Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung
dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid V
( 6 )
Pengaruh Dan
Daya Tarik Pemikir-Pemikir Zaman Pra-Dinasti Qin “Ratusan Aliran Pemikir Saling Bermunculan” (先秦诸子百家争鸣)
Pada zaman
‘Perang Musim Semi & Gugur’(Tahun 722SM-481SM) & ‘Peperangan Negara-negara’ ( Tahun 403SM-221SM) keadaan sosial
masyarakat sangat kacau, peperang antara Penguasa Daerah (Zhuhou) tidak ada
henti-hentinya. Justru pada zaman ini terjadilah masa ke-emasan bagi lahirnya
pemikir-pemikir cermerlang di Tiongkok. Polemik antara Konfusianis dengan
Motis, Konfusianis dengan Daois, Konfusianis dengan Legalis. Telah menempah
cara berpikir dari orang Tiongkok, sehingga mereka menjadi matang dalam berpikir,
menjadi kritis dalam berpikir. Polemik yang terjadi 300 tahunan ini, mengapa
setelah berjalan selama lebih dari 2500 tahun, tapi pengaruhnya masih tetap
terasa dalam kebudayaan Tiongkok dan orang Tionghoa? Dan mengapa bisa menjadi
warisan budaya dari orang Tionghoa dan tetap berharga dan patut untuk tetap
dilestarikan?
Namun dimana
kiranya letak pengaruh dan kekuatan magis serta daya tarik dari kebudayaan itu?
Marilah kita bahas bersama.
Pengaruh dan
daya tarik dari kebudayaan itu apakah memang berguna? Misalnya Pikiran Motisme
sama sekali belum pernah menjadi pokok ajaran yang ditrapkan oleh maintstream
pada saat itu. Oleh mainstream yang digunakan adalah Konfusianisme. Seringkali
kita membaca bahwa Konfusianisme telah digunakan untuk “memerintah” negara.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa setengah Jilid dari Analek sudah bisa untuk
memerintah negara dan daratan Tiongkok (半部论语能治天下ban bu lun yu
neng zhi tian xia), ini adalah tidak masuk akal. Justru kenyataannya yang
berhasil pertama kali untuk memerintah daratan Tiongkok adalah Legalisme.
Dengan Tiga bilah pisau : Pisau Kekuasaan (势shi) ; Pisau
“Siasat” (Shu 术) atau Siasat Berkuasa ; Pisau “Legal”(法fa)
dan segala tipu muslihatnya, serta
‘Pisau Bermata Dua dan Tiga Bilah Golok”( 两面三刀San mian san
dao). Dengan cara-cara inilah Kaisar Qin秦 meng-unifikasi
daratan Tiongkok.
Sedang
Konfusianisme hanyalah membingunkan orang, memabukkan kaum terpelajar. Melalui
kaum terpelajar ini membodohi rakyat jelata. Dengan sistim strata dalam
masyarakat. (君君臣臣父父子子= seorang raja
haruslah berlaku layaknya seorang raja, seorang pejabat haruslah berlaku
layaknya seorang pejabat, seorang ayah haruslah berlaku layaknya seorang ayah,
seorang anak haruslah berlaku layaknya seorang anak. Jadi setiap hiarki
masyarakat harus tahu tanggung jawab dan kewajibannya masing-masing.) agar
rakyat tidak memberontak atas ketidak adilan. Memang Konfusianis dalam
membodohi rakyat berhasil, namun jika dikatakan bahwa Konfusianisme tidak
berguna juga tidak realistis, minimal kaum terpelajar mempercayainya. Mereka
ini setelah sekolah menjadi abdi negara, dan setelah menjadi abdi negara mereka
menjadi seorang abdi negara yang jujur dan cinta akan negerinya.
Dalam hal ini
adalah berguna. Tapi tidak seagung seperti yang digembar gemborkan oleh kaum
Konfusianis sendiri. Seperti yang telah dikatakan sendiri oleh Kong Hu Cu
apakah ajarannya akan digunakan oleh kaum penguasa terserah mereka. Sebenarnya
masyarakat yang didambakan oleh Kong Hu Cu, sepanjang sejarah belum pernah
berhasil direalisir. Tetapi walaupun demikian tidak bisa dikatakan bahwa
Konfusianisme tidak berpengaruh, Konfusianisme hingga kinipun masih
berpengaruh.
Kesimpulannya
apakah mempunyai pengaruh dan impak dan dampak, atau dapat dipergunakan adalah
suatu hal yang lain.
Timbul lagi
pertanyaan apakah idee-idee dari para pemikir
zaman ‘Perang Musim Semi & Gugur’(Tahun 722SM-481SM) &
‘Peperangan Negara-negara’ ( Tahun 403SM-221SM) ini adalah suatu kebenaran?
Sangat sulit mengatakannya.
Misalnya
Zhuangzi menganggap bahwa dalam dunia tidak
ada suatu pemikiran yang ‘benar mutlak dan hakiki’, dia ada bercerita :
Binatang berkaki satu mengasihani binatang berkaki seribu, binatang berkaki
seribu mengasihani ular, ular mengasihani angin, angin mengasihani bola mata,
bola mata mengasihani hati.
