Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik
Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid VI
(1)
Apa Daya Tarik dan
Yang Patut Kita Warisi? Dari Ajaran Para Pemikir Zaman ‘Perang Musim Semi &
Gugur’(Tahun 722SM-481SM) & ‘Peperangan Negara2’
春秋战国时代( Tahun 403SM-221SM)
Mengahadapi
Ajaran Pemikir-pemikir Zaman ‘Perang Musim Semi & Gugur’ dan ‘Peperangan
Negara-Negara’, dimana latar belakang sejarah yang berbeda dengan sekarang,
bagaimana kita harus menanggapinya? Apa saja yang kiranya patut kita serap
dalam kondisi dan situasi sekarang ini? Memang tanpa bisa dipungkiri bahwa
Ajaran-aajaran dari Pemikir-pemikir zaman itu adalah merupakan warisan
kebudayaan berharga tidak saja terhadap orang Tionghoa, tapi juga merupakan
warisan kebudayaan dunia yang sangat berharga. Namun apakah ajaran-ajaran ini
memang patut kita warisi? Marilah kita coba bahas disini.
Masalah
ini tidaklah terlalu mudah untuk kita bahas, misalnya dengan perkataan Kong Hu
Cu yang cukup populer : Hanya anak perempuan dan “orang kecilan” yang paling
bikin susah untuk dipeliharanya, jika kita dekat, mereka bisa tidak hormat pada
kita, jika kita jauhi, mereka bisa mengeluh. (唯女子与小人 为难养也 近之则不孙 远之则怨 wei nv zi yu xiao ren, wei nan yang ye, jin
zhi ze bu sun, yuan zhi ze yuan).
Perkataan
ini sungguh menyusahkan dan provokatif, karena dengan telak sekali adalah suatu
sikap diskriminasi gender. Tapi bagi yang membela Kong Hu Cu ada yang
mengatakan bahwa ini bukan sikap diskriminasi gender, karena dalam perkataan
ini disebutkan “orang kecilan,” dan orang kecil itu juga bisa lelaki, jadi
tidak bisa dikatakan diskriminasi gender.
Namun
dalam konteks ini apakah Kong Hu Cu tidak menunjukkan diskriminasi terhadap
“orang kecil”? Jelas terlihat memandang rendah terhadap “orang kecilan”, bahkan
memandang rendah terhadap perempuan seperti “orang kecilan” juga. Jadi
jelas-jelas ini adalah sikap diskriminasi. “Orang kecilan” mau tidak mau adalah
bagian dari seluruh orang lelaki, bukan semua orang lelaki. Tapi untuk anak
perempuan adalah mencakup keseluruhan orang wanita. Jadi kesimpulannya Kong Hu
Cu memandang rendah sebagian orang lelaki dan keseluruhan orang
perempuan/wanita. Sikap yang demikian apakah patut kita warisi dan teruskan?
Perkataan
ini menjadi bahan untuk mengeritik Kong Hu Cu bagi penentang beliau sepanjang
sejarah. Jadi untuk mengutuk Kong Hu Cu perkataan ini merupakan bahan yang
“tepat”. Sehingga ini menjadi kendala dan mempersulit bagi pendukung ajarannya dan
bagi yang setuju untuk mewarisi ajaran-ajaran Kong Hu Cu.
Sehingga
ada yang dengan absurb membela bahwa yang dimaksud dengan “perempuan” (“女子nv zi”) yang berarti anak perempuan itu, seharusnya
adalah “汝子ru zi” yang berarti anak
kamu. Namun pembelaan ini tidak tepat dan mendasar. Karena jika dipakai
pengertian ini, maka perkataan diatas pengertiannya akan menjadi “Hanya anak
laki kamu dan orang kecilan yang paling susah diperlihara...” ini adalah suatu
perkataan yang absurb. Ada dari mereka yang mengatakan bahwa “orang kecilan”
disini diartikan anak kecil (小孩子xiao
hai zi). Inipun kurang tepat karena dalam tulisan Analek dalam bahasa aslinya,
anak kecil disebut bocah/Tongzi (童子tong
zi=bocah). Jadi pembelaan ini tidak mendasar dan tidak tepat.
Yang
benar adalah perkataan Kong Hu Cu benar berkonotasi diskriminasi, diskriminasi
gender terhadap wanita dan diskriminasi kelas. Bahkan yang bisa membuat orang
jadi tidak senang adalah diskirminasi gender terhadap wanita. Tapi perlu
dimaklumi bahwa kenyataannya dimasyarakat Tiongkok kuno memang terdapat sikap
dimana lebih menghargai lelaki daripada wanita (男尊女卑nan zun nv bei), jadi bila Kong Hu Cu yang hidup
dalam latar belakang sejarah yang demikian, tidak heran jika berpandangan
demikian.
