Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik
Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid VI
(3)
Filsafat
Daoisme Lao – Zhuang
老庄哲学lao zhuang zhe xue
Pada Zaman Musim Semi
& Musim Gugur ( 722 - 481 SM ) /
Zaman Peperangan Negara-negara ( 403 – 221 SM ), ada seorang yang hidup
kira-kira pada akhir zaman “Musim Semi & Gugur” yang oleh orang-orang
dinamai “ Laozi老子”, orang tua ini
benar-benar cemerlang dan sangat cendikia sekali, bahkan konon Kong
Hu Cu pun
pernah minta petunjuk dengannya. Namun jejak akhirnya tidak diketahui, bahkan
buku “Laozi” apakah memang dia yang menulisnya juga tidak ada keterangan yang
otentik membuktikan itu. Tapi pemikirannya sangat dalam merasuk dan
mempengaruhi pemikiran orang Tionghoa. Tokoh berikutnya dari Daosime yang
kemudian diwakili oleh Zhuangzi庄子 juga menambah pengaruh
yang sangat mendalam juga kepada orang Tionghoa dikemudian hari hingga kini.
Karya Zhuangzi (庄子) dan kisah kehidupannya
tercatat lebih jelas dan otentik secara historis. Zhuangzi hidup pada tahun
369SM hingga 286 SM sezaman dengan Raja Liang Hui Wang粱惠王 dan Qi Xuan Wang齐宣王. Kedua tokoh Daoisme ini kiranya telah
mewariskan kepada generasi Tiongkok apa saja? Pemikiran orang Tionghoa apa saja
yang memang telah terpengaruhi oleh Pemikiran filsafat Lao-Zhuang老庄 ini?
Motis sangat memperhatikan
keadaan sosial masyarakat, dan meninggalkan pengaruhi sosial, yaitu masyarakat
yang adil, saling menguntungkan, dan saling cinta mencintai.
Daois memperhatian kehidupan
pribadi manusia, meniggalkan ‘Kehidupan dengan logika’(人生智慧ren shng zhi hui = life intelligence) ini adalah pandangan Laozi, dan ‘
Sikap dalam hidup’(人生态度ren
sheng tai du = life attitude).
Marilah
kita bahas dulu tentang Laozi yang mewariskan ‘Kehidupan dengan logika’, yaitu
Yang lemah justru akan tetap hidup ( 弱者生存ruo
zhe sheng cun ). Seperti kita ketahui menurut teori Evolusinya Darwinisme dalam
“Seleksi Alam (Nature Selection = 天择物竟)”,
Yang dapat menyesuaikan diri akan tetap hidup (The proper exist = 适者生存shi zhe sheng cun)” ,
sedang menurut teori Laozi juga sama berdasarkan “Seleksi Alam (Nature
Selection = 天择物竟)”, tapi
dikatakan : Yang lemah lembut akan bertahan hidup ( 弱者生存ruo zhe sheng cun = The weak exist ).
Ada
satu cerita tentang Laozi dari buku “Imperial Readings of the Taiping Era” “太平御览tai ping yu lan” (Bacaan Zaman Kedamaian) , dalam
buku ini diceritakan bahwa Laozi memiliki seorang guru yang bernama Shangrong (商容). Seperti telah kita
ceritakan bahwa Kong Hu Cu tidak memiliki guru, tapi konon Laozi justru
memiliki guru, tapi siapakah Shangrong ini, hingga kini masih belum diketahui,
tidak ada data-data sejarah untuknya.
Suatu
hari Shangrong sakit berat dan diperkirakan akan menghembuskan nafas terakhir,
maka muridnya yang bernama Laozi mengunjungi sang guru, sambil bersila didepan
pembaringan sang guru, Laozi bertanya: “Guruku, apakah guru tidak akan
meninggalkan pesan-pesan akhir kepada kita para murid?” .
Shangrong
menjawab : “Saat kalian melewati kampung halaman, kalian haruslah mampir. Ini
apakah kalian mengetahui?”.
Laozi
menjawab: “Ini saya mengetahuinya, maksud guru adalah janganlah kita lupa akan
asal usul kita.”.
Shangrong
berkata lagi: “Saat melewati pohon besar haruslah kalian dekati dengan
hati-hati dan pelan-pelan, apakah kalian juga tahu?”.
Laozi
menjawab lagi: “Ini saya juga tahu, maksud guru adalah bahwa kita harus
menghormati orang tua.”.
Kemudian
Shangrong membuka mulutnya lebar-lebar dan berkata sambil menunjuk pada
lidahnya: “Kalian lihatlah apakah lidah saya masih ada?” .
Laozi
menjawab: “ Ya, masih ada.”. Shangrong
selanjutnya bertanya : “Dan apakah gigi saya masih ada?”.
Laozi
menjawab: “Sudah tidak ada”.
Shangrong
bertanya : “Itu berarti apa? Sudah mengertikan kalian?”.