(夔怜 怜蛇 蛇怜风 风怜目 目怜心《庄子 秋水》 kui lian xuan,
xuan lian she, she lian feng, feng lianmu, mu lian xin).
(夔
kui = binatang legenda berkaki satu ; xuan = binatang berkaki seribu ; 怜
lain = bersimpati)
Ceritanya
seperti berikut ini:
Kui mengatakan
:’Lihatlah saya walaupun berkaki satu tapi sudah dapat berjalan, sedang xuan
dengan berkaki seribu berjalannya benar-benar merepotkan’.
Xuan berkata :
“Siapa yang mengatakan begitu? Kenyataan saya bisa berjalan tanpa kesulitan
sama sekali. Tapi lihatlah ular, dia tidak mempunyai kaki, berjalan dengan
perutnya, benar-benar melelahkan. Dia itu yang patut dikasihani.” .
Ular berkata :
“Saya ini ular, walaupun saya berjalan dengan menggunakan perut, tapi saya
memiliki badan yang penuh dengan segala perasaan. Tapi lihatlah itu angin, dia
badanpun tidak punya, benar-benar sangat mengecewakan patut dikasihani angin
itu. Perasaan apapun dia tidak bisa merasakannya.” .
Angin berkata :
“Aku! apa yang harus aku kecewakan dan dikasihani. Kamu coba bayangkan itu
‘Bola Mata’. Bola Mata memang bisa melihat, tapi dia itu tidak berbadan sungguh
kasihan dia ini. Saya walaupun tidak berbadan, saya mau naik keatas langsung
saja saya bisa cepat keatas. Sedang ‘Bola Mata’ sepanjang hidupnya hanya bisa
nangkring dikelopak mata. Apa tidak membosankan?”.
Bola Mata
berkata : “Siapa bilang saya bosan, tapi Hati justru yang paling membosankan.
Dia tersembunyi di dalam tubuh, tidak
tahu hari terang dan gelap, benar-benar sumpek.”
Dari dialoque
diatas siapakah yang paling menyedihkan? Dalam konteks diatas kata lian怜diartikan
sebagai ‘bersimpati’, tapi ada juga sebagian cendikiawan yang mengartikan lian怜sebagai
‘kagum’. Jika diartikan sebagai
‘kagum’. Maka dialoque diatas akan berarti sebagai berikut.
Kui (binatang
berkaki satu) berkata: “Hai..Xuan (binatang bekaki seribu), kamu benar
mengagumkan, lihat saya hanya memiliki satu kaki, sedang kamu memiliki begitu
banyak kaki, saya benar mengagumi kamu.” .
Xuan berkata:
‘Saya ini tidak ada yang bisa dikagumi, kamu lihat itu Ular, tanpa kakipun bisa
berjalan. Itu baru sungguh-sungguh mengagumkan.”.
Ular berkata:
“haiiyaa... saya tidak ada apa-apa yang bisa dikagumi, walaupun bisa berjalan
tanpa kaki, tapi daerah yang bisa saya capai sangat terbatas. Kebebasan saya
sangat sempit. Angin barulah yang benar-benar punya kebebasan luas. Angin mau
naik kemanapun dia bisa, Angin barulah yang memiliki kebebasan yang sangat
besar dan luas. Sungguh mengagumkan”.
Angin berkata:
“Apa yang bisa dikagumi dari saya, cobalah kalian lihat itu ‘Bola Mata’, dia
mau melihat apapun bisa, sedang saya apapun tidak bisa melihatnya. Saya ini
dengan buta pergi kemana-mana, walaupun bisa kemana-mana tapi apapun saya tidak
bisa melihatnya. Apa gunanya? Bola Mata baru sungguh-sungguh yang
mengagumkan”.
Bola mata
berkata: “Haiyaa... Kalian jangan kagum terhadap saya, memang saya apa saja
bisa melihatnya, tapi sebaliknya saya ini selalu dilihat oleh yang lain.
Khalayak ramai semua melihat dan melotot kepada saya, saya ini bagai dikuntit
anjing, atau seperti bintang film yang di-kejar paparazzii/juru foto. Sama
sekali tidak bisa bersembunyi atau ngumpet, sehingga tidak punya privacy
(kehidupan pribadi). Apa yang bisa dikagumi? Tapi lihat itu Hati, dia itu
bersembunyi disuatu tempat yang tersembunyi dan aman, tidak seorangpun yang
menguntit, tapi segala apapun dia tahu. Dia itulah yang benar-benar
mengagumkan”.
Coba sekali lagi
kita bayangkan siapa dari mereka ini yang paling mengagumkan? Kiranya tidak
akan ada kesimpulan akhir. Bahkan apakah lian怜itu harus
diartikan sebagai “bersimpati” atau “kagum” juga akan tidak terjawab dengan
jelas. Semua penjelasan bisa dibenarkan, tapi tidak ada kesimpulannya.
Demikian juga
dengan Polemik-polemik para pemikir pada zaman ‘Perang Musim Semi &
Gugur’(Tahun 722SM-481SM) & ‘Peperangan Negara-negara’ ( Tahun 403SM-221SM)
ini, polemik ini bertitik tolak dan mulai dari Konfusianisme.
