Thursday 14 July 2016

Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM Jilid VI (3)

Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid VI

(3)


Filsafat Daoisme Lao – Zhuang
老庄哲学lao zhuang zhe xue

Pada Zaman Musim Semi & Musim Gugur  ( 722 - 481 SM ) / Zaman Peperangan Negara-negara ( 403 – 221 SM ), ada seorang yang hidup kira-kira pada akhir zaman “Musim Semi & Gugur” yang oleh orang-orang dinamai “ Laozi老子”, orang tua ini benar-benar cemerlang dan sangat cendikia sekali, bahkan konon Kong Hu Cu pun pernah minta petunjuk dengannya. Namun jejak akhirnya tidak diketahui, bahkan buku “Laozi” apakah memang dia yang menulisnya juga tidak ada keterangan yang otentik membuktikan itu. Tapi pemikirannya sangat dalam merasuk dan mempengaruhi pemikiran orang Tionghoa. Tokoh berikutnya dari Daosime yang kemudian diwakili oleh Zhuangzi庄子 juga menambah pengaruh yang sangat mendalam juga kepada orang Tionghoa dikemudian hari hingga kini.

Karya Zhuangzi (庄子) dan kisah kehidupannya tercatat lebih jelas dan otentik secara historis. Zhuangzi hidup pada tahun 369SM hingga 286 SM sezaman dengan Raja Liang Hui Wang粱惠王 dan Qi Xuan Wang齐宣王.    Kedua tokoh Daoisme ini kiranya telah mewariskan kepada generasi Tiongkok apa saja? Pemikiran orang Tionghoa apa saja yang memang telah terpengaruhi oleh Pemikiran filsafat Lao-Zhuang老庄 ini?

Motis sangat memperhatikan keadaan sosial masyarakat, dan meninggalkan pengaruhi sosial, yaitu masyarakat yang adil, saling menguntungkan, dan saling cinta mencintai.  

Daois memperhatian kehidupan pribadi manusia, meniggalkan ‘Kehidupan dengan logika’(人生智慧ren shng zhi hui = life intelligence) ini adalah pandangan Laozi, dan ‘ Sikap dalam hidup’(人生态度ren sheng tai du = life attitude).

Marilah kita bahas dulu tentang Laozi yang mewariskan ‘Kehidupan dengan logika’, yaitu Yang lemah justru akan tetap hidup ( 弱者生存ruo zhe sheng cun ). Seperti kita ketahui menurut teori Evolusinya Darwinisme dalam “Seleksi Alam (Nature Selection = 天择物竟)”, Yang dapat menyesuaikan diri akan tetap hidup (The proper exist = 适者生存shi zhe sheng cun)” , sedang menurut teori Laozi juga sama berdasarkan “Seleksi Alam (Nature Selection = 天择物竟)”, tapi dikatakan : Yang lemah lembut akan bertahan hidup ( 弱者生存ruo zhe sheng cun = The weak exist ).

Ada satu cerita tentang Laozi dari buku “Imperial Readings of the Taiping Era太平御览tai ping yu lan” (Bacaan Zaman Kedamaian) , dalam buku ini diceritakan bahwa Laozi memiliki seorang guru yang bernama Shangrong (商容). Seperti telah kita ceritakan bahwa Kong Hu Cu tidak memiliki guru, tapi konon Laozi justru memiliki guru, tapi siapakah Shangrong ini, hingga kini masih belum diketahui, tidak ada data-data sejarah untuknya.

Suatu hari Shangrong sakit berat dan diperkirakan akan menghembuskan nafas terakhir, maka muridnya yang bernama Laozi mengunjungi sang guru, sambil bersila didepan pembaringan sang guru, Laozi bertanya: “Guruku, apakah guru tidak akan meninggalkan pesan-pesan akhir kepada kita para murid?” .   
Shangrong menjawab : “Saat kalian melewati kampung halaman, kalian haruslah mampir. Ini apakah kalian mengetahui?”.   
Laozi menjawab: “Ini saya mengetahuinya, maksud guru adalah janganlah kita lupa akan asal usul kita.”.  
Shangrong berkata lagi: “Saat melewati pohon besar haruslah kalian dekati dengan hati-hati dan pelan-pelan, apakah kalian juga tahu?”.   
Laozi menjawab lagi: “Ini saya juga tahu, maksud guru adalah bahwa kita harus menghormati orang tua.”.  
Kemudian Shangrong membuka mulutnya lebar-lebar dan berkata sambil menunjuk pada lidahnya: “Kalian lihatlah apakah lidah saya masih ada?” . 
Laozi menjawab: “ Ya, masih ada.”.    Shangrong selanjutnya bertanya : “Dan apakah gigi saya masih ada?”.    
Laozi menjawab: “Sudah tidak ada”.   
Shangrong bertanya : “Itu berarti apa? Sudah mengertikan kalian?”.     
Laozi menjawab: “Apakah yang dimaksud guru itu adalah yang keras akan lenyap, dan yang lemah akan tetap hidup ?”  (非谓刚亡  而弱存乎《太平御览》fei wei gang wang, er ruo cun hu). 
Shangrong tertawa riang dan berkata: “Ya inilah teori dunia, semua teori didunia ada dalam pengertian ini. (天下事尽矣tian xia shi jin yi)”.