Yang
menjadi heran ialah mengapa perempuan bisa disamakan dengan “orang kecilan”
yang tidak bermoral. Maka untuk menghadapi hal tersebut kita harus realistis,
memang perkataan Kong Hu Cu ini tidak bisa disangkal bahwa ada diskriminasi
gender dan kelas, tapi yang bisa dibela Kong Hu Cu tidak diskriminasi moral.
Kong Hu Cu sama sekali tidak memandang bahwa wanita /perempuan itu amoral, dan
tidak ada maksud sama sekali untuk merendahkan wanita/perempuan itu tidak bermoralitas.
Untuk
lebih jelasnya marilah kita coba kembali pada apa yang dikata Junzi (君子) atau (orang bijak/putra/gentleman),
dan “orang kecilan”(小人xiao ren).
Pada saat zamannya Kong Hu Cu masih hidup istilah Junzi君子(orang bijak) dan Xiaoren小人(orang kecilan) mempunyai dua macam definisi dan
arti.
- Menunujukan
kelas dan kedudukan.
- Menunjukan
sikap dan kebajikan.
Yang
pertama, Junzi dan Xiaoren menunjukan kelas dalam masyarakat, merupakan arti
yang sebenarnya, dimana antara dua kelas masyarakat ini meng-indikasikan
kedudukan yang berbeda. Untuk bisa mengerti ini perlu kita kembali pada ‘Sistim
Patriakhalisme’(宗法制度zong fa
zhi du)” seperti yang pernah dibahas dalam Tulisan terdahulu. Inti sari dari
sistim ini adalah ketentuan akan Putra Mahkota (嫡长子di chang zi) yaitu putra pertama dari istri resmi
pertama, yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam keluarga.
Putra
Pertama dari Istri Resmi pertama disebut di chang zi 嫡长子= Putra Mahkota
Putra
kedua dan seterusnya dari istri resmi pertama disebut Cizi次子.
Putra
dari istri muda atau selir-selir yang lain disebut Shuzi庶子.
Putra-putra
ini setelah menanjak dewasa harus berpisah dari orang tuanya, untuk Putra
Mahkota (嫡长子di chang zi) bagiannya
disebut Da Zong = Zong’fa(大宗 = 宗法) Patriat ;
yang juga akan menjadi Jun君.
Jika Putra Mahkota Raja (天子的大宗tian zi
de da zong), maka dia disebut Tianzi天子=
Anak Langit atau menjadi Raja Diraja (天下之君tian
xia zhi jun). Jika Putra Mahkota dari Penguasa Daerah (诸侯zhuhou) disebut Zhu Hou诸侯 atau Raja Negara Bagian disebut Guo Jun国君. Jika Putra Mahkota dari
Dafu大夫 disebut Jia Jun家君 .
Jadi
anak dari Jun君 adalah
Junzi君子(gentleman). Seperti Gongzi 公子adalah Putra dari Gong公, dan Putra dari Wang王 adalah Wangzi王子. Jadi yang tidak bisa
menjadi Jun maka sebagai Chen臣,
mereka ini belum tentu memiliki jabatan atau kedudukan. Yang tidak mendapat
kedudukan dibawah Raja disebut Zhuhou诸侯
atau 君Jun atau Guo Jun国君. Jadi Chen臣nya Zhuhou adalah Dafu大夫 atau Jia Jun家君. Putra Mahkota (嫡长子di chang zi)
dari Dafu akan menjadi Dafu, tapi putra kedua dan seterusnya serta putra
dari istri muda/selir dari Dafu adalah Cizi次子
dan Shuzi庶子 yang hanya bisa menjadi Shi士. Jadi Xiaozong小宗 dari Tianzi天子
kemungkinan menjadi Zhuhou诸侯.
Xiaozongnya Zhuhou诸侯 adalah
Dafu大夫. Xiaozongnya Dafu menjadi
Shi士. Tapi Xiozongnya Shi hanya
bisa jadi Shu Ren庶人. Shu Ren
adalah Rakyat Jelata. Jadi dengan
sendirinya Junzi君子 akan
menjadi yang minoritas dan mayoritas adalah Shu Ren庶人 atau Xiao zong zhi ren 小宗之人= orang-orang dari xiao zong berarti ”Orang
Kecilan”.