Inti dari Ajaran
Konfusianisme adalah ‘Cinta Benevolence, Kebenaran, Tatakrama, dan Kesenangan’(仁义礼乐ren
yi li yue). Dan mengapa kaum Konfusianis mengusulkan ini? Karena mereka
beranggapan bahwa, kala itu keadaan sosial masyarakat menjadi kacau, disebabkan
oleh runtuhnya ke-empat hal tersebut “Aturan Hancur Berantakan” (礼坏乐崩li
huai yue beng). Dimana Raja tidak berlaku layaknya seperti seorang Raja,
Pejabat tidak berlaku layaknya seperti seorang Pejabat, Ayah tidak berlaku
layaknya seperti seorang Ayah, Anak tidak berlaku seperti layaknya seorang
Anak. Jadi dianggapnya semua sudah kacau. Ini terjadi dikarenakan tidak ada
‘Cinta’. Yang menjadi Pejabat tidak
cinta kepada Raja, Anak tidak cinta kepada orangtuanya, karena itu ‘Tatakrama’
runtuh. Raja tidak cinta terhadap Pejabatnya, Ayah tidak cinta terhadap
anaknya, akhirnya ‘Kesenangan’ juga runtuh.
Menurut kaum Konfusianis untuk mengatasi permasalahan ini, harus mengisi
dunia ini dengan penuh ‘Cinta’, semua orang saling cinta mencintai satu sama
lain. Pejabat mencintai Raja, Anak mencintai Ayah, maka ‘Tatakrama’ akan
bertahan. Raja mencintai Pejabat, dan Ayah mencintai Anak, maka ‘Kesenanganan’
akan langgeng. Memang jika bertitik tolak dari pandangan kaum Konfusianis
mereka ini sangat benar, karena mereka langsung mengobati penyakit dari
masyarakat tersebut.
Tapi kaum
Motisme menentangnya, mereka menganggap bahwa Konfusianis tidak mengobati
penyakit masyarakat. Menurut mereka kaum Konfusianis ini sebenarnya adalah
mematikan, bagaikan ingin memadamkan api dengan api. Mereka berpendapat demikian
karena kaum Motisme menganggap kekacauan kala itu, bukan karena “Aturan Hancur
Berantakan”(礼坏乐崩li huai yue
beng). Melainkan yang kuat memakan yang lemah, maksudnya yang besar dan kuat
mengganggu yang kecil dan lemah, yang kaya mengganggu yang miskin, yang pandai
mengganggu yang bodoh. Semua saling ganggu mengganggu.
Mangapa mereka
bisa menjadi demikian, karena kaum Konfusianisme mengajarkan adanya strata
dalam masyarakat yang disebut hirarki masyarakat (君君臣臣父父子子= seorang raja
haruslah berlaku layaknya seorang raja, seorang pejabat haruslah berlaku
layaknya seorang pejabat, seorang ayah haruslah berlaku layaknya seorang ayah,
seorang anak haruslah berlaku layaknya seorang anak. Jadi setiap hiarki
masyarakat harus tahu tanggung jawab dan kewajibannya masing-masing.) dengan
ini terjadi strata dan derajat kedudukan orang dalam masyarakat. Dimana orang
dalam masyarakat dibagi menjadi berjenjang yaitu Raja, Pejabat, Ayah, Anak.
Dan Negara
dibagi menjadi Negara besar, sedang dan kecil, seperti yang telah dijelaskan di
tulisan dimuka tentang ‘Sistim Patrikhalisme’ dimana dibeda-bedakan putra
mahkota dari istri resmi pertama, dan anak-anak lainya. Dimana pembagian tanah
dan wilayahnya juga berbeda-beda menurut stratanya (公gong, 侯hou, 伯bo, 子zi,男nan).
Menurut Motisme
karena sistim ini yang menyebabkan ketidak adilan, dimana antar satu orang
dengan orang lainnya, antar negara dengan negara lainnya dibagi dengan tidak
adil. Bahkan Konfusianisme menganggap strata itu adalah kodrat. Akibat dari
paham yang demikian maka yang besar menganggap rendah yang kecil, yang kuat
meremehkan yang lemah, itu dikatakan bahwa keadaan ini adalah sudah hukum alam.
Dalam keadaan sistim yang demikian apa gunanya mengajurkan ‘Cinta Benevolence’(仁爱ren
ai), dengan coba memulihkan sistim yang tidak adil tersebut, ini sama juga
seperti menambah minyak pada bara api.
Maka Motisme
mengajurkan ‘Cinta Universal’(兼爱jian ai) cinta
tanpa ada perbedaan, dan semuanya sama dicintai tanpa ada perbedaan. Tidak
seperti Konfusianis pertama cinta terhadap ayah; kedua cinta kepada ibu; ketiga
kepada saudara-saudara sekandung dan seterusnya...
