Wednesday 22 June 2016

Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid
IV

( 1 )



Polemik Kaum Kongfusianis dan Legalis 儒法之争论

Legalisme adalah satu-satunya pemikiran yang sangat berbeda dengan Konfusianime, Motisme, Daoisme. Jika Konfusianis dan Motis masing-masing mengusulkan “Cinta Benevolence’ dan Cinta Universal’, namun Daois mengusul ‘Tidak Berbuat’ apa-apa, biarkanlah semua berkembang secara alamiah.

Tapi ketiga pemikir ini semua mengusulkan untuk kembali kemasa yang telah lewat.     Sedang Legalis justru mengusulkan suatu pembaharuan dan reformasi untuk masa yang akan datang, sehingga mereka ini menjadi terkecualian dari pemikir-pemikir pada zaman Pra Dinasti Qin.

Seperti diketahui bagi pemikir yang terpenting, dia harus bisa menganalisa dan memberi pendapat serta memberi pertimbangan-pertimbangan terhadap keadaan zamannya. Untuk kegiatannya ini mereka harus mengeluarkan banyak energi, tapi bagi pemikir Legalis bukan hanya harus mengeluarkan energi juga harus bersimbah darah dan bahkan mengorbankan nyawanya.

Bahkan dapat dikatakan bahwa diantara pemikir-pemikir Pra Dinasti Qin, Legalisme merupakan satu-satunya pemikir yang dalam implementasinya harus mengorbankan nyawa dan darah sebagai persembahannya. Dengan kata lain dapat dikatakan satu “ajaran” yang berdarah. Yang harus mengeluarkan darah dan mengorbankan nyawanya, tidak hanya orang-orang dari kalangan bangsawan dan rakyat yang berdosa dan tidak berdosa pada saat itu,  tapi juga tokoh utama dan pencetus pemikrian ini sendiri juga harus bersimbah darah dan menjadi korban. Misalnya : Shang Yang商鞅 dan Han Fei韩非.

Shang Yang (商鞅) adalah tokoh Reformer terkenal pada zaman ‘Peperangan Negara-negara’, lahirnya kira-kira semasa Mensius dan Zhuangzi, bahkan lebih tua sedikit dari mereka.( Lahir Tahun 395SM Wafat Tahun 338SM). Berasal dari Negara Wei(), maka dinamai juga sebagai Wei Yang (卫鞅). Dia ini juga cucu dari penguasa tertinggi dari Negara Wei.  Seperti telah dijelaskan pada Jilid II dimuka, kala itu bangsawan dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu Raja, Penguasa Daerah, Direktur Rumah Tangga , Shi ( 天子,诸侯,大夫,士)

Bangsawan贵族gui zu
Rakyat Jelata平民ping min
Budak奴隶nu li
Mandat Langit(Raja) 天子tian zi
Penguasa Daerah/Gubernur诸侯zu he
Direktur Rumah Tangga大夫
Ahli Surat(scholar)/Silat(pendekar) shi
Ahli Surat/Silat
Petani
Buruh
Pedagang


Kerabat Raja (天子tian zi) disebut Wang Zu (王族). Putra Raja disebut Wangzi (王子), Cucu Raja disebut Wangsun (王孙). Penguasa Daerah/Gubernur (诸侯zu he) dibagi menjadi 5 tingkatan Gong, Hou, Bo, Zi, Nan (公,侯,伯,子,男), tapi semuanya bisa disebut Gong (). Kerabatnya disebut Gong Zu (公族), Putra-putra mereka disebut Gongzi (公子), Cucu mereka disebut Gongsun (公孙).

Shangyang adalah cucu dari Penguasa Daerah Negara Wei () atau Gongsun (公孙) dari Negara Wei, maka dinamai juga Gong Sun Yang (公孙鞅). Kemudian mengapa dinamai Shang Yang (商鞅)? Karena setelah datang ke Negara Qin (秦国), bakal raja Qin yaitu Qin Xiao Gong (秦孝公), memberinya jabatan didaerah Shang () sebagai wilayah kekuasaannya, sehingga dia disebut Shang Jun (商君) atau Kepala Penguasa Daerah Shang juga disebut Shang Yang (商鞅). Kemudian nama ini melekat padanya sepanjang sejarah Tiongkok sebagai tokoh nomor wahid Kaum Legalisme.

Perlu dijelaskan disini bahwa saat Shang Yang hidup di Negeri Wei, negeri ini sudah berkembang menjadi satu negara kecil, menjadi bagian dari negara kesatuan dari Negara Wei ()  (lain dari Wei sama laval bacaannya), saat itu Negara Wei () ini lebih besar dari Negara Wei (), jadi walaupun dia itu keturunan bangsawan, tapi tidak mempunyai pengaruh dan kedudukan apa-apa, karena berasal dari negara kecil.

Maka dia harus bekerja, dan mengabdi kepada  Pejabat (Patih Gong Shu Zuo公叔坐) di Negara Wei () sebagai Pengurus Rumah Tangganya (家臣). Gong Shu Zuo(公叔坐) sang majikan sangat senang kepada Shang Yang, dia menyadari bahwa Shang Yang adalah seorang yang sangat berbakat dan hebat.   Maka saat menjelang wafat Gong Shu Zuo公叔坐 merekomendasikan Shang Yang kepada Raja Wei Hui Wang (魏惠王), tokoh ini telah kita ceritakan di Jilid II (Bab 6), beberapa kali berdiskusi dengan Mensius yaitu Liang Hui Wang (梁惠王), dinamai demikian karena Ibukota Negara Wei() berada di Da Liang(大梁), maka Dia dinamai juga sebagai Raja Liang Hui Wang (梁惠王). Untuk selanjutnya akan kita gunakan sebutan Raja Liang Hui Wang (梁惠王).