Laozi
menjawab: “Apakah yang dimaksud guru itu adalah yang keras akan lenyap, dan
yang lemah akan tetap hidup ?” (非谓刚亡 而弱存乎《太平御览》fei
wei gang wang, er ruo cun hu).
Shangrong
tertawa riang dan berkata: “Ya inilah teori dunia, semua teori didunia ada
dalam pengertian ini. (天下事尽矣tian xia
shi jin yi)”.
Maka
dapat dikatakan bahwa ajaran Laozi adalah Yang lemah lembut akan bertahan hidup
(弱者生存ruo zhe sheng cun = The
weak exist ). Laozi mengatakan bahwa
dalam dunia yang paling lemah adalah ‘Air’, tapi yang paling tidak terkalahkan
juga ‘Air’, dia mengatakan bahwa lihatlah ‘Api’ terlihat sangat hebat, tapi
‘Air’ dapat memadamkannya. Batu begitu kerasnya, tapi ‘Air’ dapat
mengalahkannya, tetesan air dapat melubangi batu. Begitu air bah datang semua
akan tersapu habis. Maka yang paling lemah didunia ini adalah yang paling kuat.
Maka Laozi mengatakan menjadi orang harus lemah lembut, mau ber-rendah diri
sedikit, dan mau juga mundur sedikit, jangan maunya menerjang maju terus.
Tokoh
yang sangat menggandrungi pandangan Laozi adalah Hanfei韩非, dalam buku 《Hanfeizi韩非子》 ada dua tulisan, yang satu
adalah 《解老jie lao = Mengatasi ketuaan》, yang lain adalah 《喻老yu lao = Mengerti Menjadi
Tua》, tulisan ini merupa kesan dan
kesimpulan Hanfeizi setelah membaca buku 《Laozi》. Hanfei sudah diketahui dia
ini suka membuat cerita. Misalnya cerita yang ada dalam “喻老yu lao = Mengerti Menjadi Tua” menceritakan tentang
: Raja Chu Zhuang Wang楚庄王 dan Sun Shu
Ao孙叔敖.
Seperti
telah diceritakan bahwa Chu Zhuang Wang adalah Raja dari salah satu dari lima
super power pada zaman ‘Perang Musim Semi & Gugur’, dia memiliki seorang
pejabat tinggi yang bernama Sun Shu Ao, dia adalah pejabat tinggi yang membantu
Raja Chu menjadikan Super Power. Tapi Sun Shu Ao selalu menolak pemberian
hadiah tanah kepadanya.
Saat
Sun Shu Ao menjelang ajal memanggil Putra Mahkotanya dan berkata: “Anakku,
Ayahmu selama hidup telah berjasa sangat besar terhadap negara, Raja telah
beberapa kali menawari tanah kepada Ayah, tapi Ayah tidak mau menerimanya. Maka
jika Ayah meninggal, Raja pasti akan menawari kamu sebidang tanah. Jika kamu
nanti terpaksa harus menerimanya, karena didesak dan tidak bisa menolaknya.
Kamu kiranya akan bagaimana?” .
Sang
Putra menjawab: “Anak akan selalu
mendengar nasehat dan petunjuk Ayah.”.
Sun
Shu Ao menasehati: “Kamu harus selalu ingat bahwa Raja akan menghadiahi kamu
sebidang tanah? Saat itu kamu akan tidak bisa menolaknya. Kamu harus memilih
sebidang tanah yang terjelek dari bidang tanah Negara Chu. Dengan demikian kamu
akan terselamatkan.”.
Sang
Putra menjawab : “Anak pasti ingat, akan patuh dan menurut apa kata Ayah.”.
Memang
benar setelah Sun Shu Ao meninggal Raja Chu Zhuang Wang menghadiah dia sebidang
tanah, dan dia tidak bisa menolaknya. Karena saat itu seorang pejabat yang
dihadiahi Raja tidak berani tidak menerimanya, jika ditolak berarti tidak menghormati.
Maka dia memilih tanah yang terjelek sesuai pesan ayahnya. Akhirnya memang
benar dia terselamatkan, karena menurut peraturan tanah-tanah yang dihadiahkan
kepada para pejabatnya, setelah dua generasi maka diharuskan dikembalikan
kepada negara kembali. Maka setelah dua generasi semua tanah-tanah yang
dihadiahkan kepada para pejabatnya diambil kembali oleh Raja, hanya tanah putra
Sun Shu Ao tidak. Mengapa? Karena tanah ini dianggap tempat pembuangan “anak
jin” tidak ada yang mau. Diambil kembali juga tidak ada gunanya.
Maka
Hanfeizi mengatakan inilah yang dimaksud oleh Laozi yang disebut “orang yang pandai
membangun sebuah rumah, adalah jika tidak ada yang bisa mengambilnya. Yang disebut
pandai memeluk orang, adalah orang yang dipeluk bagaimanapun tidak akan bisa lepas”. (善建者不拔 善抱者不脱 《老子 第54章》 shan jian zhe bu ba, shan
bao zhe bu tuo).