Maka dapat dikatakan bahwa ajaran Laozi adalah Yang lemah lembut akan bertahan hidup (弱者生存ruo zhe sheng cun = The weak exist ).  Laozi mengatakan bahwa dalam dunia yang paling lemah adalah ‘Air’, tapi yang paling tidak terkalahkan juga ‘Air’, dia mengatakan bahwa lihatlah ‘Api’ terlihat sangat hebat, tapi ‘Air’ dapat memadamkannya. Batu begitu kerasnya, tapi ‘Air’ dapat mengalahkannya, tetesan air dapat melubangi batu. Begitu air bah datang semua akan tersapu habis. Maka yang paling lemah didunia ini adalah yang paling kuat. Maka Laozi mengatakan menjadi orang harus lemah lembut, mau ber-rendah diri sedikit, dan mau juga mundur sedikit, jangan maunya menerjang maju terus.

Tokoh yang sangat menggandrungi pandangan Laozi adalah Hanfei韩非, dalam buku Hanfeizi韩非子》 ada dua tulisan, yang satu adalah 《解老jie lao = Mengatasi ketuaan, yang lain adalah 《喻老yu lao = Mengerti Menjadi Tua, tulisan ini merupa kesan dan kesimpulan Hanfeizi setelah membaca buku Laozi. Hanfei sudah diketahui dia ini suka membuat cerita. Misalnya cerita yang ada dalam “喻老yu lao = Mengerti Menjadi Tua” menceritakan tentang : Raja Chu Zhuang Wang楚庄王 dan Sun Shu Ao孙叔敖.

Seperti telah diceritakan bahwa Chu Zhuang Wang adalah Raja dari salah satu dari lima super power pada zaman ‘Perang Musim Semi & Gugur’, dia memiliki seorang pejabat tinggi yang bernama Sun Shu Ao, dia adalah pejabat tinggi yang membantu Raja Chu menjadikan Super Power. Tapi Sun Shu Ao selalu menolak pemberian hadiah tanah kepadanya.     

Saat Sun Shu Ao menjelang ajal memanggil Putra Mahkotanya dan berkata: “Anakku, Ayahmu selama hidup telah berjasa sangat besar terhadap negara, Raja telah beberapa kali menawari tanah kepada Ayah, tapi Ayah tidak mau menerimanya. Maka jika Ayah meninggal, Raja pasti akan menawari kamu sebidang tanah. Jika kamu nanti terpaksa harus menerimanya, karena didesak dan tidak bisa menolaknya. Kamu kiranya akan bagaimana?” . 
Sang Putra menjawab:  “Anak akan selalu mendengar nasehat dan petunjuk Ayah.”.   
Sun Shu Ao menasehati: “Kamu harus selalu ingat bahwa Raja akan menghadiahi kamu sebidang tanah? Saat itu kamu akan tidak bisa menolaknya. Kamu harus memilih sebidang tanah yang terjelek dari bidang tanah Negara Chu. Dengan demikian kamu akan terselamatkan.”.  
Sang Putra menjawab : “Anak pasti ingat, akan patuh dan menurut apa kata Ayah.”.

Memang benar setelah Sun Shu Ao meninggal Raja Chu Zhuang Wang menghadiah dia sebidang tanah, dan dia tidak bisa menolaknya. Karena saat itu seorang pejabat yang dihadiahi Raja tidak berani tidak menerimanya, jika ditolak berarti tidak menghormati. Maka dia memilih tanah yang terjelek sesuai pesan ayahnya. Akhirnya memang benar dia terselamatkan, karena menurut peraturan tanah-tanah yang dihadiahkan kepada para pejabatnya, setelah dua generasi maka diharuskan dikembalikan kepada negara kembali. Maka setelah dua generasi semua tanah-tanah yang dihadiahkan kepada para pejabatnya diambil kembali oleh Raja, hanya tanah putra Sun Shu Ao tidak. Mengapa? Karena tanah ini dianggap tempat pembuangan “anak jin” tidak ada yang mau. Diambil kembali juga tidak ada gunanya.

Maka Hanfeizi mengatakan inilah yang dimaksud oleh Laozi yang disebut “orang yang pandai membangun sebuah rumah, adalah jika tidak ada yang bisa mengambilnya. Yang disebut pandai memeluk orang, adalah orang yang dipeluk bagaimanapun  tidak akan bisa lepas”.  (善建者不拔  善抱者不脱 《老子 54章》 shan jian zhe bu ba, shan bao zhe bu tuo).   