Saat Gong Shu Zuo (公叔坐) sakit keras menjelang ajal Raja Liang Hui Wang (梁惠王) menjenguknya. Ketika itu Raja Liang Hui Wang berkata kepada Gong Shu Zuo (patihnya): “Selama ini saya mengadalkan bantuan anda mengurus negara, jika sampai terjadi sesuatu yang serius pada anda (wafat),  negara kita harus bagaimana ?”.  
Gong Shu Zuo menjawab: “Gong Sun Yang (公孙鞅) bisa mewakili saya untuk pekerjaan itu.”.     
Raja Laing Hui Wang mendengar ini tidak memberi reaksi apa-apa dan  diam saja.      
Gong Shu Zuo berkata lagi : “Yang Mulia, Gong Sun Yang (公孙鞅) adalah tokoh kelas wahid, jika Yang Mulia tidak mau memakai dia, Yang Mulia harus memenggal dia, karena jika dia sampai pergi mengabdi ke negara lain, maka dia akan menjadi musuh besar negara kita.”. 
Mendengar ini Raja Liang Hui Wang mengangguk-anggukkan kepalanya dan berkata : “Baik....baik... sekarang Anda baik-baik istirahatlah saja dulu... ”  kemudian dia keluar dan pulang. 
Begitu keluar, dengan segera Gong Shu Zuo memanggil Gong Sun Yang (公孙鞅) dan berkata : “Anakku, Maafkan saya, saya ini harus mementingkan negara daripada pribadi, saya harus setia kepada Negara dan Raja dulu baru kemudian setia kepada teman. Tadi saya telah menawarkan Anda kepada Yang Mulia-Raja. Kelihatannya Yang Mulia tidak sudi mempekerjakan anda, saya minta kamu segera lari saja”.  
Gong Sun Yang tenang saja dan berkata : “Majikan, terimakasih sekali tuan telah merawat saya selama ini, tapi Raja setelah mendengar penawaran tuan untuk mempekerjakan saya, tapi juga tidak akan menerima saya,  maka Raja juga tidak akan menuruti anjuran tuan untuk membunuh saya. Saya tidak perlu buron.”. 

Ternyata memang benar Raja Liang Hui Wang ketika keluar berkata kepada para pengikutnya : “Ini,... Gong Shu Zuo rupanya telah kena demam tinggi, sehingga omongannya ngacau, omong kosong, saya diminta untuk menyerahkan kepengurusan negara kepada Gong Sun Yang. Apa tidak lucu? ” .

Akhirnya memang Gong Sun Yang tidak dibunuh. Setelah Gong Shu Zuo meninggal Gong Sun Yang terpaksa hilang pekerjaan, maka dia pergi ke Negara Qin(秦国).  Dinegara Qin dia diterima oleh Qin Xiao Gong( 秦孝公), Qin Xiao Gong menyadari akan kepandaian Gong Sun Yang maka dia sangat disayangi, bahkan dianggap sebagai mustika atau asset negara. Langsung saja Qin Xiao Gong memerintahkan untuk melaksanakan “Reformasi Shang Yang” *9

“Reformasi Shang Yang” suatu reformasi yang berdasarkan pada filsafat Legalisme yang ditulis dalam buku [Buku Dari Shang Jun]( The Book of Lord Shang商君書). Buku ini ditulis berdasarkan “Kodefikasi Hukum” dari Li Kui (李悝) salah satu Menteri dari Negara Wei (魏文侯 tahun403SM – 387SM ), buku ini ditulis kira-kira tahun 407SM menjadi ‘Buku Hukum” (Fajing, 法经) yang kelak menjadi dasar dari “Kodefikasi Hukum” zaman dinasti Qin & Han(秦汉). Shang Yang sangat terpengaruh dengan buku ini dan mem-formulasikan lagi secara dogmatis, bahkan lebih keras lagi, sehingga menjadi filsafat Legalisme di Tiongkok.

Li Kui merupakan pencetus pertama dari Legalisme, dia mengeluarkan peraturan ‘Peraturan tentang tata guna tanah pertanian’ (“尽地力之教”jin di li zhi jiao), dimana detailnya masih banyak tidak diketahui, tapi pada pokoknya melakukan intensifikasi pertanian.

Dia merangkum pengalaman hasil panen yang baik untuk menjadikan studi banding untuk meningkatkan produksi kelak. Melaksanakan kebijaksanaan ‘Hukum Bagi Hasil Yang Adil’(“善平籴政策”shan ping” zheng’ce), dimana saat panen bagus, surplus produksi dibeli pemerintah, saat paceklik bisa dibeli kembali dengan harga rata-rata.

Menghapuskan perlindungan istimewa kepada bangsawan atas penguasaan budak, dan memberi pengahargaan bagi yang berjasa untuk negara. Setelah reformasi hukum dilaksanakan, Negara Wei() menjadi salah satu negara yang terkuat kala itu.    Selain itu beliau juga merangkum hukum dinegara-negara sekitarnya sebanyak 6 Jilid menjadi satu ‘Buku Hukum” (Fajing, 法经) yang isinya mengatur penanganan terhadap para pesakitan, kriminal, dan pelanggar hukum lainnya. Buku ini menjadi “Buku Hukum” yang sangat komplit dan sempurna (semacam KUHP masa kini) sepanjang sejarah Tiongkok. Hanya sayang “Buku Dari Shang Jun”( The Book of Lord Shang商君書) dan ‘Buku Hukum” (Fajing, 法经) ini hingga kini masih lenyap dan belum ditemukan.

“Buku Hukum” inilah yang dibawa Shang Yang ke Negara Qin. Qin Xiao Gong justru menggunakan buku ini sebagai dasar untuk memaklumatkan “Reformasi Shang Yang” (商鞅變法shang yang bian fa), maka negara Qin berkembang menjadi kuat dan berhasil meng-unifikasi Daratan Tiongkok.