Menurut Motisme
harusnya cinta tidak boleh ada perbedaan, maksudnya harus cinta tanpa ada
strata dan bertingkat. Tidak boleh ada diskriminasi dalam cinta. Maksudnya
adalah mengganti sistim kelas dan sistim strata menjadi sistim yang tanpa ada
kelas dan tanpa bertingkat, semua sama-rata dan sederajat. Ini adalah yang sangat mulia dan agung dari
Mozi dan Ajaran Motisme (墨子和墨家学派mozi he mo jia
xue pai).
Ajaran Motisme
dapat dikatakan lebih benar dibandingkan dengan Ajaran Konfusianisme. Karena di
Tiongkok sejak adanya sistim Kerajaan sebelum adanya sistim Demokrasi, masalah
tergawat adalah Ketidak Adilan, hubungan antar orang dengan orang lainnya
sangat tidak adil. Maka dalam konteks ini Motisme telah bisa melihat pangkal
permasalahan kala itu, bahkan dapat dikatakan hingga kinipun masih sangat
aktuil. Kini hak setiap orang adalah sama rata dan sederajat.
Namun kini
timbul pertanyaan setelah sama-rata dan sederajat harus bagaimana? Memang kita
perlu sama-rata dan sederajat, tapi setelah itu harus bagaimana? Pujangga Besar
Tiongkok Luxun (鲁讯) mengatakan bahwa seorang merasa paling
takut saat baru bangun tidur tidak tahu harus kemana? Hal ini terjadi karena
setelah semua orang sama-rata dan sederajat kemudian timbul perselisihan
pendapat, harus bagaimana menanganinya? Pendapat siapa yang harus didengar?
Semua merasa sama sederajat jadi boleh berbuat seenaknya sendiri, jika demikian
apakah keadaan tidak menjadi kacau? Untuk mengatasi kelemahan ini, Mozi telah
siap untuk mengatasi permasalahan ini.
Caranya dengan
‘Mengadalkan Pimpinan’ (尚同shang tong )
yaitu dalam satu kampung jika ada perebedaan pendapat harus mendengarkan Kepala
Kampung, jika antar kampung ada beda pendapat harus mendengarkan Kepala Desa,
jika dalam satu negara-bagian ada perebedaan pendapat harus mendengarkan Kepala
Negara-Bagian. Jika antar negara-bagian ada beda pendapat maka harus
mendengarkan Tianzi (天子) atau Raja di Raja. Tapi akibat dari sistim ini maka
penyelesaian permasalahan negara hanya harus mendengarkan satu orang yaitu
Tianzi (天子). Jika melihat hal ini apakah ini bisa
dikatakan “Adil” ? Jelas-jelas tidak adil.
Maka Mozi menginginkan sesuatu yang sama-rata dan sederajat, namun
akhirnya yang diperoleh adalah ketidak adilan yang sangat serius, yaitu Pimpin
Tertinggi menjadi Totaliter dan Diktator.
Diatas Kaum
Konfusianisme mengusul ‘Cinta Benevolence(仁爱jian ai)’ dan
oleh Motisme ditentang dan dikritik, mereka mengatakan bahwa usulan itu adalah
cinta semu yang menimbulkan ketidak adilan, maka Motisme mengusulkan ‘Cinta
Universal兼爱’. Tapi usulan
Motisme ini justru menimbulkan ketidak adilan yang sangat besar yaitu Totaliter
Penguasa Tertinggi. Dalam keadaan ini timbul suara dan usulan serta gagasan
dari Daoisme.
Daois angkat
bicara dengan mengatakan bahwa Dua Pemikir ini masing-masing telah mengusulkan
gagasannya, tapi menurut Kaum Daois gagasan mereka itu semua “salah”,
kesalahannya terletak dimana? Daois mengatakan bahwa mereka berdua telah
sembarangan memberi usulan, yang seolah-olah mewakili Langit/Tian (Tuhan) untuk
coba mengatur dunia ( 狂妄无知kuang wang wu
zhi ; 代天立法dai tian li fa).
Mereka berupaya membuat aturan dan sistim sendiri-sendiri yang melanggar hukum
alam. Konfusianis menciptakan strata dan kelas-kelas dalam masyarakat, sedang
Motisme mengusulkan disatu sisi sama-rata dan sederajat yaitu‘Cinta Universal (兼爱jian
ai)’, tapi disisi lain menciptakan ketidak adilan yang estrim dengan
‘Mengadalkan Pimpinan’(尚同shang tong).
Menurut Daois
hal diatas ini seharusnya bukan tugas mereka (Konfusianis & Motis), tapi
sebenarnya adalah tugas dari Alam/Langit (Tian天). Biarkanlah
alam yang menetukan ini semua, biarkanlah Hukum Alam yang mengaturnya. Tapi
sengguhnya Langit tidak membuat peraturan-peraturan, karena ciri dari Hukum
Alam adalah ‘Tidak Berbuat’ (无为wu wei), apapun
tidak diperbuatnya dan tidak dilakukannya. Menurut Daois mengapa dunia ini
menjadi tidak teratur, karena terlalu diatur-atur. Karena diatur-atur maka
menjadi tidak beraturan, akibatnya menimbulkan permasalahan dan menjadi tidak
beraturan atau kekacauan. Misalnya seorang kenapa bisa sakit? Karena memiliki
badan, coba jika tidak memiliki badan maka tidak akan sakit badan. Maka Laozi
mengatakan : Jika saya tidak memiliki badan, sakit apa yang harus saya takuti
dan risaukan? (及无吾身 吾有何患《老子 第13章》ji
wu wu shen , wu you he huan).