Pengertian
diatas bukannya membangun rumah sangat kokoh, dan juga bukan diartikan harus
memeluk (memiting) orang sekuat-kuatnya. Tapi harus membuat orang lain tidak
menginginkannya atau terkesan, sehingga tidak menginginkan untuk mencabutnya
dan coba melepaskannya. Bagaimana untuk mencapai hal ini? Cukup mudah, dengan
memilih yang terjelek, seperti sebidang tanah diatas, tidak diminta kembali karena
tanah tersebut dianggap paling jelek dan tandus.
Sehingga
timbul cerita, jika memilih istri atau pacar jangan yang tercantik, bisa
menjadi bahan rebutan atau bisa-bisa dilarikan orang lain. Demikian juga pohon
yang besar dan tinggi akan diterpa angin, lihat saja rerumputan saat angin
topan datang, pohon besar akan tumbang, tapi rerumputan tidak ada yang
tercabut. Jika ingin tidak tercabutkan
oleh angin topan, maka jadilah rumput saja.
Memang
beginilah teori Laozi selalu melukiskan yang lemah justru bertahan. Pendek
kata adalah :
- Yang
lemah menang dari yang keras (柔能克刚rou
neng ke jiang)
- Yang
lembut menang dari yang gagah (弱能胜强ruo
neng sheng jiang)
- Berbuat
tapi seperti tidak berbuat (无为而无不为
u wei er wu bu wei)
Laozi
juga mengatakan bahwa jangan dikira karena dirinya kuat lalu merasa sudah kuat
adanya, dan jangan karena diri lemah maka marasa memang lemah adanya. Hanya
mereka yang tidak diperebutkan dan di-inginkan yang teraman didunia.
Laozi
memberi petunjuk bagaimana agar bisa melakukan ‘Yang lemah menang dari yang
keras (柔能克刚rou neng ke jiang)’,
kiranya dengan akal apa saja agar dapat melakukan hal ini. Ada tiga cara :
- Berpura-pura
(装zhuang)
- Tabah
(忍ren)
- Mengalah
(让rang)
Berpura-pura
: Menurut cendikiawan memang tulisan Laozi sangat senang menggunakan kata “若ruo=Jika” yang mempunyai arti
“Sepertinya”. Misalnya kata-katanya :
Yang paling lurus sepertinya bengkok, sehingga di Tiongkok berkembang menjadi
satu pribahasa “yang paling pandai sepertinya bodoh., yang paling teliti
sepertinya ceroboh”. (大直若屈 大巧若拙 da zhi ruo qu, da qiao ruo zhuo 大智若愚da
zhi ruo yu). Mempunyai keberanian dan berani melakukannya maka akan mati,
mempunyai keberanian tapi tidak berani melakukannya maka akan hidup. ( 勇于敢则杀 勇于不敢则活
<老子第73章> yong yu gan ze sha, yong yu bu gan ze huo.
Dalam
pengertian biasa orang akan mengatakan tidak maju karena tidak berani, tapi
Laozi mengatakan bukan takut melainkan ‘bukannya tidak berani = tidak takut’(敢不gan bu). Karena menurut Laozi
untuk tidak berbuat itu perlu juga keberanian, bahkan tidak melakukan lebih
diperlukan keberanian daripada melakukan. Yang di-istilahkan ‘Berani untuk
tidak takut = Brave to dare not”, maka ini mempunyai arti bukannya tidak berani
tapi tidak takut. Karena ‘tidak takut’ itu lebih sulit dari berani. Maka jika
kita melihat cerita kerajaan kuno, sang hakim dalam pengadilan mengertak si
pesakitan: “Apakah kamu ‘tidak takut’ untuk tidak mengaku?” maka terlihat si pesakitan akan gemetaran
ketakutan dan berkata : “Hamba tidak berani....”, untuk tidak takut tidaklah
semudah yang dibayangkan.... Sehingga oleh seorang Pujangga besar Tiongkok kuno
menyimpulkan dengan empat kata : (大勇若怯da
yong ruo qie) yang mempunyai arti ‘Keberanian yang paling besar, terlihat
seperti yang penuh ketakutan’. Maka jika kita menghadapi musuh janganlah
menganggap kesabaran lawan dianggap suatu ketakutan, jika tidak, kita akan celaka.
Lawan itu tidak takut bukan tidak berani.
Tabah
(忍ren): Ketabahan membawa
kemenangan, banyak cerita dalam sejarah Tiongkok dengan ketabahan akhirnya membawa
kemenangan. Misalnya cerita Kisah Raja Yue ( 越王勾践yue
wang gou jian)*1.