Maka
Junzi君子 dan Xiaoren 小人”Orang Kecilan” terbentuk
akibat dari adanya Sistim Patriakhalisme diatas. Jadi merupakan perbedaan kelas
dan kedudukan, tidak ada sangkut pautnya dengan Moralitas.
Namun
dengan jalannya waktu, kata-kata ini berkembang lain menjadi mempunyai arti
tersendiri, yang berkaitan dengan Moralitas.
Karena apa? Karena Putra Mahkota dari Jun君 dan ‘Bangsawan kelas atasan’ adalah penerus dari
kedudukan Ayahnya sebagai Jun/”Putra resmi”, pewaris dari harta, kedudukan,
keturunan darah, semua hal yang terbaik dari Ayahnya. Dan mereka mendapatkan
sumber daya yang terbaik dalam masyarakat, pendidik dan kebudayaan, sehingga
mereka ini merupakan kaum yang mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Karena
mendapatkan pendidikan yang baik, maka mereka berpengetahuan baik dan tinggi,
dan tidak heran jika mempunyai suatu akhlak dan moralitas serta pengetahuan yang baik. Jadi Junzi君子 mendapatkan pendidikan yang baik dan unggulan,
berupa pendidikan moralitas dari kaum bangsawan, pendidikan moralitas,
budipekerti serta tatakrama, kesenian dan kebudayaan kelas wahid. Sehingga
akhlak dan moralitasnya tinggi.
Sedang
kaum xiao zong atau “orang kecilan” yaitu rakyat jelata pada masa itu, tidak
berkesempatan untuk bisa mendapatkan pendidikan yang baik, maka tidak heran
jika pengetahuannya juga rendah, akhlak juga bisa rendah, dan selera
kebudayaannya juga rendah. Misalnya kaum bangsawan gemar musik klasik, sedang
kaum orang kecilan gemar musik “dangdut dan lain sebagainya yang kiranya
dianggap rendahan”. Sedang pada zaman Tiongkok kuno kegemaran akan jenis
kesenian, musik tertentu justru menunjuk kelas dalam masyarakatnya. Sehingga
pada masa itu jika seorang berpengetahuan baik, maka akhlak dan moralnya juga
baik.
Demikianlah
terjadinya perbedaan kelas antara “Putra resmi” Junzi君子 dan Xiaoren 小人”Orang
Kecilan”, yang juga menunjukkan akhlak dan moralitas dari kedua kelas dalam
masyarakat itu. Junzi karena berpendidikan baik maka menjadi “Orang Bijak”, sedang
rakyat kurang berpendidikan dan rendah pendidikannya, maka akhlak dan selera
rendahan dan disebut “orang kecilan”. Sehingga dengan berkembangnya sejarah
orang yang berpendidikan, dan bermoral baik disebut Junzi君子 atau Orang Bijak (wisdom man/gentleman), sedang orang
yang berjiwa kecil, culas dan lain sejenisnya disebut “Orang Kecilan” Xiaoren小人.
Kembali
kita pada perkataan Kong Hu Cu didepan: Hanya anak perempuan dan “orang
kecilan” yang paling susah untuk dipeliharanya, jika kita dekat, mereka bisa
tidak hormat pada kita, jika kita jauhi, mereka bisa mengeluh. Kiranya memberi
kesan dan artian dari perbedaan kelas dan kedudukan. (唯女子与小人 为难养也 近之则不孙 远之则怨 wei nv zi yu xiao ren, wei nan yang ye, jin
zhi ze bu sun, yuan zhi ze yuan).
Yang
memberi arti sebenarnya sebagai berikut: Perempuan adalah seperti Xiao zong zhi
ren 小宗之人, atau orang-orang dari
Xiao Zong, jika terlalu dekat, mereka tidak mau rendah hati, jika dijauhi
mereka mengeluh, jadi serba salah. Jadi titik kunci dari perkataan Kong Hu Cu
diatas ini hanya terletak pada (难nan)
atau susah, bukannya diskriminasi. Mengapa disebutkan ‘susah’ diurus? Karena
walaupun itu da zong大宗atau
bangsawan atasan atau xiao zong小宗atau
rakyat jelata, mereka semuanya masih ada pertalian kekerabatan. Orang wanita
dan orang laki juga masih termasuk keluarga. Jika itu adalah keluarga tapi
dijauhi, jelas dia akan mengeluh dan menimbulkan masalah. Tapi jika terlalu
dekat maka dia akan lupa bahwa dia itu adalah Xiao Zong atau “orang kecilan”,
dikira berkedudukan sama. Lupa bahwa dia adalah wanita dan berkeinginan
berkedudukan sama seperti lelaki, tidak mau membedakan lagi senioritas dan
yunioritas, jadi tidak boleh terlalu dekat, tapi sekaligus tidak boleh terlalu
dijauhi.