Kembali kepada Qin Xiao Gong dengan mengumumkan berlakunya “Reformasi Shang Yang” maka Negara Qin dengan cepat menjadi kuat dan besar bahkan berhasil meng-unifikasi seluruh Daratan Tiongkok. Sedang Raja Liang Hui Wang mendengar berita itu sungguh sangat menyesal tidak mendengarkan saran dari Patihnya Gong Shu Zuo(公叔坐).

Namun bagi Shang Yang walaupun sangat berhasil dalam mereformasi negara Qin, begitu Qin Xiao Gong meninggal maka dia akhirnya dihukum mati, bahkan matinya sangat tragis dengan hukuman tubuhnya ditarik dengan 5 kuda ( 车列che lieh). Hukuman ini ada dua macam yang satu hidup-hidup ditarik dengan 5 kuda, yang kedua mayatnya yang ditarik 5 kuda. Cara menariknya dengan leher diikat tali, kedua tangan dan kaki diikat, kemudian ditarik kuda hingga tubuh putus menjadi 5 bagian. Shang Yang diduga dihukum dengan cara yang kedua, dibunuh dulu baru kemudian mayatnya ditarik dengan 5 kuda. Demikianlah nasib Shang Yang yang sebagai ahli politik, pemikir, filosof yang sangat terkenal pada zaman “Peperangan Negara-negara” juga sebagai tokoh utama dari Legalisme.

Selama hidup di Negara Qin, dia telah melakukan dua kali reformasi dengan “Reformasi Shang Yang” (商鞅變法shang yang bian fa) yang isinya antara lain, rakyat harus saling mengawasi satu sama lain atau pengawasan melekat (连坐lian zuo); memberi penghargaan kepada tentara yang berjasa(奖励军功jiang’li jun’gong; Intensifikasi pertanian dan perdagangan (重农抑商zhong nong yi shang); menghapus sistim nepotisme (废除世卿世禄制fei chu shi qing shi lu zhi); menghapuskan sistim persawahan lama dan melaksanakan sistim pertanian yang lebih maju (废除井田制以及推行县制fei chu qing tian zhi yi ji tui xing xian zhi) dan lain-lain.

Karena kala itu sistim kemasyarakatan berada dalam sistim feodal, dan sistim perbudakan sudah mulai runtuh, maka reformasi Shang Yang sangat cocok dan mendukung dalam sistim feodal ini, sesuai dengan perkembangan sejarah kala itu. Disamping itu juga mendapat dukungan dari kaum penguasa dan kekukuhan dari Shang Yang sendiri. Reformasi ini setelah dilaksanakan 10 tahun di Negara Qin, negara ini menjadi satu negara yang kuat. Tapi reformasi ini telah mengorbankan kepentingan kaum bangsawan, maka setelah Qin Xiao Gong meninggal Shang Yang mendapat pembalasannya dengan difitnah dan dibunuh.

Selain itu tokoh utama dari Legalisme dari generasi berikutnya Han Fei, juga dikarenakan gagasannya sendiri harus mengorbankan jiwanya sendiri. Han Fei itu kiranya siapa dan bagaimana kisah tragisnya?   

Han Fei(韩非) berasal dari Negara Han(), bahkan masih kerabat dari Raja Han(王族wang zu jadi juga dari keluarga bangsawan. Dia ini sangat mengerti dengan keadaan saat itu, menyadari bahwa Negara Han adalah lemah dan kecil, cepat atau lambat pasti akan mengalami paceklik dan bencana alam, maka tanpa henti-hentinya dia menulis surat kepada Raja Han untuk mengadakan ‘Reformasi’ besar-besaran. Tapi raja tidak mengubrisnya. Ada kelemahan dari Han Fei bahwa dia tidak pandai bicara (gagap), tapi sangat mahir dalam menulis, maka di rumah dia rajin menulis.

Karangannya suatu ketika tersebar di Negara Qin, ada seorang yang sangat tertarik akan tulisannya, orang ini tidak lain adalah Qin Shi Huang (秦始皇). Namun saat itu dia masih belum menjadi kaisar, maka tidak bisa disebut demikian, melainkan disebut Qin Wang Ying Zheng (秦王嬴政). Dia ini setelah membaca karangan Han Fei menyadari bahwa tulisan ini luar biasa bagusnya, maka dia berujar : “Apabila saya bisa berkesempatan berbincang dengan pengarang ini, matipun saya merasa tidak kecewa atau penasaran.”.

Seperti bisa diketahui pada masa itu, seorang raja  jika menginginkan seseorang pastilah bisa dilakukannya, sedangkan saat itu Negara Qin sudah menjadi negara super power. Apa susahnya untuk mendapatkan hanya seseorang.

Dengan segera mengerahkan tentaranya untuk menyerang Negara Han. Raja Han selama ini sama sekali tidak perduli akan sosok seorang yang namanya Han Fei ini, baginya tidak ada artinya sama sekali. Melihat bahwa Raja Qin mengerahkan tentara hanya untuk seorang Han Fei, maka dia menyadari masalahnya tidak sepele lagi, pasti serius. Dengan tergesa-gesa mengutus Han Fei ke Negara Qin.  

Qin Wang Ying Zheng setelah bertemu Han Fei kelihatannya tidak terlalu perduli, kemungkinan terkait dengan kejiwaan pribadinya, sesuatu yang ingin didapatinya dan yang mulanya dianggap suatu barang berharga, tapi ternyata dapat diperoleh dengan mudah sekali, maka setelah dimiliki tidak dianggap apa-apa lagi.    

Saat-saat demikian ada seorang yang berbisik kepada raja: “Han Fei ini seorang dari kerabat raja Han, apakah dia ini memang benar-benar bisa membantu Negara Qin? Jika dia tidak mau dengan tulus membantu Negara Qin, Yang Mulia jangan memakai dia. Jika Yang Mulia tidak mau memakainya dan memulangkan dia kembali, apakah bukan melepas macan kembali kesarangnya? Apakah tidak baik jika dibunuh saja dia.” Mendengar saran ini Qin Wang Ying Zheng langsung sadar dan dibunuhlah Han Fei.