Pada tahun 496SM , Raja Wu mengerahkan pasukan menyerang Negara Yue越, tapi oleh Raja Yue
dikalahkan. Dalam peperangan ini Raja Wu吴
luka berat dan akhirnya meninggal, sejelang meninggal Raja Wu minta putranya
Fucha 夫差 untuk membalas dendam. Tiga
tahun kemudian Wu Fucha berhasil mengalahkan Raja Yue bahkan berhasil
menangkapnya. Dalam sekapan Raja Yue越
berpura-pura gila dan bahkan bersedia memakan kotoran babi dan kotorannya
sendiri, dan setiap malam Raja Yue yang pura-pura gila ini sebelum tidur selalu
menjilat empedu binatang yang pahit agar selalu ingat akan sumpah dia sendiri
untuk membalas dendam kepada Raja Wu Fucha.
Pejabat
Raja Yue yang bernama Fan Li 范蠡dan
Wen Zhong文种 bertahan dalam Negara Yue
dan menyusun strategi untuk memperkuat negara dengan mengadakan serangkai
reformasi dalam negeri, dan memperkuat tentaranya dengan mengeluarkan peraturan
dimana semua pasangan yang melahirkan anak dibiayai negara, jika mendapat anak
laki-laki harus lapor, dan bila mendapat anak laki-laki tiga, dua orang harus
jadi tentara. Orang lanjut usia dilarang mengawini wanita muda, jadi hanya
pemuda pemudi yang masih produktif yang boleh kawin. Sehingga rakyat bertambah
dengan cepat. Akhirnya mempunyai tentara yang kuat.
Juga
Fanli yang menyuruh Raja Yue berpura-pura gila dan menjilat empedu setiap malam
sebelum tidur. Disamping itu Fanli范蠡
dan Wen Zhong文种 Cs juga
menjalankan taktik adu domba di kalangan pejabat Negara Wu. Serta mengirim
mata-mata wanita cantik dan pandai yang bernama Xishi西施 untuk dihadiahkan kepada Raja Wu Fucha. Akhirnya
Xishi西施 dapat mebuat mabuk kepayang
Raja Wu, sehingga memngabaikan urusan negara. Akhirnya Raja Wu melepaskan Raja
Yue yang “gila” untuk kembali ke Negara Yue. Akhirnya Raja Yue berhasil
menghancurkan Negara Wu dan Raja Wu bunuh diri.
Setelah
berhasil menghancurkan Negara Wu, Fanli范蠡
kabur dengan Xishi西施 si cantik
mata-mata hasil didikan dan binaannya. Fanli
dan Xishi hidup tentram, berganti nama menjadi Tao Zhu Gong 陶朱公berdagang dan menjadi konglomerat pertama di
Tiongkok. Cara dan sikap business Tao Zhu Gong hingga kini masih aktuil. Maka
cerita diatas menujukan bahwa ketabahan akan membawa kemenangan.
Mengalah
(让rang): Menghadapi segala masalah
harus mengalah, ada sebuah cerita pada Zaman Dinasti Qing清. Ada seorang pejabat tinggi yang bekerja di-Ibukota
negara, suatu kali tetangganya membangun rumah dengan mengambil sebagian
tanahnya. Maka pejabat tinggi ini menulis surat kepada tetangganya ini berupa
sebuah sajak yang sangat puitis sekali untuk minta pengertiannya sebagai
berikut, “Lorong Tiga Meter” : Mengirim surat bak ribuan li namun hanya sebatas
tembok, Mengalah tiga langkah mestinya tiada halangan, Tembok besar hingga
kinipun masih ada, Walau kaisar Qin Shi Huang sudah tiada.
(六尺巷 liu che xiang : 千里来书为一墙 让他三尺又何妨 长城万里今优在 不见当年秦始皇Jian li lai shu wei yi jiang, rang ta san che
you he fang, zhang cheng wan li jin you zai, bu jian dang nian qin shi huang).
Setelah
menerima surat ini tetangga ini sangat terkesan dan terharu, maka bangunannya
dibangun mundur “3 che” atau 1.5 meter (1尺=
0,5 meter) sehingga berjarak 3 meter dan menjadi sebuah lorong. Hal ini
menunjukan saling mengalah justru membawa kebaikan. (cerita ini cukup poluler
di masyarakat Tiongkok). Ini adalah
yang diusulkan oleh Laozi Berpura-pura ; Tabah ; Mengalah. Yang lemah yang akan
abadi.
Jika
kita teliti lagi apakah usulan ini memang benar adanya? Karena jika mengikuti
usulan ini semua orang tidak akan berani untuk tampil kedepan, semua berpura-pura
bodoh tidak mau menunjukan kepandaiannya, semua mempraktekkan “Ilmu Kura-kura”
yang menyembunyikan tubuhnya dalam tempurungnya dalam keadaan gawat, bahkan
pada saat maut mengacam diri kita apakah kita harus tetap mengalah? Jika ini
memang benar-benar dilaksanakan apakah negara kita dan diri kita pribadi juga bisa
berkembang? Dan harus bangaimana baiknya bagi kita untuk menanggapi dan mewarisi
usulan Laozi ini?
Memang
usulan Laozi ini pada sikuen-sikuen tertentu ada benarnya, untuk menghadapi masalah
tidak boleh terlalu keras. Kapan saatnya harus bisa mengalah dan merendah, maka
baiknya merendah dan mengalah. Tapi jika semua orang merendah tidak ada yang
mau coba melopori sesuatu, bagaimana untuk bisa ada kemajuan dan berkembang.