Menurut Daois
jika menginginkan keadaan sosial masyarakat ini tidak timbul masalah, maka pada
hakekatnya jangan coba mengatur-atur. Dalam hal ini dimaksudkan bukan dikatakan
tidak ada peraturan, tapi tidak perlu diatur-atur. Sehingga dalam hal ini Daois
telah memegang pokok pangkal persoalannya. Tapi apakah mungkin kita bisa tidak
mempunyai badan? Apakah mungkin sosial masyarakat itu bisa tidak ada aturannya?
Bagaimanapun manusia sebagai mahluk sosial dalam peradaban manusia harus ada
aturan masyarakat, hal ini sebagai akibat dari peradaban yang khusus diperuntukan
bagi manusia. Mana mungkin aturan ini diberikan oleh Alam atau Langit atau
Hukum Alam? Disini bisa dilihat bahwa teori Daoisme ini seolah benar, tapi
sesungguhnya adalah hal yang “omong kosong”.
Kaum
Konfusianisme mengusul ‘Cinta Benevolence(仁爱jian ai)’ dan
oleh Motisme ditentang dan dikritik itu adalah cinta semu yang menimbulkan
ketidak adilan, maka Motisme mengusulkan ‘Cinta Universal兼爱’.
Kaum Daoisme angkat bicara dengan argumentasinya yang terlihat benar tapi
adalah “omong kosong”.
Kemudian tokoh
terakhir zaman pra Dinasti Qin, Kaum Legalisme angkat bicara, apa yang
diusulkan oleh Kaum Legalisme ini? Apakah gagasan mereka tidak menimbulkan
permasalahan? Kaum Leglisme menganggap
bahwa semua tokoh-tokoh diatas ini, teorinya semua beralasan dan kaum Legalisme
sangat setuju, misalnya Daoisme mengusul ‘Tidak berbuat’(无为wu
wei), Kaum Konfusianisme dan Kaum Motisme mengusulkan keteraturan, Legalis
sangat menyetujui alasan ini. Usulan Legalis adalah merangkum semua
gagasan-gagasan ini menjadi satu. Yaitu ‘Tidak berbuat’ tapi ‘Teratur’.
Terlihat usulan ini seperti sesuatu hal tidak mungkin dan juga tidak masuk
akal. Tapi menurut Kaum Legalis itu mungkin saja di-implemenatasikan, yaitu
dengan [Aturan Hukum]- Dengan Hukum Mengatur Negara (以法治国yi fa zhi guo).
Dengan adanya hukum maka dengan sendirinya akan ada ketertiban dan
keteraturan.
Namun hukum
adalah ‘Tidak Berbuat’ dengan hukum maka yang mengatur adalah hukum, bukan
manusia lagi yang mengatur, maka itu dikatakan bahwa ‘Hukum’ adalah “Tidak
Berbuat”. Setelah hukum itu ditrapkan maka setiap orang akan pada posisi
sama-rata dan sederajat. Dimata hukum akan sama untuk semua insan, maka dalam
konteks ini yang tadinya dimasalahkan dan di-idamkan oleh Motisme sudah dengan
sendirinya teratasi (sama-rata dan sederajat atau stara bagi semua insan).
Motis pernah
mempertanyakan jika terjadi perbedaan pendapat harus bagaimana
menyelesaikannya? Maka hal ini sudah bisa teratasi oleh Legalis yaitu dengan
mendengarkan Hukum atau diselesaikan berdasarkan hukum. Dengan kata lain jika
ada masalah diselesaikan di “Pengadilan”, apa yang telah diputuskan oleh
pengadilan merupakan penyelesaian. Sehingga semua pada posisi sama rata dan
sederajat, jadi semua permasalahan yang dipertanyakan oleh Legalis telah
terjawab. Maka bisa terlihat disini yang dipandang paling unggul adalah
Legalisme, dan memang kenyataannya yang paling tepat guna saat itu adalah
Legalisme.
Tapi apakah
Legalisme ini tidak masalah? Kenyataannya Legalisme ini juga masih banyak
masalah, bahkan permasalahan Legalisme ini sangat serius. Yaitu Mereka
‘memiliki teknik memerintah, tapi tidak perduli dengan rasa prikemanusiaan’(有治术无治道you zhi shu wu zhi dao. Maksudnya mereka memiliki
cara untuk mengatur negara, tapi tidak memiliki dasar pengetahuan mengatur negara.