Han Fei meninggal pada usia 47 tahun, diperkirakan merupakan tokoh pemikir termudah yang meninggal pada zaman Pra Dinasti Qin. Disini disebutkan diperkirakan, karena kala itu sangat banyak cendikia dan pemikir yang luput dari catatan sejarah akibat dari keganasan zaman. Tapi menurut catatan sejarah yang ada, Han Fei adalah yang paling pendek umurnya. Kong Hu Cu/Kongzi (孔子) meninggal pada umur 73 tahun (Konfusinisme儒家ru jia); Xunzi 荀子meninggal pada umur 76 tahun (Kongfusinisme儒家ru jia); Mensius 孟子meninggal pada umur 84 tahun (Kongfusinisme儒家ru jia);  Zhuangzi 庄子meninggal pada umur 84 tahun (Daoisme道家dao jia); Moti 墨子meninggal pada umur 93 tahun (Motisme墨家mo jia); Shang Yang (商鞅) meninggal pada umur 52 tahun (Legalisme法家fa jia); Han Fei(韩非) meninggal pada umur 47 tahun (Legalisme法家 fa jia). Tokoh yang mewakili Legalisme Shang Yang (商鞅) dan Han Fei (韩非) matinya tidak wajar dan korban fitnah serta tragis.

Shang Yang walaupun matinya sangat mengenaskan, tapi gagasannya masih sempat dilaksanakan dan melihat keberhasilan dari kebijaksanaannya. Tapi Han Fei meninggal sebelum sempat melaksanakan gagasannya dan melihat keberhasilannya. Jika dibandingkan dengan pemikir-pemikir diatas tokoh yang mewakili Legalisme ini semua mati tidak wajar. Hal ini penyebabnya karena apa?   Menurut cendikiawan dan pakar penyebabnya ada dua. Penyebab yang bisa terlihat dipermukaan dan penyebab tak terlihat yang lebih dalam lagi.

Penyebab yang bisa terlihat dipermukaan, dapat dilihat dari kematian Shang Yang karena telah “berdosa” terhadap orang lain, “berdosa” kepada siapa? Tidak lain “berdosa” terhadap Pangeran atau Putra Mahkota Raja.

Saat Shang Yang melaksanakan “Reformasi’, Ia harus meng-implementasikan peraturan baru, saat itu Putra Mahkota melanggar peraturan tersebut. Shang Yang mengatakan: “Putra Mahkota melanggar hukum harus sama seperti rakyat melanggar hukum, harus mendapat hukuman seperti lainnya”.

Tapi akhirnya ada rekayasa penuduhan, pelanggaran Putra Mahkota dialihkan kepada Gurunya yang bernama Gong Zi Qian (公子虔 dia juga dari kerabat bangsawan dan juga pejabat tinggi), hukumannya sangat berat yaitu dengan dipotong hidungnya. Akibatnya sang guru ini tidak berani keluar rumah selama 8 tahun karena merasa aib.   

Setelah Qin Xiao Gong meninggal digantikan oleh Putra Mahkota Qin Hui Wang (秦惠王), Gong Zi Qian langsung bikin laporan kepada Raja Baru yang bekas muridnya bahwa Shang Yang dituduh “Berniat” untuk makar (商鞅欲反shang yang yu fan, 欲反= berpikir akan makar). Berniat untuk makar apakah ada bukti dan bagaimana mencari buktinya? Sedang Qin Hui Wang juga menaruh dendam kepadanya, maka langsung membuat perintah untuk menangkap Shang Yang. Akhirnya dia tertangkap dan dibunuhlah dia.

Han Fei juga sama mati difitnah oleh seseorang, begitu mendengar fitnahan ini Qin Wang Ying Zheng langsung mengurung Han Fei dipenjara. Dalam penjara Han Fei menulis surat kepada Raja Qin dengan memberi pernyataan akan isi hati dan niat dirinya untuk mengabdi, tapi surat tersebut tidak sampai pada Raja. Sebaliknya mendapat balasan dengan kiriman racun. Han Fei dengan sangat dongkol akhirnya meneguk racun tersebut dan meninggal. Namun ketika Qin Wang Ying Zheng mengetahuinya, dan mengirim orang untuk menolongnya,  tapi sudah terlambat.

Lalu kita akan bertanya: Siapakah yang mengfitnah Han Fei dan memberi bisikan kata-kata jahat kepada Qin Wang Ying Zheng dan mengirim racun kedalam penjara kepada Han Fei? Ada dua orang, salah satunya bernama Lisi, dia ini teman bejalar Han Fei.  Han Fei (韩非) dan Lisi (李斯) sama-sama murid dari Xunzi (荀子), pada saat sebagai murid Xunzi, Lisi selalu tidak bisa menyaingi kepandaian Han Fei.   Lisi telah lebih dulu mengabdi di Negara Qin (). Sekarang melihat Han Fei juga datang mengabdi kepada Negara Qin, dan Raja Qin sangat menaruh perhatian kepadanya. Kita bisa bayangkan bagaimana sikap Lisi? Dia ini menjadi cemburu dan takut tersaingi ( Inilah teman murid seperguruan? Sering kali susah dipercaya...).

Dari cerita diatas ada yang mengira bahwa Shang Yang dan Han Fei mati ditangan orang kecil, padahal tidaklah demikian. Para cendikiawan banyak yang berpandangan bahwa Shang Yang dan Han Fei ini mati ditangan para musuhnya, dan yang lebih penting lagi bahwa mereka berdua ini mati ditangan mereka sendiri. Matinya diakibatkan oleh “Ajaran dan Gagasannya”.