Semua orang tidak ada yang berani untuk melopori berbuat sesuatu dan menonjol,
semua orang berusaha untuk bersembunyi dibelakang. Bagaimana untuk bisa
berkembang?
Selain
itu apakah ‘Berpura-pura ; Tabah ; Mengalah’ dapat diandalkan? Dikatakan bahwa
‘Yang lemah akan tetap hidup’ apakah keadaan sebenarnya memang demikian?
Misalnya domba adalah binatang lemah lembut, dan bersifat merendah, tapi apakah
dengan demikian tidak akan menjadi incaran dimangsa srigala? Demikian juga
pohon besar akan diterpa angin topan, tapi bagaimana dengan rerumputan? Dalam
kenyataan yang selalu terinjak-injak
bukankah juga rerumputan? Memang orang kaya yang pamer akan menjadi
incaran rampok, tapi apakah uang gajian para pekerja tidak ada yang coba
mencurinya atau tidak menjadi incaran pencuri? Menghadapi permasalahan ini
seharusnya kita bisa melihatnya dengan seimbang. Yaitu saat bekerja seharusnya
berusaha mencapai prestasi yang sebaik-baiknya, tapi selaku manusia harus
selalu merendah. Pada hakekat persoalannya adalah mengapa kita ini harus
menjadi manusia? Untuk mewarisi ajaran Laozi yang terpenting harus bisa
menjawab mengapa kita harus menjadi manusia? Jika sudah bisa menjawab
pertanyaan ini dengan jelas, barulah kita bisa memikirkan bagaimana kita harus
menjadi manusia. Telah dibahas diatas bahwa dengan ‘Ber-pura-pura ; Tabah ;
Mengalah’ akhirnya berhasil baik.
Jika
melihat dari cerita Kisah Raja Yue seperti yang diceritakan diatas dalam [Yue Wang
Gou Jian (越王勾践)],
dimana setelah Raja Yue berhasil, dia memberi sebuah pedang pusaka kepada
Wenzong Dafu (文种大夫), orang
yang selama ini berjasa membantu Raja Yue hingga berhasil.
Raja
Yue berkata kepada Wen Zhong: “Tuan telah mengusulkan kepada saya 7 langkah untuk
menjatuhkan Negara Wu, tapi saya baru menggunakan 3 langkah saja Negara Wu sudah
jatuh, sedang 4 langkah sisanya tidak ada tempat untuk bisa digunakan. Silahkan
tuan gunakan sendiri.” Maka bunuh dirilah Wen Zhong dengan pedang pusaka
itu....
Memang
sebelumnya teman dia Fan Li (范蠡) sudah mengingatkan kepada
Wenzhong, setelah rencananya berhasil harus cepat-cepat meninggalkan Raja Yue,
tapi Wenzhong tidak mau mendengarkannya. Akhirnya Wenzhong bunuh diri. Raja Yue walaupun telah berhasil dengan
ketabahannya tapi apa artinya, akibat dari ‘Berpura-pura ; Tabah ; Mengalah’,
akhirnya kejiwaannya berubah. Pribadinya menjadi berubah total, setelah
berhasil dia coba melampiaskan segala ketidak puasannya dalam hatinya dari
pengalamannya terdahulu.
Maka
dalam konteks ini tidak bisa dengan gampang saja mengatakan bahwa usulan Laozi
ini memang bagus. Yang perlu dipertanyakan mengapa kita harus menjadi orang?
Yang jelas pertanyaan ini tidak terjawabkan oleh Laozi. Karena walaupun Laozi
mengusulkan untuk ‘Tidak Berbuat’ seperti yang telah diuraikan di bagian
terdahulu, namun ‘Tidak Berbuat’nya Laozi adalah tidak benar-benar ‘Tidak
Berbuat’, pada hakekatnya dia masih ‘Berbuat’ atau ‘Berbuat tapi seperti tidak
berbuat’ (无为而无不为 u wei
er wu bu wei). Dapat dikatakan bahwa dia ini adalah seorang yang ambisius.
Sebenarnya
yang betul-betul dapat menjawab mengapa harus menjadi orang, bukannya tokoh
Daoisme yang bernama Laozi, melainkan adalah tokoh Doaisme yang ketiga yaitu
Zhungzi庄子. Memang pola pemikiran
Zhuangzi tidak mudah untuk di-ikuti, namun Laozi juga sama dengan Zhuangzi,
hanya Zhuangzi kadarnya lebih kental.
Dalam
buku “Zhuangzi” ada sebuah cerita yang menceritakan bahwa suatu hari Raja Qi
Huang Gong (齐桓公) sedang
membaca buku diruang bacanya. Dihalaman ruang baca seorang tukang kayu sedang
bekerja untuk membuat roda kereta, ia bernama Bian 扁 maka di juluki Lun Pian [轮扁 (roda= 轮lun)
si tukang roda Pian]. Saat itu Lun Pian
bertanya kepada Raja : “Yang Mulia,
sedang apa?” .