Dasar
pengetahuan mengatur negara itu tidak lain adalah mengapa kita perlu ada tata
tertib? Tapi justru petanyaan ini terjawab oleh Motisme yaitu tujuan pokoknya
adalah untuk ‘Kesejahteraan dan Kebahagiaan Manusia di Seluruh Dunia’. Maka itu kita memerlukan ‘Tata Tertib’. Hanya
sayang Kaum Motis tidak menemukan Solusinya. Sedang Kaum Legalis mengatakan
bahwa ‘Tata Tertib’ nya bukan untuk dunia, melainkan hanya untuk satu orang
saja yaitu Penguasa Tertinggi atau Raja. Hukum yang mereka usulkan hanya untuk
Raja seorang. Jadi untuk kepentingan Penguasa Tertinggi, sedang kepentingan
orang lain patut dikorbankan, termasuk juga istrinya, anaknya, pejabatnya dan
anak buahnya dan rakyatnya, semuanya patut dikorbankan ...... Hal ini yang
sungguh-sungguh menimbulkan permasalahan besar dan serius. Ini baru benar-benar
lebih egois dari Yang Zhu杨朱 yang menegaskan
“Sehelai bulupun tidak boleh dikorbankan’ (一毛不拔yi mao bu ba),
namun usulan Yang Zhu minimal masih menekankan sama-rata dan sederajat bagi
setiap insan. Usulan Yang Zhu tidak perduli Raja, Bangsawan, Pejabat, Rakyat
Jelata semua berhak untuk “Sehelai bulupun tidak boleh dikorbankan’ (一毛不拔yi
mao bu ba), tidak ada terkecualian, pokoknya semua sama”. Jelas ini lebih baik
dari Legalis.
Melihat konteks
ini semua pemikir-pemikir diatas seperti Konfusianisme, Motisme, Daoisme,
Legalisme semua mempunyai kebenarannya sendiri-sendiri, tapi masing-masing juga
mempunyai masalahnya sendiri-sendiri. Tapi walaupun demikian, mengapa
gagasan-gagasan pemikir-pemikir zaman ‘Perang Musim Semi & Gurugur’ &
‘Peperangan Negara-negara’ ini, hingga kini masih bisa aktuil dan berpengaruh?
Kiranya kekuatan pengaruhnya terletak dimana?
Untuk ini marilah kita ceritakan lagi cerita dari Zhuangzi, tentang
perdebatan antara Zhuangzi (庄子) dan teman debatnya Huizi (惠子).
Suatu hari
mereka pelesiran pergi ke sebuah kolam, berdua mereka berdiri sambil istirahat
di jembatan yang melintas diatas kolam tersebut. Saat itu air masih jernih
tidak terpolusi dengan segala macam limbah industri seperti kini, dan
masyarakatnya juga tertib tidak membuang sampah sembarangan, sehingga dengan
jelas bisa melihat dasar kolam dan melihat ikan-ikan lalu lalang berenang
dengan bebasnya.
Zhuangzi berkata
kepada Huizi: “Lihatlah, ikan-ikan itu dengan tenang dan bebasnya berenang
kesana kemari. Itu benar-benar kebahagiaan dari kaum ikan.” (鱼出游从容 是鱼之乐也yu chu you cong
rong, shi yu zhi le ye).
Huizi
berkomentar :”Anda itu bukan ikan, mana mungkin kamu bisa tahu bahwa ikan itu memang senang ?” (子非鱼 安知鱼之乐zi fei yu, an
zhi yu zhi le) (安an= bisa berarti
mana mungkin).
(“Dalam konteks
ini kamu {Huizi} mengerti bahwa saya {Zhuangzi} mengetahui bahwa ikan itu
senang dan bahagia, tapi menanyakan lagi ‘kamu tidak tahu’ tapi menanyakan lagi
bahwa ‘kamu mana mungkin tahu’ bahwa ikan itu senang dan bahagia, maka ketika
ditanya apakah kamu tahu, justru saya menjawab saya tahu!”).
Zhuangzi
menjawab : Justru saya disini tahu (bahwa ikan-ikan itu senang dan bahagia) (吾知之 濠上也《庄子 秋水》wu
zhi zhi, hao shang ye).
Cerita diatas
ini sangat populer dikalangan orang Tiongkok dan orang Tionghoa yang menunjukan
dialoque unik dan penuh arti yang kontroversial dari zaman itu. Dan cerita ini
hingga kinipun masih aktuil untuk dapat kita perdebatkan. Cerita-cerita dalam
buku “Zhuanzi” sangat banyak cerita yang serupa.
Lalu timbul
petanyaan dalam perdebatan diatas siapakah kiranya yang menang? Terlihat
seperti Zhuangzi yang kalah, tapi menurut pengikut Zhuangzi justru mereka
merasa bahwa Zhuangzi yang menang. Maka dengan sangat senang hati para pengikut
Zhuangzi mencatatnya dalam buku mereka. Seperti diketahui sejak Motisme atau
sesudah Konfusianisme, cerita-cerita yang dicatat dalam bukunya jika ada
perdebatan selalu yang dicatat dalam cerita tersebut hanyalah bila perdebatan
itu dimenangkan oleh kaumnya, perdebatan mereka yang kalah tidak dicatat atau
diceritakan. Beda dengan Analek(论语luyu)masih
mencatat dan menceritakan perdebatan-perdebatan yang tidak dimenangkan oleh
mereka kaum Kongfusianis. Kaum Daois menganggap perdebatan diatas ini
dimenangkan oleh pihaknya, karena dalam pertanyaan Huizi disebutkan “Mana
Mungkin” jadi dalam konteks ini akan menimbulkan dua jawaban, ‘mungkin tahu dan
mungkin tidak tahu’ tapi dijawab dengan ‘Tegas oleh Zhuangi bahwa dia ‘tahu’
Secara hukum
logika Huizi (A) dengan pasti mengatakan bahwa Zhuangzi (B) tidak tahu: A pasti
tidak tahu B. Sedang Zhuangzi mengatakan bahwa Huizi bukan Zhuangzi mana tahu
bahwa dia (Huizi) tahu bahwa Zhuangzi ‘Tidak Tahu’ bahwa ikan itu sedang
bahagia (A bukan B). Karena A bukan B, mana mungkin A bisa tahu B tahu atau
tidak tahu. Jadi Huizi bukan Zhuangzi jadi dia tidak tahu apakah Zhuangzi tahu
atau tidak tahu, akan masalah ikan yang bersangkutan. Karena tidak ada dasar
alasan bahwa Zhuangzi tahu atau tidak tahu. Jadi dalam perdebatan ini bisa
dilihat bahwa keduanya seri.