Dengan diadakan reformasi maka mau tidak mau harus menghancurkan tantanan sistim politik dan ekonomi yang sedang berlaku, dengan sendirinya banyak pihak-pihak yang tadinya diuntungkan karena sistim ini diberlaku harus dikorbankan. Sedang ‘Reformasi Shang Yang’ dapat terlaksana dengan lancar karena mendapat dukungan penuh dari Raja Qin Xiao Gong. Tapi setelah Qin Xiao Gong meninggal, Shang Yang karena hilang pendukung kuat politiknya. Maka tidak heran menjadi korban dari para penentangnya. Sedang Han Fei karena bakat dan kepandaiannya telah menjadi korban saingannya,  teman sekelasnya sendiri Lisi (李斯) yang cemburu.   Shang Yang dan Han Fei, satu mati dari musuh politiknya, satu lagi mati ditangan teman sekolahnya yang cemburu. Tapi ada cendikiawan lain (Yi Zhong Tian) mengatakan bahwa mereka berdua mati disebabkan oleh ajaran dan gagasannya. Kenapa demikian?

Diatas telah diceritakan bahwa sepenginggalnya Qin Xiao Wang. Gong Zi Qian(公子虔) melapor kepada Raja Qin Hui Wang penerus kerajaan yang baru bahwa Shang Yang berpikiran akan makar. Begitu mendapat laporan ini Raja langsung mengeluarkan perintah untuk menangkap Shang Yang.

Shang Yang tahu bahwa dengan tuduhan demikian tidak mungkin dia bisa membela diri, karena terbentur dengan musuhnya dan sistem buatannya sendiri, maka cepat-cepat melarikan diri. Ketika tiba dikota perbatasan, hari sudah sangat larut malam, maka dengan nafas tersengal-sengal mampir kesebuah penginapan, rencananya untuk istirahat semalam.

Begitu masuk penginapan dia menghadap pemilik penginapan yang sedang jaga dan berkata : “Boss, saya minta satu kamar untuk menginap”.
Boss penginapan itu berseru dalam hati Waah boleh juga ada langanan datang, dan berkata: “ Baik tuan, tolong kartu indentitas tuan.”.   
Shang Yang menjawab : “Kartu Identitas!” dia pikir celaka,  kini bisa ketahuan siapa saya. Kemudian dia berkata lagi ; “Waah saya lupa membawanya...sekarang saya tidak punya...”.
Boss penginapan berkata: “Maaf tuan, Raja sudah menitahkan bahwa siapapun tanpa Kartu Idenditas tidak diperkenankan menginap sebagai tamu.”.   
Shang Yang berkata lagi “Ayo Boss, bantulah saya hanya untuk semalam ini saja dan cuma sebentar saja untuk istirahat, terimalah saya .... ”.      
Si Boss berkata : “Maaf sungguh-sungguh tidak bisa, karena jika ketahuan, saya bisa celaka. Saya akan dikenakan pelanggaran ‘Hukum pengawasan melekat (连坐lian zuo)”.
Yang berarti jika tamu ini kebetulan adalah pelanggar hukum atau pesakitan, dan dia tidak memiliki identitas diri dan membiarkan menginap dipenginapannya dan tidak melapor. Jika kelak tamu ini tertangkap dan didakwa dan diputuskan sebagai suatu pelanggaran hukum tertentu dan mendapat hukuman, maka si majikan penginapan juga akan dikenakan tuduhan dan hukuman yang sama. Seperti diketahui bahwa Shang Yang ini terkena hukuman ditarik  kuda, maka jika hingga dia menerimanya akan mendapat hukuman yang sama. Ini menyebabkan Boss penginapan tidak akan mau menerimanya, resiko terlalu besar.

Dalam keadaan demikian Shang Yang berhela nafas panjang dan berkata : “Saya sungguh tidak terpikir bahwa hukum yang saya buat, ternyata membawa penyakit mematikan terhadap diri saya sendiri (为法之弊  一至此哉wei fa zhi bi, yi zhi zhi zai)”.

Maka cerita tersebut menjadi suatu contoh dari pribahasa : “Mati karena ulahnya sendiri (作法自毙zuo fa zi bi)” atau dalam pribahasa kita mengatakan “ Membuat lubang terjerumus sendiri”.

Kemudian kita akan bertanya, apakah Hukum yang dibuat oleh Shang Yang ini baik atau tidak? Dalam hal ini ada dua sisi, yang pertama kita harus melihat pada tiga point. Hukum Shang Yang mempunyai kelebihan.
Pertama. Adil dan tegas (公正严明gong zheng yan Ming).
Kedua. Tanpa kenal kedudukan (不畏权贵bu wei quan gui).
Ketiga. Membuktikan keampuhan hukum barunya dengan darah sendiri (血荐新法xie jian xin fa).

Adil dan tegas, bisa dilihat dimana walaupun  Putra Mahkota melanggar hukum juga tidak bisa menghindar, tetap harus dihukum. Walaupun akhirnya dialihkan kepada gurunya, tapi tetap hukuman harus dilakukan. Ada pemeo orang Tionghoa mengatakan “Memukul anjing harus melihat majikannya”, tapi bagi Shang Yang hukuman bagi Putra Mahkota tetap harus dijatuhkan, jadi rule of law benar-benar ditegakkan. Tanpa kenal kedudukan.  

Shang Yang dalam menjatuhkan hukuman kepada Putra Mahkota tersebut diatas,  momen-nya sangat kritis, karena saat itu ‘Peraturan Shang Yang’ baru saja diumumkan untuk diberlakukan. Rupanya Putra Mahkota dan gurunya serta kelompok yang menentang hukum itu ingin coba menguji peraturan ini, kebetulan mereka melanggar hukum atas peraturan tersebut. Tidak tahu secara jelas apakah pelanggaran ini sengaja atau tidak, dalam sejarah tidak ada catatannya. Tapi bisa juga sengaja untuk menguji bagaimana rule of law dari Shang Yang, mereka ingin tahu bagaimana reaksi dari Shang Yang dengan reformasinya. Yang jelas tidak menguntungkan sebagian dari mereka. Pada detik-detik demikian jika Shang Yang mundur dan tidak tegas, maka kewibawaannya akan runtuh, reformasinya akan tidak jalan. Pada detik demikian dia tidak perduli akan kedudukan si pelanggar hukum dan tetap menjalankan rule of law, tindakan ini sangat patut dapat pujian.