Pengertian diatas bukannya membangun rumah sangat kokoh, dan juga bukan diartikan harus memeluk (memiting) orang sekuat-kuatnya. Tapi harus membuat orang lain tidak menginginkannya atau terkesan, sehingga tidak menginginkan untuk mencabutnya dan coba melepaskannya. Bagaimana untuk mencapai hal ini? Cukup mudah, dengan memilih yang terjelek, seperti sebidang tanah diatas, tidak diminta kembali karena tanah tersebut dianggap paling jelek dan tandus.    

Sehingga timbul cerita, jika memilih istri atau pacar jangan yang tercantik, bisa menjadi bahan rebutan atau bisa-bisa dilarikan orang lain. Demikian juga pohon yang besar dan tinggi akan diterpa angin, lihat saja rerumputan saat angin topan datang, pohon besar akan tumbang, tapi rerumputan tidak ada yang tercabut.  Jika ingin tidak tercabutkan oleh angin topan, maka jadilah rumput saja.

Memang beginilah teori Laozi selalu melukiskan yang lemah justru bertahan. Pendek kata  adalah :
-   Yang lemah menang dari yang keras (柔能克刚rou neng ke jiang)
-   Yang lembut menang dari yang gagah (弱能胜强ruo neng sheng jiang)
-   Berbuat tapi seperti tidak berbuat (无为而无不为 u wei er wu bu wei)

Laozi juga mengatakan bahwa jangan dikira karena dirinya kuat lalu merasa sudah kuat adanya, dan jangan karena diri lemah maka marasa memang lemah adanya. Hanya mereka yang tidak diperebutkan dan di-inginkan yang teraman didunia.

Laozi memberi petunjuk bagaimana agar bisa melakukan ‘Yang lemah menang dari yang keras (柔能克刚rou neng ke jiang)’, kiranya dengan akal apa saja agar dapat melakukan hal ini.  Ada tiga cara :
-   Berpura-pura (zhuang)
-   Tabah (ren)
-   Mengalah (rang)

Berpura-pura : Menurut cendikiawan memang tulisan Laozi sangat senang menggunakan kata “ruo=Jika” yang mempunyai arti “Sepertinya”.  Misalnya kata-katanya : Yang paling lurus sepertinya bengkok, sehingga di Tiongkok berkembang menjadi satu pribahasa “yang paling pandai sepertinya bodoh., yang paling teliti sepertinya ceroboh”. (大直若屈  大巧若拙 da zhi ruo qu, da qiao ruo zhuo  大智若愚da zhi ruo yu). Mempunyai keberanian dan berani melakukannya maka akan mati, mempunyai keberanian tapi tidak berani melakukannya maka akan hidup. ( 勇于敢则杀   勇于不敢则活 <老子第73> yong yu gan ze sha, yong yu bu gan ze huo.   

Dalam pengertian biasa orang akan mengatakan tidak maju karena tidak berani, tapi Laozi mengatakan bukan takut melainkan ‘bukannya tidak berani = tidak takut’(敢不gan bu). Karena menurut Laozi untuk tidak berbuat itu perlu juga keberanian, bahkan tidak melakukan lebih diperlukan keberanian daripada melakukan. Yang di-istilahkan ‘Berani untuk tidak takut = Brave to dare not”, maka ini mempunyai arti bukannya tidak berani tapi tidak takut. Karena ‘tidak takut’ itu lebih sulit dari berani. Maka jika kita melihat cerita kerajaan kuno, sang hakim dalam pengadilan mengertak si pesakitan: “Apakah kamu ‘tidak takut’ untuk tidak mengaku?”  maka terlihat si pesakitan akan gemetaran ketakutan dan berkata : “Hamba tidak berani....”, untuk tidak takut tidaklah semudah yang dibayangkan.... Sehingga oleh seorang Pujangga besar Tiongkok kuno menyimpulkan dengan empat kata : (大勇若怯da yong ruo qie) yang mempunyai arti ‘Keberanian yang paling besar, terlihat seperti yang penuh ketakutan’. Maka jika kita menghadapi musuh janganlah menganggap kesabaran lawan dianggap suatu ketakutan, jika tidak, kita akan celaka. Lawan itu tidak takut bukan tidak berani.

Tabah (ren): Ketabahan membawa kemenangan, banyak cerita dalam sejarah Tiongkok dengan ketabahan akhirnya membawa kemenangan. Misalnya cerita Kisah Raja Yue ( 越王勾践yue wang gou jian)*1. Pada tahun 496SM , Raja Wu mengerahkan pasukan menyerang Negara Yue, tapi oleh Raja Yue dikalahkan. Dalam peperangan ini Raja Wu luka berat dan akhirnya meninggal, sejelang meninggal Raja Wu minta putranya Fucha 夫差 untuk membalas dendam. Tiga tahun kemudian Wu Fucha berhasil mengalahkan Raja Yue bahkan berhasil menangkapnya. Dalam sekapan Raja Yue berpura-pura gila dan bahkan bersedia memakan kotoran babi dan kotorannya sendiri, dan setiap malam Raja Yue yang pura-pura gila ini sebelum tidur selalu menjilat empedu binatang yang pahit agar selalu ingat akan sumpah dia sendiri untuk membalas dendam kepada Raja Wu Fucha.