Inilah
yang merupakan latar belakang sejarah dari perkataan Kong Hu Cu saat melantarkan
kata-kata ini, yang mempunyai latar belakang perbedaan kelas pada masa itu.
Jadi
jika kita tidak mengetahui atau mengabaikan latar belakang sejarah yang diatas,
dan tidak mengerti adanya keadaan strata kelas masyarakat pada masa itu, maka
kita tidak akan mengerti, dan akan salah mengartikan perkataan Kong Hu Cu ini.
Tapi
keadaan seperti latar belakang sejarah seperti ini sekarang sudah tidak ada
lagi. Sistim Patriakhalisme feodal seperti yang telah dilukiskan dalam tulisan
ini sudah tidak ada lagi. Tapi permasalahannya masih ada, yaitu bagaimanna
hubungan antar manusia dengan manusia itu harus ber-ekosistensi.
Misalnya
bagaimana hubungan antara suami istri, lelaki dan perempuan, dengan sang pacar
harusnya bagaimana? Apakah masih diperlukan adanya suatu tolok ukur jauh dekat,
atas bawa? Juga bisa dikatakan apakah Kong Hu Cu dan semua pemikir-pemikir pada
masa itu, telah mendapatkan banyak sekali kesimpulan-kesimpulan. Kesimpulan itu
masing-masing berlatar belakang dengan keadaan sejarah pada masa itu, dan latar
belakang sejarah ini sudah tidak eksis lagi, tapi permasalahan yang dikemukakan
mereka masih ada, misalnya tentang bagaimana untuk menjadi orang harus bersikap
dalam masyarakat, bagaimana untuk mengatur dan memerintah negara, permasalahan
ini hingga kini masih ada dan harus dihadapi.
Seperti
telah diakui bahwa pemikiran-pemikiran yang dihasilkan pada masa itu, telah
menjadi tidak saja menjadi warisan budaya bagi orang Tiongkok, tapi juga
menjadi warisan budaya bagi dunia. Hanya pemikiran yang cermerlang ini
dilahirkan pada 2500 tahuan yang lalu, yang dengan sendirinya latar belakang
keadaan telah sangat berbeda dengan sekarang. Tapi pemikiran ini yang telah
melalui suatu polemik besar yang berlansung 300 tahunan, polemik terjadi karena
para pemikir-pemikir kala itu masing-masing mencoba mengatasi keadaan kacau
masyarakat akibat sistim yang telah berlaku telah ‘out of date’, sehingga tidak
lagi sesuai dengan perekembangan masyarakat saat itu. Namun para
pemikir-pemikir itu masing-masing mencoba mengemukakan resepnya untuk
memperbaiki keadaan. Sehingga resep-resep ini hingga kini masih dirasakan
relevan dan aktuil serta berguna.
Tapi
yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita harus mewarisi dan menyikapi
pemikiran ini secara arif dan bijakasana, mengingat keadaan yang sudah sangat
berbeda dengan berselang waktu yang sudah sangat lama 2.500 tahunan ini, dimana
keadaan yang terjadi saat itu kini sudah tidak ada lagi. Untuk menjawab pertanyaan diatas ini, yang
jelas ada tiga hal penting yang harus diperhatikan. Yaitu kita harus berpikir
bagimana untuk tidak mengambil telak secara total itu semua. Terhadap
ajaran-ajaran mereka ini, kita harus
bersikap seperti berikut:
- Jangan
mengambil begitu saja secara keseluruhan ajaran-ajaran mereka, karena walaupun
ajaran-ajaran mereka ini sangat berpengaruh, tapi masih banyak persoalan dan
kelamahannya.
- Jangan
mengawarisi secara keseluruhan ajaran mereka, karena keadaan sudah berubah dan
sistim patriakhalisme feodal sudah tidak ada lagi.
- Jangan
mengwarisi langsung secara mutlak dan telak, karena seperti yang telah
disebutkan dalam Jilid V bahwa permasalah ini diumpamakan seperti tiga hal
berikut :
- Seperti
pertanding sepak bola.
- Seperti
pandai (tukang) besi.
- Seperti
telunjuk tangan.