Shang Yang dengan diri pribadinya membuktikan bahwa “Alam tanpa kenal kasihan, hukum tanpa kenal pribadi” (天无情  法无私tian wu qing, fa wu shi). Menegakan hukum harus kokoh seperti gunung dan bermuka besi tanpa belas kasihan (治法如山 跌面无情zhi fa ru shan, die mian wu qing), dihadapan hukum setiap orang berlaku sama tidak ada perbedaan dan pilih kasih, jika hukum dilanggar dan putusan hukuman sudah dijatuhkan, maka tidak perduli apapun kedudukan si terhukum itu harus tetap dilaksanakan, termasuk kepada pembuat peraturan itu sendiri. Maka dari sudut pandang ini Shang Yang tidak bisa dikatakan “Mati karena ulahnya sendiri”, melainkan harus dipuji bahwa “Shang Yang demi rule of law dan tegaknya peraturan dan hukum baru yang diterbitkan sendiri harus mati secara gagah berani secara terhormat.”

Namun kita harus juga melihat sisi lain yaitu permasalahannya berada dimana? Kiranya permasalahannya tidak terletak pada diri pribadi Shang Yang, tapi justru pada “Hukum Shang Yang” sendiri yang ada masalah. Terutama terdapat cacat dari Hukum Shang Yang , seperti berikut :
Pertama. Hukum terlalu keras (立法太严li fa tai yan).
Kedua. Sanksi hukumnya terlalu kejam (折法太酷zhi fa tai ku).
Ketiga. Tidak boleh dibantah (不容置疑bu rong zhi yi).

Hukumnya terlalu keras, misalnya ada salah satu pasalnya yang menentukan : “Barang siapa yang membuang sampah dipinggir jalan akan dihukum (弃灰于道者被刑qi hui yu dao bei xing), dimana hukumannya bisa-bisa dipotong tangannya. Dan hukum ini lebih ditujukan kepada rakyat jelata, karena kaum bangsawan kemungkinannya kecil akan membuang sampah dijalanan.

Sanksi hukumnya terlalu kejam, menurut catatan dalam Kitab Sejarah (Shi Shu史书), Shang Yang suatu ketika dalam satu hari menghukum dengan memenggal kepala 700 orang di tepi sungai Wei (渭河weihe), sehingga Sungai Wei menjadi merah airnya (渭水尽赤wei shui jin chi). Jika kita bayangkan apakah memang perlu membunuh sekian banyak orang? Apakah memang ada sebegitu banyaknya orang jahat? Ini bukanlah harga yang harus dibayar untuk “Reformasi”nya, untuk ini tidak ada alasan untuk membela Shang Yang. Tindakan ini dilakukan hanya untuk menegakkan totaliter dari para penguasa, dengan tanpa segan-segan membunuh sekian banyak manusia yang tidak berdosa. Peristiwa ini bagaimanapun harus dikutuk.

Tidak boleh dibantah, Hukum Shang Yang tidak boleh dibantah atau disanggah atau diperdebatkan. Ketika ‘Hukum Shang Yang’ diumumkan untuk diberlakukan, seluruh negeri terjadi polemik, banyak keluhan-keluhan dan usulan-usulan hingga ramai sekali. Banyak sekali orang datang ke Istana untuk ber-audensi, mengatakan bahwa peratruan dan hukum baru ini benar-benar tidak bisa diberlakukan dan tidak baik untuk dilaksanakan. Tapi setelah beberapa tahun kemudian, ada dari mereka yang merasa Reformasi Shang Yang beralasan, maka orang-orang ini kembali lagi ke Istana untuk ber-audensi dan mengatakan bahwa Peraturan Baru ini memang tidak salah dan baik. Shang Yang tidak perduli, dan mengatakan : “Dulu kalian mengatakan bahwa saya salah, sekarang kalian mengatakan bahwa saya benar. Ini tidak boleh, kalian semuanya harus diasingkan. Kalian ini ngawur, apakah kalian kira hukum saya boleh diperdebatkan? ” Ini benar-benar lalim menyatakan baikpun tidak diperkenankan, pokoknya tidak ada perdebatan harus dituruti.

Ini bisa disimpulkan bahwa hukum yang diterbitkan oleh Shang Yang adalah untuk kekuasaan kaum penguasa dan untuk menekan rakyat jelata. Sama sekali tidak ada pasal yang melindungi kepentingan rakyat,  juga tidak ada memberi hak dan semangat kepada rakyat untuk mendapat keadilan dalam hukum. Sehingga jika suatu kali rakyat tertangkap oleh penguasa, maka mereka tidak ada kesempatan dan hak untuk dapat membela diri.

Demikian juga terjadi pada Shang Yang sendiri, seperti telah diceritakan diatas, apakah memang benar Shang Yang punya pikiran untuk makar? Jika dipikir secara rasionil ini tidak mungkin, untuk apa dia makar? Tapi karena sudah dituduh makar, maka tidak ada alasan apapun, dia itu harus juga menerima tuduhan makar. Saat Shang Yang tertangkap tidak ada sidang pengadilan, tidak ada pembelaan dari pengacara, tidak ada pengumuman kepada masyarakat, sama sekali tidak ada.  Begitu ketangkap langsung dibunuh. Dalam hal ini siapa yang membunuh? Ya dia “sendiri” yang membunuh. Inilah baru dapat dikata “mati karena ulahnya”.   Maka Shang Yang mati secara gagah berani demi gagasannya, tapi juga mati karena ulahnya. Juga bisa dikatakan bahwa Shang Yang mati akibat dari “Ajaran dan Gagasannya”.