Pejabat Raja Yue yang bernama Fan Li 范蠡dan Wen Zhong文种 bertahan dalam Negara Yue dan menyusun strategi untuk memperkuat negara dengan mengadakan serangkai reformasi dalam negeri, dan memperkuat tentaranya dengan mengeluarkan peraturan dimana semua pasangan yang melahirkan anak dibiayai negara, jika mendapat anak laki-laki harus lapor, dan bila mendapat anak laki-laki tiga, dua orang harus jadi tentara. Orang lanjut usia dilarang mengawini wanita muda, jadi hanya pemuda pemudi yang masih produktif yang boleh kawin. Sehingga rakyat bertambah dengan cepat. Akhirnya mempunyai tentara yang kuat.

Juga Fanli yang menyuruh Raja Yue berpura-pura gila dan menjilat empedu setiap malam sebelum tidur. Disamping itu Fanli范蠡 dan Wen Zhong文种 Cs juga menjalankan taktik adu domba di kalangan pejabat Negara Wu. Serta mengirim mata-mata wanita cantik dan pandai yang bernama Xishi西施 untuk dihadiahkan kepada Raja Wu Fucha. Akhirnya Xishi西施 dapat mebuat mabuk kepayang Raja Wu, sehingga memngabaikan urusan negara. Akhirnya Raja Wu melepaskan Raja Yue yang “gila” untuk kembali ke Negara Yue. Akhirnya Raja Yue berhasil menghancurkan Negara Wu dan Raja Wu bunuh diri.

Setelah berhasil menghancurkan Negara Wu, Fanli范蠡 kabur dengan Xishi西施 si cantik mata-mata hasil didikan dan binaannya.  Fanli dan Xishi hidup tentram, berganti nama menjadi Tao Zhu Gong 陶朱公berdagang dan menjadi konglomerat pertama di Tiongkok. Cara dan sikap business Tao Zhu Gong hingga kini masih aktuil. Maka cerita diatas menujukan bahwa ketabahan akan membawa kemenangan.

Mengalah (rang): Menghadapi segala masalah harus mengalah, ada sebuah cerita pada Zaman Dinasti Qing. Ada seorang pejabat tinggi yang bekerja di-Ibukota negara, suatu kali tetangganya membangun rumah dengan mengambil sebagian tanahnya. Maka pejabat tinggi ini menulis surat kepada tetangganya ini berupa sebuah sajak yang sangat puitis sekali untuk minta pengertiannya sebagai berikut, “Lorong Tiga Meter” : Mengirim surat bak ribuan li namun hanya sebatas tembok, Mengalah tiga langkah mestinya tiada halangan, Tembok besar hingga kinipun masih ada, Walau kaisar Qin Shi Huang sudah tiada.
(六尺巷 liu che xiang : 千里来书为一墙    让他三尺又何妨   长城万里今优在   不见当年秦始皇Jian li lai shu wei yi jiang, rang ta san che you he fang, zhang cheng wan li jin you zai, bu jian dang nian qin shi huang).  

Setelah menerima surat ini tetangga ini sangat terkesan dan terharu, maka bangunannya dibangun mundur “3 che” atau 1.5 meter (1= 0,5 meter) sehingga berjarak 3 meter dan menjadi sebuah lorong. Hal ini menunjukan saling mengalah justru membawa kebaikan. (cerita ini cukup poluler di masyarakat Tiongkok).   Ini adalah yang diusulkan oleh Laozi Berpura-pura ; Tabah ; Mengalah. Yang lemah yang akan abadi.

Jika kita teliti lagi apakah usulan ini memang benar adanya? Karena jika mengikuti usulan ini semua orang tidak akan berani untuk tampil kedepan, semua berpura-pura bodoh tidak mau menunjukan kepandaiannya, semua mempraktekkan “Ilmu Kura-kura” yang menyembunyikan tubuhnya dalam tempurungnya dalam keadaan gawat, bahkan pada saat maut mengacam diri kita apakah kita harus tetap mengalah? Jika ini memang benar-benar dilaksanakan apakah negara kita dan diri kita pribadi juga bisa berkembang? Dan harus bangaimana baiknya bagi kita untuk menanggapi dan mewarisi usulan Laozi ini?   