Raja
menjawab: “Oh saya sedang membaca.”.
Lun
Pian bertanya lagi: “ YM sedang membaca apa?”
.
Raja
menjawab: “ Buku dari orang-orang kudus.”.
Lun
Pian bertanya lagi: “Apakah orang kudus itu masih hidup?”.
Raja
menjawab: “Mereka itu semuanya sudah meninggal.”.
Lun
Pian berkata: “Kalau begitu YM sedang membaca sampah dan ampas dari orang
kudus”. Raja tersinggung dan bertanya:
“Maksud kamu itu apa? Saya ini Raja sedang membaca, sedang kamu ini tukang kayu
yang sedang membuat roda, untuk apa sembarangan omong ! Coba katakan alasan
kamu berkata begitu”.
Lun
Pian menjawab: “Begini YM, hamba ini orang kecilan yang ahlinya hanya membuat
kereta, dan terutama membuat ‘Roda Kereta’, seumur hidup kerjanya hanya membuat Roda dan memasang roda dikereta.
Mengenai bagaimana membuat ukuran roda agar sesuai dengan kereta yang hamba
bangun, hamba semuanya tahu. Dan ilmu ini juga bisa hamba turunkan dan ajarkan
kepada para murid hamba serta putra dan kerabat hamba. Tapi untuk memasang roda
pada as kereta, jika dipasang terlalu keras maka akan seret dan berat
berputarnya, jika terlalu kendor akan goyang dan bisa lepas atau rusak dijalan.
Bagaimana agar dipasang tidak terlalu keras dan tidak terlalu kendor, hal ini
hamba tidak bisa menerangkan dengan kata-kata, dan tidak mungkin untuk bisa
diajarkan kepada murid atau kerabat hamba....
Ini berarti bahwa segala sesuatu ilmu yang berdasarkan feeling tidak
mungkin bisa diajarkan dengan kata-kata, yang bisa diajarkan hanya hal-hal umum
berupa ampas-ampasnya saja, sedang intisari dari ilmu itu tidak bisa diajarkan.
Maka yang dibaca YM adalah ampas-ampas dari para orang kudus....” Hal yang
demikian adalah suatu yang sulit dilukiskan dengan kata-kata...
Zhuangzi
mengemukakan ini, justru mempertanyakan manusia itu mengapa hidup? Ini memang
sulit untuk dijawab. Tapi Yang Zhu扬朱 telah menjawabnya, dengan
mengatakan, karena orang itu telah hidup maka hiduplah dengan sebaik-baiknya,
tempuhlah hidup sehari-hari dengan sebaik mungkin.
Namun
jawaban ini masih menimbulkan pertanyaan. Hidup yang bagaimana yang dapat
disebut sebagai hidup sebaik mungkin? Apa yang dimaksud dengan sehari-hari
hidup baik? Apakah dengan bersenang-senang dengan bermain-main, berplesiran dan
minum-minum atau mencari uang sepanjang hari itu dinamakan hidup yang sangat
baik? Pertanyaan ini masih juga tidak terjawab oleh Yang Zhu扬朱. Tapi Zhuangzi庄子
dapat menjawabnya .
Zhuangzi
mengatakan apa yang dimaksud dengan hidup baik setiap hari? Dia mengatakan
hidup baik setiap hari adalah hidup bebas menurut ketulusan hati nuraninya. Maka
rumusan Zhuangzi adalah :
- Ketulusan
menurut hati nuraninya.(真实zhen shi)
- Bebas.(自由zi you)
Zhuangzi
bercerita, bahwa Laodan老聃(yang
mungkin juga Laozi) setelah meninggal, seorang teman datang untuk melayat,
setelah masuk dalam ruang persemayaman, dia menangis sebentar lalu berhenti.
Seorang murid Laodan menanya kepadanya : “Tuan, apakah
tuan teman dari guru kami?”
Sang
teman ini menjawab: “Benar, kami adalah teman sangat baik almarhum.”
Murid
ini bertanya: “Kalau memang benar teman baik, kenapa tuan tidak terlihat sangat
sedih dan berduka cita?”.
Sang
teman ini berkata: “Memang beginilah.... saya sebenarnya ingin menangis
habis-habisan, tapi ketika saya masuk dalam ruangan duka ini melihat banyak
sekali orang disini semua pada menangis. Lalu saya berpikir apakah memang semua
orang ini adalah teman guru kalian. Saya rasa tidak mungkin. Maka saya yakin
bahwa orang-orang yang datang kesini pasti ada yang tidak mau menangis tapi
ikut-ikutan menangis, ada yang tidak sedih tapi pura-pura sedih. Ini yang
namanya munafik dan hipokrit, maka saya putuskan untuk tidak mau menangis. ”
Dari
cerita diatas kita dapat dilihat bahwa rumusan Zhuangzi yang pertama adalah
‘Tulus Menurut Nuraninya’. Yang kedua adalah ‘Bebas’. Dia mengatakan bahwa
Rajawali memang seharusnya terbang diangkasa, ikan berenang di air, inilah yang
dinamakan ‘Bebas’.