Han Fei juga mati akibat dari “Ajaran dan Gagasannya”. Ajaran Han Fei itu apa dan bagaimana? Ajaran Han Fei sebagian besar adalah ajaran tentang “Ilmu Muslihat atau Siasat”, Han Fei adalah tokoh pertama dalam sejarah Tiongkok sebagai “Ahli Ilmu Muslihat dan Siasat” (阴谋学家yin mou xue jia), perlu diperhatikan disini bahwa dia itu bukan hanya“Ahli Ilmu Siasat” saja, tapi juga “Ahli Ilmu Muslihat”. Isi bukunya banyak sekali menulis tentang seluk beluk akal muslihat. Misalnya ada cerita dalam buku Han Fei sebagai berikut:

Diceritakan bahwa Chu Huai Wang (楚怀王) atau Raja Chu memiliki seorang selir cantik yang sangat dicintainya, tapi dia cerdik serta pencemburu, dia bernama Zheng Xiu (郑袖), disejarah Tiongkok cukup terkenal. Dimana dengan akal muslihatnya telah mengorbankan saingan-saingan baik dalam kancah hubungan rumah tangga istana,  juga dalam kancah politik negara.   

Suatu ketika Raja Wei () memberi hadiah seorang putri sangat cantik dan muda kepada Raja Chu, mendengar ini Zheng Xiu mendatangi wanita ini dan coba berhubungan baik dengan dia, sehingga wanita muda ini menganggap Zheng Xiu seperti saudara tuanya.    

Suatu ketika Zheng Xiu berkata kepada si wanita ini : “Adikku, kau benar-benar cantik.... pantes saja Yang Mulia sangat menyangani kamu. Tapi kamu tahu tidak, apa yang paling disukai Yang Mulia dari kamu? ”
Si wanita itu langsung menjadi ingin tahu dan bertanya : “Oh kakakku, apa yang paling disukai Yang Mulia dari saya?”. 
Zheng Xiu menjawab sambil menyengir-nyegir :  “Yang Mulia paling menyukai kamu, jika kamu menyekah hidung kamu dengan lengah bajumu dihadapannya, gayamu sangat memikat dan manis sekali.... kamu benar-benar sangat cantik....” (maksudnya menutup hidung dengan lengah baju, sehingga hidung tidak terlihat dan hanya terlihat mata sedikit, sambil badan bergaya menyamping sedikit seperti menari).   

Si wanita ini sangat senang sekali, tidak tahu jika dia termakan muslihatnya, maka setiap kali berhadapan dengan Raja dan berbicara dengannya, si wanita ini selalu bergaya seperti diatas. Pertama Raja tidak sadar, tapi setelah beberapa kali menjadi heran, tapi dalam hati diam saja dan bahkan menduga apakah wanita cantik ini mungkin ada sedikit sakit jiwa.

Raja tahu bahwa Zheng Xiu sangat baik terhadap wanita ini, kemudian ketika berkesempatan berduaan dengan Zheng Xiu, bertanya : “Kenapa wanita cantik itu selalu menyekah hidung setiap berbicara dan berhadapan dengan saya ?”.    
Zheng Xiu menjawab : “Yang Mulia sayapun tidak tahu..”.   
Raja mendesak ; “Masak kamu tidak tahu. Ayo ayo bicara terus terang... memangnya ada apa dan mengapa ?”. 
Zheng Xiu pura-pura seperti segan menjawab : “Yang mulia saya merasa tidak enak hati memberitahu... tapi saya pernah dengar bahwa katanya, dia itu pernah bilang mulut Yang Mulia ada bau.....”.
Raja berkata : “Memangnya demikiankah? ” Raja diam dan pergi dengan hati dongkol dan marah terpendam. Dalam hati berkata “baik akan saya coba lagi ....”.  

Suatu kali didepan banyak orang Raja sengaja coba mendekat si Cantik ini dan coba berbicara dengannya. Si wanita cantik ini cepat-cepat melakukan gerakan menyekah hidung dengan lengah bajunya sambil bergerak seperti menari dan mengitip sang Raja, dengan maksud mempersonakan dirinya dihadapan Raja.  

Raja serta merta naik pitam dan berkata dengan suara tinggi ; “ Baik! Kau ini benar-benar wanita rendahan, kau berani-beraninya bilang aku bermulut bau busuk! Pengawal tangkap dia! Potong hidungnya!”  Dipotonglah hidung si wanita cantik itu. Berhasillah si Zheng Xiu ini untuk menyingkirkan saingannya dengan muslihat yang licin. 

Dan kisah ini ada ditulis dibuku Han Fei, maka Han Fei ini mengerti akan Ilmu Muslihat. Tapi yang heran mengapa dia sendiri tidak menyadari bahwa teman seperguruannya Lisi juga akan berbuat seperti Zheng Xiu terhadapnya.

Maka ada pepatah orang Tionghoa yang mengatakan “Menyuruh orang mencelakakan orang, dirinya dicelakai orang” (教人算计 , 被人算计jiao ren suan ji, bei ren suan ji). Tidak salah jika Han Fei mati akibat “Ajarannya” sendiri.  

Inilah ciri-ciri khusus dari Legalisme. Ajaran Legalisme itu apa dan bagaimana, dan kenapa juga disebut “Ajaran atau Pimikiran” yang berlumuran darah?

Kita ketahui bahwa Konfusianisme, Motisme, Daoisme usulan , gagasan, dan ajarannya adalah “Obat” untuk menyembuhkan atau memperbaiki keadaan dengan ‘Cinta Benevolence’, ‘Cinta Universal’, ‘Tidak Berbuat’, semua untuk menolong atau memperbaiki keadaan masyarakat kala itu berupa “Obat”.  Tapi usulan dan gagasan Legalis lain lagi, yang disumbangkan adalah “Pisau Jagal”. Pisau tidak boleh sembarangan diberikan kepada sembarang orang, seperti ada pemeo yang mengatakan “ begitu pisau jagal keluar dari sarungnya maka harus bersimbah darah” (刀出鞘  要见血dao chu qiao, yao jian xie),  jika tidak membunuh orang lain, maka akan memakan nyawanya sendiri. Ada petata petiti yang mengatakan “Bermain pisau terbunuh, bermain air basah, bermain api hangus”. Pisau tidak boleh sembarangan dibikin main, seperti Han Fei sendiri juga pernah mengatakan dengan jelas sekali bahwa kita untuk memberikan sebilah pisaupun tidaklah mudah, Raja juga tidak mau menerimanya begitu saja.