Jadi
untuk mempelajari ajaran-ajaran yang lahir pada masa itu, kita harus seperti
menonton pertandingan bola, kita tiak boleh terjun langsung dalam lapangan
bertandingan, walaupun melihat adanya kesalahan-kesalahan. Juga harus seperti
pandai besi menempah besi, besi tidak bisa ditempah hanya satu sisi saja,
demikian juga seperti menunjuk bulan, tidak bisa melihat tulunjuk tangan yang
menunjuk, tapi harus melihat sang rembulan. Jadi tidak bisa secara telak
mewarisi langsung begitu saja secara bulat-bulat.
Ajaran-ajaran
para pemikir ini bisa membangkitkan kekritisan cara kita dalam berpikir,
sehingga melatih otak kita dalam menganalisa masalah. Tapi hasil dari pelatihan
otak ini hanya tergantung dari kesadaran dan perasaan diri kita sendiri. Maka
kita tidak bisa secara langsung mengoper alih begitu saja semua ajaran-ajaran
tersebut. Berhubung latar belakang sejarah dan keadaan yang berbeda, dimana
strata dan kelas kemasyarakatan juga berbeda. Sehingga tidak bisa secara telak
mewarisi langsung begitu saja secara bulat-bulat.
Lalu
bagaimana baiknya kita mewarisi jajaran-ajaran para pemikir ini? Yi Zong Tian
memberi saran dengan mewarisi secara abstrak, yaitu dengan memberi
perupamaan-umpamaan. Misalnya ketika
kita mendengar dan membaca puisi dan nyanyian orang susah yang putus asa
atau putus cinta, walaupun kita tidak mengalami hal yang serupa, tapi dalam
keadaan hati susah bisa juga menikmati puisi dan nyanyian tersebut. Dengan kata
lain kita harus bisa memilah-milah sendiri, dengan secara abstrak, meresapi
puisi dan nyanyian tersebut. Memang demikian proses perkembangan pemikiran
manusia sepanjang sejarah, demikian juga dengan perkembangan ilmu pengetahuan
alam.
Misalnya
dengan ‘Ilmu Ukur’ yang diciptakan oleh orang Mesir, mengapa orang Mesir bisa
menemukan Ilmu Ukur? Karena sungai Nile setiap tahun alirannya berubah-ubah,
sehingga tanah ditepian sungai ini juga berubah-ubah, setiap tahun harus
mengukur kembali luas tanah sesuai dengan pemilikannya bagi setiap pemiliki
tanah tersebut, sehingga setiap tahun harus bisa mengukur luas tanah ini
kembali. Maka diciptakan ‘Ilmu Ukur’.
Ilmu
ini bisa kita oper alih dan diwarisi, untuk tidak hanya mengukur tepian tanah
Sungai Nile. Demikian juga dengan pemikir-pemikir zaman ‘Perang Musim Semi
& Gugur’ serta ‘Peperangan Negara-negara’, seperti perkataan Kong Hu Cu diatas
: Hanya anak perempuan dan “orang kecil” yang paling susah untuk dipeliharanya,
jika kita dekat, mereka bisa tidak hormat pada kita, jika kita jauhi, mereka
bisa mengeluh. (唯女子与小人 为难养也 近之则不孙 远之则怨 wei nv zi yu xiao ren, wei nan yang ye, jin
zhi ze bu sun, yuan zhi ze yuan ) juga bisa kita warisi secara demikian. Yaitu
dalam mengerjakan sesuatu harus menimbang rasa, jangan terlalu dekat dan juga
jangan terlalu mejauhi, ambillah jalan tengah yang terbaik. Demikian juga kita
dalam melakukan suatu pekerjaan. Dengan
berbuat demikian, berarti telah mengatasi semua kelemahan-kelamahan yang
terdapat dalam ajaran pemikir tersebut diatas.
Misalnya
dengan pemikiran Moti, yang menekankan akan adanya Dewa dan Roh, mereka
mempercayai bahwa Dewa dan Roh itu memang ada dan eksis, dengan maksud agar
manusia mau berbuat baik.
Dalam
buku Moti ada satu tulisan “Artikel Tentang Hantu”《明鬼篇ming gui pian》yang
mempunyai arti “Benar-benar ada roh”. Pada permulaan tulisannya langsung
mengatakan bahwa : “Mengapa dunia sekarang ini menjadi kacau, mengapa orang
sekarang hatinya tidak mantap, kenapa sekarang moralitas dan tatakrama melorot
dan hancur, sebabnya karena semua orang tidak percaya adanya Roh (Tuhan).
Mereka tidak tahu bahwa didunia ada Dewa dan Roh. Dewa dan Roh mempunyai tugas
untuk mengawasi manusia agar mau berbuat baik, dan tidak berbuat hal-hal jahat.