Di Jilid
yang lalu pernah kita ceritakan tentang perdebatan Zhuangzi dan Huizi tentang
ikan yang bebas berenang kesana kemari dalam air, yang dia komentari bahwa
ikan-ikan itu pasti senang dan bahagia. Alasan Zhuangzi mengatakan demikian
karena melihat ikan-ikan itu sunguh-sungguh bebas berenang kesana kemari,
itulah benar-benar hidup yang sesungguhnya. Maka hidup bebas sesuai dengan
nuraninya seharusnya spontan. Dengan kata lain tidak perduli kamu sebagai orang
macam apa dan bagaimana, hiduplah sesuai dengan keadaan kamu sendiri. Menurut
pandangan Zhuangzi tidak ada yang disebut hari baik dan hari susah, yang ada
hanya hari hakiki dan hari semu. Misalnya Moti yang memang maunya hidup
sengasara, maka hari-hari susah yang dilewati adalah baik. Jika kamu tidak mau
hidup susah tapi dipaksa orang lain untuk hidup susah, maka itu yang tidak
baik.
Dalam
buku “Zhuangzi” ada cerita yang berjudul “马蹄ma
ti = Kuku Kuda”(horse’ hoofs). Kuda dengan kukunya dapat berlari diatas salju,
bulunya bisa menahan dingin, kuda bila melihat ada air genangan diminumnya, melihat
rumput dimakanlah, setelah kenyang dia akan berlarian dipadang rumput dengan
bebasnya. Ini barulah yang dinamakan ‘Hidup Bebas Menurut Nuraninya’ .
Pernah
ada sorang yang bernama Bole, dia menangkap kuda-kuda liar, kemudian dipasanglah
tanur dihidung kuda dan kendali dilehernya, selanjutnya dipasang ‘Tapal Kuda’,
maka dengan demikian sepertiga dari kuda ini sebenarnya sudah mati. Lalu kuda
ini dijinakkan dan dilatih, agar menuruti perintah-perintahnya untuk mau berdiri,
duduk, rebah, lari dan loncat-loncat atas perintahnya, maka kuda ini sudah mati
setengah. Keadaan kuda ini menurut Zhuangzi walaupun mendapatkan banyak hadiah
dan pujian, tapi apa artinya? Tidak bebas menurut nuraninya.
Maka
Zhuangzi mengatakan ‘Setiap orang jangan memaksakan cara dan pola hidupnya
untuk dipaksakan kepada orang lain untuk dilakukan. Setiap orang bebas untuk memilih
pola dan cara hidupnya masing-masing. Asalkan itu adalah kemauannya sendiri
walaupun orang lain melihat bahwa itu adalah kesengsaraan, tapi kalau memang
pilihannya biarkanlah demikian. Tapi jika kita coba memaksakan bahwa yang kita anggap
baik untuk dilakukan orang lain dan bahkan dipaksakan kepadanya, maka dia akan
menderita.
Zhuangzi
bercerita lagi, ada seekor burung laut yang terbang ke negara Lu, Raja negara
ini menganggap burung ini suatu mustika, maka ditangkaplah dan dipelihara
sangat baik, dibuatkan sangkar dari emas, didepan sangkar ini disajikan arak
dan makanan, kemudian mengundang band untuk memainkan musik, seperti seolah melayani
penggede negara, tapi akhirnya burung ini mati ketakutan, karena tidak berani
makan dan minum. Apakah Raja Lu berkehendaki buruk? Juga tidak, justru
sebaliknya berusaha berbuat baik menurutnya. Tapi hasilnya justru buruk. Maka
menurut Zhuangzi memaksa pola hidup seseorang kepada orang lain itu justru
tidak benar. Cerita diatas sebenarnya Raja Lu bersungguh-sungguh, tapi jika hal
itu dilakukan dengan dibuat-buat, itu akan lebih buruk lagi.
Ada
lagi cerita dari Zhuangzi, suatu hari ada seorang kepala upacara persembahan
sembayang mengujungi kandang babi, babi ini memang disiapkan suatu hari akan
disembelih untuk persembahan upacara sembayangan leluhur. Orang ini pikir, babi
ini pasti akan sedih, maka dia pergi berkunjung ke kandang babi tersebut untuk
ngobrol-ngobrol, dengan maksud untuk menghibur dan memberi persiapan mental
bagi babi ini untuk menghadapi persembilihannya nanti.
Maka
pejabat kepala upacara persembahan ini dengan pakaian resminya dengan sangat hormat
berkata kepada sang Babi: “ Babi.. babi.. kamu tidak perlu takut mati, saya
beritahu kamu bahwa saya akan sangat baik merawatmu, saya akan merawatmu dengan
sangat baik selama 3 bulan, selama ini saya akan memberi kamu makanan yang enak
dan terbaik, kemudian 10 hari sebelum hari persembilihanmu, saya akan
memandikanmu dengan air dicampur dengan wewangian, dan memijit-mijitmu.