Memang usulan Laozi ini pada sikuen-sikuen tertentu ada benarnya, untuk menghadapi masalah tidak boleh terlalu keras. Kapan saatnya harus bisa mengalah dan merendah, maka baiknya merendah dan mengalah. Tapi jika semua orang merendah tidak ada yang mau coba melopori sesuatu, bagaimana untuk bisa ada kemajuan dan berkembang. Semua orang tidak ada yang berani untuk melopori berbuat sesuatu dan menonjol, semua orang berusaha untuk bersembunyi dibelakang. Bagaimana untuk bisa berkembang?

Selain itu apakah ‘Berpura-pura ; Tabah ; Mengalah’ dapat diandalkan? Dikatakan bahwa ‘Yang lemah akan tetap hidup’ apakah keadaan sebenarnya memang demikian? Misalnya domba adalah binatang lemah lembut, dan bersifat merendah, tapi apakah dengan demikian tidak akan menjadi incaran dimangsa srigala? Demikian juga pohon besar akan diterpa angin topan, tapi bagaimana dengan rerumputan? Dalam kenyataan yang selalu terinjak-injak  bukankah juga rerumputan? Memang orang kaya yang pamer akan menjadi incaran rampok, tapi apakah uang gajian para pekerja tidak ada yang coba mencurinya atau tidak menjadi incaran pencuri? Menghadapi permasalahan ini seharusnya kita bisa melihatnya dengan seimbang. Yaitu saat bekerja seharusnya berusaha mencapai prestasi yang sebaik-baiknya, tapi selaku manusia harus selalu merendah. Pada hakekat persoalannya adalah mengapa kita ini harus menjadi manusia? Untuk mewarisi ajaran Laozi yang terpenting harus bisa menjawab mengapa kita harus menjadi manusia? Jika sudah bisa menjawab pertanyaan ini dengan jelas, barulah kita bisa memikirkan bagaimana kita harus menjadi manusia. Telah dibahas diatas bahwa dengan ‘Ber-pura-pura ; Tabah ; Mengalah’ akhirnya berhasil baik.

Jika melihat dari cerita Kisah Raja Yue seperti yang diceritakan diatas dalam [Yue Wang Gou Jian (越王勾践)], dimana setelah Raja Yue berhasil, dia memberi sebuah pedang pusaka kepada Wenzong Dafu (文种大夫), orang yang selama ini berjasa membantu Raja Yue hingga berhasil.    
Raja Yue berkata kepada Wen Zhong: “Tuan telah mengusulkan kepada saya 7 langkah untuk menjatuhkan Negara Wu, tapi saya baru menggunakan 3 langkah saja Negara Wu sudah jatuh, sedang 4 langkah sisanya tidak ada tempat untuk bisa digunakan. Silahkan tuan gunakan sendiri.” Maka bunuh dirilah Wen Zhong dengan pedang pusaka itu....

Memang sebelumnya teman dia Fan Li (范蠡) sudah mengingatkan kepada Wenzhong, setelah rencananya berhasil harus cepat-cepat meninggalkan Raja Yue, tapi Wenzhong tidak mau mendengarkannya. Akhirnya Wenzhong bunuh diri.    Raja Yue walaupun telah berhasil dengan ketabahannya tapi apa artinya, akibat dari ‘Berpura-pura ; Tabah ; Mengalah’, akhirnya kejiwaannya berubah. Pribadinya menjadi berubah total, setelah berhasil dia coba melampiaskan segala ketidak puasannya dalam hatinya dari pengalamannya terdahulu.

Maka dalam konteks ini tidak bisa dengan gampang saja mengatakan bahwa usulan Laozi ini memang bagus. Yang perlu dipertanyakan mengapa kita harus menjadi orang? Yang jelas pertanyaan ini tidak terjawabkan oleh Laozi. Karena walaupun Laozi mengusulkan untuk ‘Tidak Berbuat’ seperti yang telah diuraikan di bagian terdahulu, namun ‘Tidak Berbuat’nya Laozi adalah tidak benar-benar ‘Tidak Berbuat’, pada hakekatnya dia masih ‘Berbuat’ atau ‘Berbuat tapi seperti tidak berbuat’ (无为而无不为 u wei er wu bu wei). Dapat dikatakan bahwa dia ini adalah seorang yang ambisius.   

Sebenarnya yang betul-betul dapat menjawab mengapa harus menjadi orang, bukannya tokoh Daoisme yang bernama Laozi, melainkan adalah tokoh Doaisme yang ketiga yaitu Zhungzi庄子. Memang pola pemikiran Zhuangzi tidak mudah untuk di-ikuti, namun Laozi juga sama dengan Zhuangzi, hanya Zhuangzi kadarnya lebih kental.  