Barang siapa yang berbuat baik, maka dia akan mendapat pahala dan kesehatan,
serta naik pangkat dan menjadi kaya, barang siapa yang berbuat jahat, maka
mendapat hukuman menjadi sakit, menjadi bangkrut dan lain-lain. Karena semua
orang tidak percaya, maka moralitas dan tatakrama menjadi runtuh.
Tapi
perkataan ini ada kelemahannya, karena jika Dewa & Roh memang ada dan
esksis didunia ini, maka bagi yang pecaya atau tidak percaya Dewa & Roh
seharusnya tetap saja bisa dihukum bagi yang berbuat jahat dan bagi yang
berbuat baik diberi pahala. Ini bisa diumpamakan seperti polisi, polisi itu ada
dan tugasnya akan menangkap orang yang melanggar hukum. Jadi bagi seorang yang
percaya atau tidak percaya akan adanya polisi, jika dia melanggar hukum, maka
polisi akan tetap menangkapnya, tidak mungkin karena kita tidak percaya adanya
polisi lalu tidak bisa ditangkap polisi, jika kita melanggar hukum. Dewa & Roh
seharusnya juga berbuat demikian. Demikianlah analogi dan hukum logikanya.
Tapi
apakah pemikiran ini perlu kita tetap diwarisi? Jawabnya perlu, tapi harus
meresapinya dengan logika dan akal sehat, tidak dikarena kita tidak percaya
akan adanya dewa & roh atau adanya Tuhan, lalu kita boleh berbuat semaunya,
tanpa memperdulikan apakah perbuatan itu adalah perbuatan yang disebut dosa,
dalam hati kita harus dibentuk suatu perasaan untuk respek dan merasa takut
serta hormat kepada pihak lain.
Pihak
lain itu bisa saja adalah Tuhan, Dewa, Roh, atau bisa juga yang lain, misalnya
respek terhadap Kebenaran, bagi abdi negara harus respek terhadap Rakyatnya. Masalahnya
sekarang banyak orang sudah tidak ada perasaan untuk respek terhadap apapun,
jadi perbuatan apa saja juga tegah untuk dilakukannya. Ini sebenarnya sangat
menakutkan. Karena dengan adanya
perasaaan respek tersebut seperti yang telah disebutkan diatas maka dapat
mencegah seseorang untuk berbuat sewenang-wenang.
Maka
untuk mewarisi pandangan Motisme tentang teori “Dewa & Roh” untuk zaman
sekarang secara logika adalah sesuatu yang absurb, tapi kita masih bisa tetap
bisa menyerapnya sebagian dari Motisme tentang azas keadilan yang diusulkan
mereka, yaitu harus memiliki hati respek terhadap pihak lain dan takut berbuat
yang tidak patut. Seorang yang memiliki perasaan demikian, maka jika berbuat
sesuatu tidak akan sewenang-wenang. Ini adalah yang dimaksud mewarisi ajaran
Motisme secara abstrak dan menyimak segi positifnya.
Kemudian
bagaimana kita harus mewarisi ajaran dari Konfusinisme, Motisme, Daoisme, dan
Legalisme secara abstrak dan menyimak segi positifnya? Untuk lebih jelasnya, baiknya
dengan contoh soal.
Misalnya
saja tentang pandangan dan pemikiran kaum Legalis, yang peramasalahannya lebih
banyak. Permasalahan kaum Legalis ini sangat tidak menghargai hak rakyat
jelata, tidak ber-prikemanusiaan, penganut politik totaliter.
Salah
satu contoh adalah Tokoh Legalis awal Guan Zong (管仲guan zhong), dia menetapkan suatu peraturan bahwa
seorang tidak diperkenankan pindah profesi, keturunan petani akan tetap sebagai
petani berkerja dalam pertanian, keturunan buruh akan tetap sebagai buruh,
keturunan pedagang hanya boleh berdagang dan sebagai pedagang, keturunan kaum
pelajar hanya boleh sebagai pelajar. Selain itu juga tidak diperbolehkan pindah
tempat tinggal, sebagai petani harus tinggal dilokasi yang ditelah ditentukan
untuk petani, demikian juga dengan buruh, pelajar, pedagang harus tinggal
dilokasi yang telah ditentukan untuk mereka, tidak boleh pindah keluar dari
lokasi yang telah ditentukan sesuai dengan profesinya.
Ini
betul-betul meremehkan dan memandang rendah hak-hak rakyat, rakyat sama sekali
tidak diberi hak untuk menentukan nasib dan statusnya sendiri serta tidak
diperkenankan beralih profesi dan pekerjaan.
