invisible atau tidak
terlihat ( Pisau Jagal Invisible).
Kemudian “Pisau
Jagal Invisible” yang disumbangkan kaum Legalisme itu kiranya “Pisau” yang
bagaimana? akan dibahas dalam tulisan
berikutnya...
( Bersambung
....... )
Daftar
Perpustakaan
- 先秦诸子百家争鸣: 易中天 CCTV
- 经典阅读文库 ---- 论语 李薇/主编
- 经典阅读文库 ---- 道德经 李薇/主编
- 中国古典名著精品 ---- 菜根谭 洪应明
著
- Internet :
http://friesian.com/confuci.htm :
Confucius
- 孔子 -----
維基百科,自由的百科全書 Internet
-
网址:http://www.popyard.org
- 中国人生叢书 -----
墨子的人生哲学 杨帆/主编 陈伟/著
- Internet :
http://baike.baidu.com
- The Sayings of
Mensius / 英译孟子
史俊赵校编
- 南华经 庄子
周苏平
高彦平
注译
安徽人民出版社
- 庄子 逍遥的自由人 林川耀 译编 出版者 :常春树书坊
- http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml 春秋五霸之---晋文公
- “When China Rules The World - The rise of middle kingdom and the end of the
western world” by Martin Jacques ALLEN
LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009
No comments:
Post a Comment