Tapi bisa juga
di-argumenkan bahwa Huizi dalam perdebatan ini justru mematikan jalannya
sendiri, Huizi mengatakan bahwa saya bukan kamu maka saya tidak tahu kamu. Dia
sendiri telah mengambil kesimpulannya sendiri, bahwa dia tidak tahu Zhuangzi.
Tapi bagi Zhuangzi justru memiliki jalan keluar, karena Huizi tidak tahu bahwa
dia tidak tahu Zhuangzi, mana mungkin Huizi tahu bahwa Zhuangzi tidak tahu
tentang ikan. Ya memang Zhuangzi bukan ikan, apakah karena dia bukan ikan, lalu
dia terus tidak tahu tentang ikan? Zhuangzi berkata: “Coba tanya Srigala jelas bukan domba, tapi apakah Srigala tidak
tahu domba itu apa? Mungkin kebahagiaan Domba Srigala tidak mengetahui, tapi ketakutan
dari domba dapat dipastikan bahwa Srigala mengetahuinya. Karena saat sebelum
Srigala menerkam dan memangsa domba, domba gemetaran, apakah ini menunjukan
bahwa dia bukan tidak mengetahuinya?”
Dalam Konteks
ini sangat penting, karena kita bukan pihak lawan bicara, mana mungkin kita
mengetahui pihak lawan bicara? Saya bukan kamu , apakah saya bisa mengenal
kamu? Tapi Huizi dalam hal ini adalah kita ini bukan dunia apakah kita bisa
mengenal dunia? Lalu tidak bisa mengenalnya. Tapi apakah kita masih bisa
mengenal orang? Inilah suatu pertanyaan besar dalam ilmu filsafat. Yaitu
Persoalan untuk kemungkinan untuk mengenal, atau apakah mengenal kemungkinan
apa mungkin dan bagaimana untuk mengenalnya?
Inilah Zhuangzi, dia bukanlah seorang filosof Hukum Logika, tapi dia
hanyalah seorang satrawan.
Membaca cerita
diatas kita bisa melihat dimanakah letak pengaruh dan daya tarik dari
pemikir-pemikir dari zaman ‘Perang Musim Semi & Gugur’ dan ‘Peperanga
Negara-negara’ itu.
Memang polemik
dari pemikir-pemikir dari zaman ini, yang pertama dirasakan sangat menarik,
walaupun kita tidak tahu apa manfaat dari polemik itu. Misalnya dengan
perdebatan diatas apa manfaat dari perdebatan tentang ikan itu, kita tidak tahu
apa gunanya, bahkan tidak ada hubungannya dengan kita. Kita tidak bisa
menentukan siapa diantara berdua itu yang menang dalam perdebatan itu. Tapi
yang pasti kita akan senang dan akan merasa menarik mendengarkan perdebatan
tersebut. Peristiwa ini bagus untuk
ditonton, ini seperti juga suatu pertandingan bola, kita tidak tahu apa
manfaatnya, para pemain berebut satu bola dan coba menendang bola untuk
mencetak gol, tapi permainan ini menyenangkan bagi pemain dan penonton.
Yang kedua
membantu kita untuk berputar otak. Dimana menghendaki kita agar dalam melihat
satu masalah harus melihat dari beberapa sisi, jangan hanya melihat pada satu
sisi yang terlihat saja, dan tidak bisa fanatik dan dogmatis. Orang Tionghoa
mengatakan jika hanya melihat satu sisi dan fanatik, itu adalah penyakitan.
Maka orang Tionghoa menghendaki lebih banyak membaca buku tentang para pemikir
Zaman Pra Qin Dinasti “Ratusan Aliran Pemikir Saling Bermunculan”(先秦百家争鸣xian
qin zhu zi bai jia zheng ming) untuk melatih kelincahan otak dan mengasah otak.
Yang ketiga
untuk membantu kita berpikir saat dalam memecahkan suatu masalah. Saat
menghadapi suatu masalah hasus kita berpikir bagaimana? Dari perdebatan mereka
dapat menjadi contoh soal bagi kita.