Dalam buku “Zhuangzi” ada sebuah cerita yang menceritakan bahwa suatu hari Raja Qi Huang Gong (齐桓公) sedang membaca buku diruang bacanya. Dihalaman ruang baca seorang tukang kayu sedang bekerja untuk membuat roda kereta, ia bernama Bian maka di juluki Lun Pian [轮扁 (roda= lun) si tukang roda Pian].   Saat itu Lun Pian bertanya kepada Raja : “Yang Mulia,  sedang apa?” .   
Raja menjawab: “Oh saya sedang membaca.”.   
Lun Pian bertanya lagi: “ YM sedang membaca apa?”   . 
Raja menjawab: “ Buku dari orang-orang kudus.”.  
Lun Pian bertanya lagi: “Apakah orang kudus itu masih hidup?”.   
Raja menjawab: “Mereka itu semuanya sudah meninggal.”. 
Lun Pian berkata: “Kalau begitu YM sedang membaca sampah dan ampas dari orang kudus”.   Raja tersinggung dan bertanya: “Maksud kamu itu apa? Saya ini Raja sedang membaca, sedang kamu ini tukang kayu yang sedang membuat roda, untuk apa sembarangan omong ! Coba katakan alasan kamu berkata begitu”.  
Lun Pian menjawab: “Begini YM, hamba ini orang kecilan yang ahlinya hanya membuat kereta, dan terutama membuat ‘Roda Kereta’, seumur hidup kerjanya hanya  membuat Roda dan memasang roda dikereta. Mengenai bagaimana membuat ukuran roda agar sesuai dengan kereta yang hamba bangun, hamba semuanya tahu. Dan ilmu ini juga bisa hamba turunkan dan ajarkan kepada para murid hamba serta putra dan kerabat hamba. Tapi untuk memasang roda pada as kereta, jika dipasang terlalu keras maka akan seret dan berat berputarnya, jika terlalu kendor akan goyang dan bisa lepas atau rusak dijalan. Bagaimana agar dipasang tidak terlalu keras dan tidak terlalu kendor, hal ini hamba tidak bisa menerangkan dengan kata-kata, dan tidak mungkin untuk bisa diajarkan kepada murid atau kerabat hamba....  Ini berarti bahwa segala sesuatu ilmu yang berdasarkan feeling tidak mungkin bisa diajarkan dengan kata-kata, yang bisa diajarkan hanya hal-hal umum berupa ampas-ampasnya saja, sedang intisari dari ilmu itu tidak bisa diajarkan. Maka yang dibaca YM adalah ampas-ampas dari para orang kudus....” Hal yang demikian adalah suatu yang sulit dilukiskan dengan kata-kata...

Zhuangzi mengemukakan ini, justru mempertanyakan manusia itu mengapa hidup? Ini memang sulit untuk dijawab.  Tapi Yang Zhu扬朱 telah menjawabnya, dengan mengatakan, karena orang itu telah hidup maka hiduplah dengan sebaik-baiknya, tempuhlah hidup sehari-hari dengan sebaik mungkin.

Namun jawaban ini masih menimbulkan pertanyaan. Hidup yang bagaimana yang dapat disebut sebagai hidup sebaik mungkin? Apa yang dimaksud dengan sehari-hari hidup baik? Apakah dengan bersenang-senang dengan bermain-main, berplesiran dan minum-minum atau mencari uang sepanjang hari itu dinamakan hidup yang sangat baik? Pertanyaan ini masih juga tidak terjawab oleh Yang Zhu扬朱. Tapi Zhuangzi庄子 dapat menjawabnya .

Zhuangzi mengatakan apa yang dimaksud dengan hidup baik setiap hari? Dia mengatakan hidup baik setiap hari adalah hidup bebas menurut ketulusan hati nuraninya. Maka rumusan Zhuangzi adalah :
-   Ketulusan menurut hati nuraninya.(真实zhen shi)
-   Bebas.(自由zi you)

Zhuangzi bercerita, bahwa Laodan老聃(yang mungkin juga Laozi) setelah meninggal, seorang teman datang untuk melayat, setelah masuk dalam ruang persemayaman, dia menangis sebentar lalu berhenti.
Seorang  murid Laodan menanya kepadanya : “Tuan, apakah tuan teman dari guru kami?”
Sang teman ini menjawab: “Benar, kami adalah teman sangat baik almarhum.”
Murid ini bertanya: “Kalau memang benar teman baik, kenapa tuan tidak terlihat sangat sedih dan berduka cita?”.   
Sang teman ini berkata: “Memang beginilah.... saya sebenarnya ingin menangis habis-habisan, tapi ketika saya masuk dalam ruangan duka ini melihat banyak sekali orang disini semua pada menangis. Lalu saya berpikir apakah memang semua orang ini adalah teman guru kalian. Saya rasa tidak mungkin. Maka saya yakin bahwa orang-orang yang datang kesini pasti ada yang tidak mau menangis tapi ikut-ikutan menangis, ada yang tidak sedih tapi pura-pura sedih. Ini yang namanya munafik dan hipokrit, maka saya putuskan untuk tidak mau menangis. ”

Dari cerita diatas kita dapat dilihat bahwa rumusan Zhuangzi yang pertama adalah ‘Tulus Menurut Nuraninya’. Yang kedua adalah ‘Bebas’. Dia mengatakan bahwa Rajawali memang seharusnya terbang diangkasa, ikan berenang di air, inilah yang dinamakan ‘Bebas’.  