Kemudian lantai kandang akan saya beri permandi rumput yang putih bersih. Kelak
kaki depan dan kaki belakangmu akan dibumbui dengan segala macam rempah
istimewa dan ditempatkan dipiring yang sangat bagus terbuat dari perak, dan
dipinggirnya akan dihiasi dengan bunga-bunga, kamu pikir bagaimana?” . Sang Babi diam saja tidak menjawab apa-apa....”
Zhuangzi
mengatakan jika memang kamu ingin berbuat baik kepada sang babi, maka
seharusnya berilah babi itu rumput pakannya dengan gula-gula, tapi tidak
dijadikan Qurban. Demikian juga bagi manusia, hidup bahagia adalah hidup
menurut pilihannya dan idialismenya. Jangan karena demi yang dikatakan semua
orang baik, maka kamu harus mengorbankan kebebasan hidup dirimu sendiri dan mengorbankan
keinginan menurut nuranimu.
Tapi
kini banyak orang ingin hidup sebagai orang kaya, dan setelah mati menjadi
tersohor, dan menyiapkan kuburannya dengan lokasi yang baik diatas gunung
dengan yang dikatakan bahwa dengan hongsui yang baik, menyiapkan upacara
berkabung yang sangat meriah. Apakah ini tidak akan sama dengan kaki babi
(cukiok) yang akan disajikan dipiring yang indah dan dihiasi dengan bunga-bunga
seperti cerita diatas ini ?
Untuk
hal ini babi saja mengerti mengapa orang tidak mengerti? Maka sikap Zhuangzi
terhadap kehidupan adalah apa? Kong Hu Cu pernah berkata : ‘Janganlah
lakukan apa yang diri kita tidak inginkan kepada orang lain.” (己所不欲 勿施于人ji
suo bu yu, wu shi yu ren)’. Zhuangzi lebih maju lagi yaitu ‘Janganlah
paksakan kepada orang lain apa yang kita senang lakukan. (己所甚欲 也勿施于人ji
suo sheng yu, yue wu shi yu).
Lebih-lebih
lagi yang lebih gawat jika kita dengan tulus memaksakan orang lain untuk
melakukan orang lain yang tidak mau lakukan. Bila menghadapi keadaan yang
demikian kita harus bagaimana? (Dalam konteks ini adalah untuk orang dewasa, bukan
untuk anak kecil yang masih dalam masa pengasuhan). Yang jelas kita harus
berani menolak untuk tidak melakukannya. Belajar untuk bisa menolak dan
mengatakan dengan tegas “Tidak!!!”.
Timbul
pertanyaan dari mana datangnya cara pemikiran Zhuangzi ini? Pemikiran ini tidak
lain berasal dari pemikiran Laozi. Maka itu disebut ‘Filasafat Lao-Zhuang’ (老庄哲学lao zhuang zhe xue). Tapi
pemikiran Laozi ini tidak hanya mempengaruhi pemikiran Zhuangzi, namun ada
seorang tokoh besar yang juga terpengaruh oleh pemikiran Laozi ini yaitu Han
Fei Zi韩非子. Bahkan dapat dikatakan
bahwa Zhuangzi dan Hanfeizi merupakan ahli waris dari Laozi, tapi kedua tokoh
ini pemikirannya mutlak berbeda dan berlawanan. Jalan yang ditempuh kedua tokoh
ini sama sekali berbeda.
Kemudian
letak perbedaaan Zhuangzi (庄子)
dan Hanfeizi (韩非子) ada
dimana? Sebagai Tokoh Legalisme - Hanfeizi, kiranya apa saja yang telah
diwariskan kepada kita? Marilah kita bahas di tulisan berikut ini.....
*1 http://baike.baidu.com/view/27911.htm
Daftar Perpustakaan
- 先秦诸子百家争鸣: 易中天
CCTV
- 经典阅读文库 ---- 论语 李薇/主编
- 经典阅读文库 ---- 道德经 李薇/主编
- 中国古典名著精品 ---- 菜根谭 洪应明 著
- Internet
: http://friesian.com/confuci.htm :
Confucius
- 孔子
----- 維基百科,自由的百科全書 Internet
-
网址:http://www.popyard.org
- 中国人生叢书 -----
墨子的人生哲学 杨帆/主编 陈伟/著
- Internet
: http://baike.baidu.com
- The
Sayings of Mensius / 英译孟子 史俊赵校编
- 南华经 庄子 周苏平 高彦平 注译 安徽人民出版社
- 庄子 逍遥的自由人 林川耀 译编 出版者 :常春树书坊
-
http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml 春秋五霸之---晋文公
-
“When China Rules The World - The
rise of middle kingdom and the end of the western world” by Martin Jacques ALLEN LANE an imprint of
Penguin Book, First Published 2009
No comments:
Post a Comment