Yang
kedua, tidak ber-prikemanusiaan. Seperti Shangyang (商鞅) pernah sekali menghukum penggal kepala orang
sebanyak lebih dari 700 orang ditepi Sungai Wei, sehingga air sungai menjadi
merah. Ini tercatat dalam buku sejarah kuno.
Politik
totaliter, semua kekuasan diserahkan kepada hanya seorang Raja atau Penguasa
Tertinggi Negara. Bahkan menurut usulan Legalis dalam suatu negara tidak
diperbolehkan ada perbedaan pendapat atau bebas mengemukan pendapatnya.
Hanfei韩非 ada mengatakan : Kamu harus
melindungi kaum penguasamu, dengan menjamin agar rakyat tidak memberontak, yang
terpenting adalah mematikan pikirannya dengan tidak memberi kesempatan mereka
(rakyat) untuk berpikir, berbicara dan mengemukan pendapatnya, tidak memberi
kesempatan mereka (rakyat) untuk bergerak.
(禁奸之法 太上禁其心 其次禁其言 其次禁其事《韩非子 说疑》
Jin jian zhi fa, tai shang jin qi xin, qi ci jin qi yan, qi ci jin qi
shi).
Dengan
kata lain dalam kekuasaan kaum Legalis rakyat tidak diperbolehkan untuk
sembarangan berbicara, tidak diperkenankan bergerak semaunya sendiri, serta
tidak boleh sembarangan mengemukakan pendapat. Ini sungguh-sungguh keterlaluan,
berpikirpun tidak diperkenankan. Dan inilah yang dimaksud dengan “Hukum” oleh
kaum Legalisme. Jadi Legal yang dimaksud kaum Legalis ini sama sekali tidak
sama dengan Legal atau Hukum pada zaman sekarang ini.
Hukum
sekarang prinsip utamanya ialah melarang orang untuk sembarangan bertindak,
tapi tidak melarang orang untuk berpikir dan mengemukakan pendapatnya. Sedang
kaum Legalis yang pertama adalah melarang orang untuk mengemukakan pendapatnya.
Hanfei mengatakan: “Perpustakaan harus dimusnahkan, tempat-tempat baca harus
dimusnahkan, perpustakaan dan koleksi buku-buku pribadi harus dimusnahkan,
suatu negara yang diperintah oleh seorang kudus, tidak boleh ada buku, untuk melakukan
pendidikan cukup dengan peraturan-peraturan, yaitu dengan membaca
peraturan-peraturan dan hukum-hukum tertulis dari dokumen negara. Semua buku
tidak boleh dibaca kecuali peraturan-peraturan yang dikeluarkan negara. Kaum
cendikiawan dan intelektual harus semua dimusnahkan. Yang tinggal hanya para
pejabat, para pejabat ini yang akan menjadi guru.
(明主之国 无书简之文 以法为教 无先王之语 以吏为师《韩非子 五蠹》Ming
zhu zhi guo, wu shu jian zhi wen, yi fa wei jiao, wu xian wang zhi yu, yi li
wei shi).
Model
negara yang diusulkan oleh Hanfeizi, dalam negara kecuali Peguasa Negara atau
Raja dan Pejabat, dalam masyarakat hanya boleh ada dua macam orang yaitu
Angkatan Perang dan Petani. Yang menjembati Raja dan Rakyat adalah abdi negara
atau pejabat, mereka ini yang membimbing rakyat.
Ini
adalah salah satu cikal bakal dari penyebab pokok mengapa Qin Shi Huang 秦始皇 kaisar pertama di Tiongkok
membakar buku dan membunuhi kaum terpelajar saat dia berkuasa. Maka usulan dan ajaran Legalisme ini
benar-benar membawa banyak permasalahan, tapi apakah ajaran dan pemikiran yang
demikian masih ada yang bisa kita warisi? Ternyata masih ada, yaitu memerintah
negara dengan ‘Hukum’. Terbuka, Adil, Sama rata, Tidak Pilih Kasih. Hanfeizi mengatakan: Hukum harus terbuka dan
diumumkan kepada khalayak ramai. (法莫如显 使民知之 《韩非子 难三》fa
mo ru xian, shi min zhi zhi). Hukum
harus adil, tidak perduli dia itu bangsawan, pejabat negara atau rakyat jelata,
hukum berlaku adil terhadap semua orang.