Di Jilid yang lalu pernah kita ceritakan tentang perdebatan Zhuangzi dan Huizi tentang ikan yang bebas berenang kesana kemari dalam air, yang dia komentari bahwa ikan-ikan itu pasti senang dan bahagia. Alasan Zhuangzi mengatakan demikian karena melihat ikan-ikan itu sunguh-sungguh bebas berenang kesana kemari, itulah benar-benar hidup yang sesungguhnya. Maka hidup bebas sesuai dengan nuraninya seharusnya spontan. Dengan kata lain tidak perduli kamu sebagai orang macam apa dan bagaimana, hiduplah sesuai dengan keadaan kamu sendiri. Menurut pandangan Zhuangzi tidak ada yang disebut hari baik dan hari susah, yang ada hanya hari hakiki dan hari semu. Misalnya Moti yang memang maunya hidup sengasara, maka hari-hari susah yang dilewati adalah baik. Jika kamu tidak mau hidup susah tapi dipaksa orang lain untuk hidup susah, maka itu yang tidak baik.

Dalam buku “Zhuangzi” ada cerita yang berjudul “马蹄ma ti = Kuku Kuda”(horse’ hoofs). Kuda dengan kukunya dapat berlari diatas salju, bulunya bisa menahan dingin, kuda bila melihat ada air genangan diminumnya, melihat rumput dimakanlah, setelah kenyang dia akan berlarian dipadang rumput dengan bebasnya. Ini barulah yang dinamakan ‘Hidup Bebas Menurut Nuraninya’ .

Pernah ada sorang yang bernama Bole, dia menangkap kuda-kuda liar, kemudian dipasanglah tanur dihidung kuda dan kendali dilehernya, selanjutnya dipasang ‘Tapal Kuda’, maka dengan demikian sepertiga dari kuda ini sebenarnya sudah mati. Lalu kuda ini dijinakkan dan dilatih, agar menuruti perintah-perintahnya untuk mau berdiri, duduk, rebah, lari dan loncat-loncat atas perintahnya, maka kuda ini sudah mati setengah. Keadaan kuda ini menurut Zhuangzi walaupun mendapatkan banyak hadiah dan pujian, tapi apa artinya? Tidak bebas menurut nuraninya.

Maka Zhuangzi mengatakan ‘Setiap orang jangan memaksakan cara dan pola hidupnya untuk dipaksakan kepada orang lain untuk dilakukan. Setiap orang bebas untuk memilih pola dan cara hidupnya masing-masing. Asalkan itu adalah kemauannya sendiri walaupun orang lain melihat bahwa itu adalah kesengsaraan, tapi kalau memang pilihannya biarkanlah demikian. Tapi jika kita coba memaksakan bahwa yang kita anggap baik untuk dilakukan orang lain dan bahkan dipaksakan kepadanya, maka dia akan menderita.

Zhuangzi bercerita lagi, ada seekor burung laut yang terbang ke negara Lu, Raja negara ini menganggap burung ini suatu mustika, maka ditangkaplah dan dipelihara sangat baik, dibuatkan sangkar dari emas, didepan sangkar ini disajikan arak dan makanan, kemudian mengundang band untuk memainkan musik, seperti seolah melayani penggede negara, tapi akhirnya burung ini mati ketakutan, karena tidak berani makan dan minum. Apakah Raja Lu berkehendaki buruk? Juga tidak, justru sebaliknya berusaha berbuat baik menurutnya. Tapi hasilnya justru buruk. Maka menurut Zhuangzi memaksa pola hidup seseorang kepada orang lain itu justru tidak benar. Cerita diatas sebenarnya Raja Lu bersungguh-sungguh, tapi jika hal itu dilakukan dengan dibuat-buat, itu akan lebih buruk lagi.

Ada lagi cerita dari Zhuangzi, suatu hari ada seorang kepala upacara persembahan sembayang mengujungi kandang babi, babi ini memang disiapkan suatu hari akan disembelih untuk persembahan upacara sembayangan leluhur. Orang ini pikir, babi ini pasti akan sedih, maka dia pergi berkunjung ke kandang babi tersebut untuk ngobrol-ngobrol, dengan maksud untuk menghibur dan memberi persiapan mental bagi babi ini untuk menghadapi persembilihannya nanti.