Kemudian Leglisme yang diwakili oleh Shang Yang dan Han Fei dan lainnya, mengapa masih bersikukuh untuk coba menyerahkan pisau itu? Pisau itu diserahkan kepada siapa? Bagaimana cara menyerahkannya? Pisau macam apa yang diserahkan? 

Marilah kita bahas dalam tulisan berikutnya.

( Bersambung ........ )

*9    http://zh.wikipedia.org/wiki/%E6%9D%8E%E6%82%9D
Li Kui (Chinese: 李悝; pinyin: Lǐ Kuī; Wade-Giles: Li K'uei, fl. 4th century BC) was an ancient Chinese government minister and court advisor to Marquis Wen of Wei (魏文侯, r. 403 BC-387 BC) in the state of Wei. In 407 BC, he wrote the Book of Law (Fajing, 法经), which was the basis for the codified laws of the Qin and Han dynasties. It had a deep influence on state ministers of Qin such as Shang Yang, who formulated the dogma and basis of the harsh Chinese philosophy of Legalism. Along with his contemporary Ximen Bao, he was given oversight in construction of canal and irrigation projects in the State of Wei.

*10 http://baike.baidu.com/view/591970.html?fromTaglist
孟子《齐桓晋文之事章》 表现了孟子反对霸道、主张王道的仁政思想。他的仁政主张,首先是要给人民一定的产业,使他们能养家活口,安居乐业。然后再“礼义”来引导民众,加强伦理道 德教育,这样就可以实现王道理想。这种主张反映了人民要求摆脱贫困,向往安定生活的愿望,表现了孟子关心民众疾苦、为民请命的精神,这是值得肯定的。但孟 子的思想也有其局限性。一是战国时期,由分裂趋向统一,战争难以避免。孟子往往笼[发‘垄’]统反对武力,显得脱离实际不合潮流。二是他的仁政主张完全建 立在“性善论”基础上,未免过于天真、简单。孟子的思想虽然值得赞许,与当时的却步有很大距离,自然行不通。特色:1、孟子善辩,本文很好地体现了孟子的 论辩风格。2、孟子长于譬喻,本篇也运用了不少生动的比喻.

*11 http://baike.baidu.com/view/77856.htm
申不害(约公元前385~前337) 亦称申子,郑韩时期人物(今河南新郑)人。战国时期韩国著名的思想家。他在韩为相19年,使韩国走向国治兵强。作为法家人物,以“术”者称,是三晋时期法家中的著名代表人物。
郑国灭国之时,申不害年岁约在2030岁之间。作为一个亡国之贱臣,申不害可能杂学诸说。因 为在他之前的管子、李悝、慎到的学术理论中都有“术”的成份。有人根据申不害思想中有道家思想的痕迹,认为他是由道入法。这种说法有一定道理,但不能把他 的思想仅归为道法两家。
申不害相韩时,韩国已处弱势。韩昭侯即位不久,颇具雄心,任用贱臣申不害即为一例,申不害才华得有用武之地。
申不害的学术思想,明显地受到道家的影响,但他的直接来源是老子还是慎到,不得而知。但他的哲 学思想与慎到有极相似之处,他们都遵循老子的大统一哲学。“人法地,地法天,天法道,道法自然”。申不害认为,自然运行是有规律的,也是不可抗拒的。他认 为宇宙间的本质是“静”,其运动规律是“常”。他要求对待一切事情应以“静”为原则,以“因”为方法,“因”指“因循”,“随顺”。“贵因”指“随事而定 之”,“贵静”的表现就是“无为”。申不害把这些原则用于人事,构成他的社会哲学思想。“无为”主张的渊源即《老子》的“绝圣弃智”,申不害的“无为”, 要求的是君主去除个人作为的“无为”,以便听取臣下的意见。但是,申不害仅仅把这种“静因无为”的哲学思想用于“权术”之中。为了完善这种方法,他进一步 发挥《老子》“柔弱胜刚强”的思想,要求君主“示弱”,决不是指君主无所作为,只是君主决策前的一种姿态。在关键时刻,申子要求君主独揽一切,决断一切。 申不害的哲学思想,是君主哲学,是政治哲学。这种哲学由道家的“天道无为”演化发展来,是他的法家“权术”思想的基础。
申不害主“术”,但他所说的“术”,是在执行法的前提下使用的,而“法”又是用来巩固君主统治权的。因此他并不是不讲“法”与“势”的。


Daftar  Perpustakaan
-       先秦诸子百家争鸣易中天 CCTV
-       经典阅读文库 ---- 论语       李薇/主编
-       经典阅读文库 ---- 道德经       李薇/主编
-       中国古典名著精品 ---- 菜根谭      洪应明  
-       Internet : http://friesian.com/confuci.htm  : Confucius
-       孔子  -----   維基百科,自由的百科全書 Internet
-       网址:http://www.popyard.org
-       中国人生叢书    -----   墨子的人生哲学        杨帆/主编    陈伟/
-       Internet : http://baike.baidu.com
-       The Sayings of Mensius / 英译孟子      史俊赵校编
-       南华经    庄子   周苏平    高彦平   注译    安徽人民出版社
-       庄子   逍遥的自由人     林川耀 译编  出版者 :常春树书坊
-       http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml   春秋五霸之---晋文公
-       “When China Rules The World -  The rise of middle kingdom and the end of the western world”  by Martin Jacques ALLEN LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009

No comments:

Post a Comment