Maka oleh Yi Zhong Tian
permasalah ini diumpamakan seperti tiga hal berikut :
-
Seperti
pertanding sepak bola.
-
Seperti
pandai(tukang) besi.
-
Seperti
telunjuk tangan.
Seperti
pertandingan sepak bola telah kita utarakan diatas. Walaupun perdebatan antara
Zhuangzi dan Huizi tidak ada hubungannya dengan kita, tapi membuat kita harus
ikut berpikir.
Seperti pandai
besi: yaitu menempah otak seperti pandai besi, dalam menempah besi bara harus
dibolak-balik, tidak bisa ditempah hanya
satu sisi saja. Otak manusia juga sama harus ditempah dari segala sisi. Jadi
membaca buku pemikir zaman itu harus membaca semuanya, agar bisa mendapatkan
pandangan yang berbeda-beda, sehingga kita akan melihat permasalahannya yang
lebih komplit dan komplek, dengan demikian kita mau tidak mau harus menempah
dan mengasah otak kita. Yang mana pada akhirnya kita bisa melatih diri menjadi
lebih dewasa dan matang dalam berpikir.
Seperti tulunjuk
tangan, untuk menjelaskan ini, baiklah kita simak pandangan dari cendikiawan
Bao Pengshan (鲍鹏山bao peng shan)
dalam bukunya “Pemikir-pemikir Pra Dinasti Qin”《先秦诸子十二讲》, dia ada
menulis tentang Paham Zen Buddhisme tentang “Menunjuk Bulan” (指月之喻zhi
yue zhi yu), dalam cerita ini, ada seorang murid Zen Buddhis menanyakan tentang
bulan kepada gurunya: “Guru, bulan berada dimana?” mulanya dia menanya :
“Apakah Zen Buddhisme itu?” Sang guru tidak menjawab.
Maka kemudian
dia bertanya lagi bulan dimana. Tapi sang guru ini tidak menjawab dengan
kata-kata, hanya mengakat tangannya dan telunjuknya menunjuk keatas diarahkan
ke bulan. Dalam konteks ini jika kita secara bodoh mengatakan bahwa telunjuknya itu adalah
bulan, maka itu adalah salah. Yang dimaksud adalah urutlah arah telunjuk itu
yang menunjuk dan diarahkan ke Bulan diatas. Tapi tidak bisa mengatakan bahwa bulan
berada disana. Hanya bisa ditunjukkan arahnya dan kamu harus melihat sendiri
dengan mata kepalanya sendiri.
Inilah salah
satu ciri dari logika. Logika dan Ilmu Pengetahuan adalah hal yang tidak sama.
Ilmu Pegetahuan adalah milik masyarakat yang bisa diteruskan dan diajarkan,
sedangkan Logika adalah milik pribadi yang hanya bisa diasah dan dikembangkan
serta dilatih oleh kemauannya sendiri. Maka logika yang kita hasilkan dan
punyai, pada prinsipnya adalah tergantung pada diri kita sendiri. Agar kita mencari
sendiri dimana bulan itu.
Maka
Ajaran-ajaran dan Karya-karya pada zaman “Pemikir-pemikir Pra Qin Dinasti”《先秦诸子xian
qin zhu zi》, layaknya
seperti telunjuk tangan diatas tersebut “Menunjuk Bulan” (指月之喻zhi
yue zhi yu), janganlah mengira bahwa bulan berada ditelunjuk tangan, tapi bulan
berada dilangit, jadi “bulan” berada dalam hati setiap orang, atau dalam hati
pembaca budiman. Logika tergantung kita sendiri yang mengembangkannya.
Maka ketika
menghadapi pemikir-pemikir dan gagasan-gagasan Zaman Pra Qin Dinasti “Ratusan Aliran Pemikir Saling
Bermunculan”(先秦百家争鸣xian qin zhu zi
bai jia zheng ming), kita harus
bagaimana menanggapinya? Marilah kita
bahas dalam tulisan-tulisan berikut yang akan datang ini.
( Jilid V Habis. Dan akan diteruskan dengan Jilid VI untuk
membahas daya tarik dan apa yang patut di warisi dari pemikir-pemikir zaman kuno
ini...)
Daftar
Perpustakaan
- 先秦诸子百家争鸣: 易中天 CCTV
- 经典阅读文库 ---- 论语 李薇/主编
- 经典阅读文库 ---- 道德经 李薇/主编
- 中国古典名著精品 ---- 菜根谭 洪应明
著
- Internet : http://friesian.com/confuci.htm : Confucius
- 孔子 -----
維基百科,自由的百科全書 Internet
-
网址:http://www.popyard.org
- 中国人生叢书 -----
墨子的人生哲学 杨帆/主编 陈伟/著
- Internet :
http://baike.baidu.com
- The Sayings of
Mensius / 英译孟子
史俊赵校编
- 南华经 庄子
周苏平
高彦平
注译
安徽人民出版社
- 庄子 逍遥的自由人 林川耀 译编 出版者 :常春树书坊
- http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml 春秋五霸之---晋文公
- “When China Rules The World - The rise of middle kingdom and the end of the
western world” by Martin Jacques ALLEN
LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009
No comments:
Post a Comment