Maka pejabat kepala upacara persembahan ini dengan pakaian resminya dengan sangat hormat berkata kepada sang Babi: “ Babi.. babi.. kamu tidak perlu takut mati, saya beritahu kamu bahwa saya akan sangat baik merawatmu, saya akan merawatmu dengan sangat baik selama 3 bulan, selama ini saya akan memberi kamu makanan yang enak dan terbaik, kemudian 10 hari sebelum hari persembilihanmu, saya akan memandikanmu dengan air dicampur dengan wewangian, dan memijit-mijitmu. Kemudian lantai kandang akan saya beri permandi rumput yang putih bersih. Kelak kaki depan dan kaki belakangmu akan dibumbui dengan segala macam rempah istimewa dan ditempatkan dipiring yang sangat bagus terbuat dari perak, dan dipinggirnya akan dihiasi dengan bunga-bunga, kamu pikir bagaimana?” .    Sang Babi diam saja tidak menjawab apa-apa....”

Zhuangzi mengatakan jika memang kamu ingin berbuat baik kepada sang babi, maka seharusnya berilah babi itu rumput pakannya dengan gula-gula, tapi tidak dijadikan Qurban. Demikian juga bagi manusia, hidup bahagia adalah hidup menurut pilihannya dan idialismenya. Jangan karena demi yang dikatakan semua orang baik, maka kamu harus mengorbankan kebebasan hidup dirimu sendiri dan mengorbankan keinginan menurut nuranimu.

Tapi kini banyak orang ingin hidup sebagai orang kaya, dan setelah mati menjadi tersohor, dan menyiapkan kuburannya dengan lokasi yang baik diatas gunung dengan yang dikatakan bahwa dengan hongsui yang baik, menyiapkan upacara berkabung yang sangat meriah. Apakah ini tidak akan sama dengan kaki babi (cukiok) yang akan disajikan dipiring yang indah dan dihiasi dengan bunga-bunga seperti cerita diatas ini ?

Untuk hal ini babi saja mengerti mengapa orang tidak mengerti? Maka sikap Zhuangzi terhadap kehidupan adalah apa? Kong Hu Cu pernah berkata : ‘Janganlah lakukan apa yang diri kita tidak inginkan kepada orang lain.” (己所不欲  勿施于人ji suo bu yu, wu shi yu ren)’. Zhuangzi lebih maju lagi yaitu ‘Janganlah paksakan kepada orang lain apa yang kita senang lakukan. (己所甚欲   也勿施于人ji suo sheng yu, yue wu shi yu).    

Lebih-lebih lagi yang lebih gawat jika kita dengan tulus memaksakan orang lain untuk melakukan orang lain yang tidak mau lakukan. Bila menghadapi keadaan yang demikian kita harus bagaimana? (Dalam konteks ini adalah untuk orang dewasa, bukan untuk anak kecil yang masih dalam masa pengasuhan). Yang jelas kita harus berani menolak untuk tidak melakukannya. Belajar untuk bisa menolak dan mengatakan dengan tegas “Tidak!!!”.

Timbul pertanyaan dari mana datangnya cara pemikiran Zhuangzi ini? Pemikiran ini tidak lain berasal dari pemikiran Laozi. Maka itu disebut ‘Filasafat Lao-Zhuang’ (老庄哲学lao zhuang zhe xue). Tapi pemikiran Laozi ini tidak hanya mempengaruhi pemikiran Zhuangzi, namun ada seorang tokoh besar yang juga terpengaruh oleh pemikiran Laozi ini yaitu Han Fei Zi韩非子. Bahkan dapat dikatakan bahwa Zhuangzi dan Hanfeizi merupakan ahli waris dari Laozi, tapi kedua tokoh ini pemikirannya mutlak berbeda dan berlawanan. Jalan yang ditempuh kedua tokoh ini sama sekali berbeda.

Kemudian letak perbedaaan Zhuangzi (庄子) dan Hanfeizi (韩非子) ada dimana? Sebagai Tokoh Legalisme - Hanfeizi, kiranya apa saja yang telah diwariskan kepada kita? Marilah kita bahas di tulisan berikut ini.....


*1 http://baike.baidu.com/view/27911.htm

Daftar  Perpustakaan
-       先秦诸子百家争鸣易中天 CCTV
-       经典阅读文库 ---- 论语       李薇/主编
-       经典阅读文库 ---- 道德经       李薇/主编
-       中国古典名著精品 ---- 菜根谭      洪应明  
-       Internet : http://friesian.com/confuci.htm  : Confucius
-       孔子  -----   維基百科,自由的百科全書 Internet
-       网址:http://www.popyard.org
-       中国人生叢书    -----   墨子的人生哲学        杨帆/主编    陈伟/
-       Internet : http://baike.baidu.com
-       The Sayings of Mensius / 英译孟子      史俊赵校编
-       南华经    庄子   周苏平    高彦平   注译    安徽人民出版社
-       庄子   逍遥的自由人     林川耀 译编  出版者 :常春树书坊
-       http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml   春秋五霸之---晋文公
-       “When China Rules The World -  The rise of middle kingdom and the end of the western world”  by Martin Jacques ALLEN LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009





No comments:

Post a Comment