( 法不阿贵 绳不扰曲《韩非子 有度》fa
bu a gui, sheng bu rao qu). Jika terjadi pelanggaran, tidak perduli apakah
dia itu pejabat istana atau pejabat tinggi harus tetap dihukum, jika berbuat
baik dan berjasa tidak perduli apakah dia itu dari rakyat jelata dari strata
terendah harus tetap diberi hadiah atau imbalan. (邢过不避大臣 赏善不遗匹夫《韩非子 有度》xing
guo bu bi da chen, shang shan bu yi bi fu).
Ini
yang dinamakan Adil. Memerintah negara dengan Terbuka, Adil dan Sama rata.
Prinsip ini hingga kinipun tetap berlaku diseluruh dunia. Hukum harus terbuka, adil dan berlaku bagi setiap
individu tidak perduli apapun jabatanannya dan kedudukannya.
Namun
kita mungkin akan heran dan bertanya-tanya, mengapa Legalisme yang begitu
bengis dan totaliter tapi bisa mencetuskan idee demikian? Penyebabnya karena
Peraturan yang dirancang oleh kaum Legalis untuk memerintah negara, adalah
untuk bisa dipakai oleh Raja atau Penguasa Tertinggi Negara yang tidak berotak
cemerlang, ini adalah suatu keunggulan dari kaum Legalis.
Menurut
Konfusianis, Motis, dan Daois penguasa tertinggi haruslah orang yang cemerlang
atau orang kudus, tapi penguasa kala itu adalah berdasarkan sistim keturunan.
Legalis beranggapan bahwa tidak bisa dijamin bahwa keturunan dari seorang Raja
yang cemerlang pasti juga cemerlang. Bahkan yang terjadi justru sebaliknya
keturunannya makin lama makin bodoh dan tidak becus. Jadi agar suatu negara
bisa terus berjaya, maka perlu diciptakan suatu sistim atau peraturan atau
hukum bagi penguasa ini agar bisa memerintah dengan baik, tidak bisa lagi
mengadalkan kecakapan individu belaka. Perlu diciptakan suatu perangkat sistim
agar mekanisme pemerintahannya dapat secara otomatis berjalan dengan baik.
Sehingga walaupun seorang Raja dungunpun yang memerintah, tapi dia cukup
menjalankan pemerintahannya berdasarkan sistim peraturan yang ada.
Jadi
keunggulan dari Legalisme adalah beranggapan bahwa ‘Sistim lebih bisa
diandalkan daripada kecemerlangan seseorang’.
Maka
untuk menanggapi ajaran-ajaran dari para pemikir zaman ‘Perangan Musim Semi
& Gugur’ dan ‘Peperangan Negara-negara’ ini kita harus bisa menganalisa
dengan melihat latar belakang sejarah dahulu, dan membandingkan dengan situasi
kini, dimana yang tidak cocok dengan keadaan sekarang kita singkirkan dan
segi-segi positifnya kita ambil untuk diwarisi dan kita coba trapkan dalam
kehidupan sehari-hari kita. Misalnya saja seperti yang diusulkan oleh kaum
Konfusianis tentang ‘Cinta Benvolence’, kala itu mereka bertujuan untuk kembali
dan mempertahankan ‘Sistim Strata/Kelas’ jelas ini tidak baik, tapi ‘Cinta
Benovolence’ adalah sesuatu yang sangat baik, jadi patut kita warisi.
Kaum
Legalisme mengusulkan mengatur negara dengan “Hukum/Peraturan” tujuannya untuk
melindungi Penguasa Tertinggi atau Raja, ini jelas tidak baik. Tapi kita jelas
melihat bahwa ‘Sistim’ lebih handal daripada ‘Kecakapan Manusia’, jadi ini
patut kita warisi, demikian juga dengan usulan tentang Hukum harus terbuka,
adil dan sama rata dalam memerintah negara, ini patut diwarisi.
Dengan
lain kata kita harus bisa melihat lebih jernih ajaran-ajaran ini, dan
mengadakan penyesuaian-penyesuai dengan keadaan kita sekarang untuk pembangunan
dan untuk memasukkan dalam kehidupan kita se-hari-hari.
Namun
akan timbul pertanyaan, setelah membaca semua Ajaran-ajaran yang dicetuskan
oleh Pemikir-pemikir zaman ‘Perang Musim Semi & Gugur’ & ‘Peperangan
Negara-negara’ atau Pra Dinasti Qin, apa saja yang dapat kita warisi dan simak
?
Marilah
kita coba bahas ditulisanberikutnya ................
Daftar Perpustakaan
- 先秦诸子百家争鸣: 易中天
CCTV
- 经典阅读文库 ---- 论语 李薇/主编
- 经典阅读文库 ---- 道德经 李薇/主编
- 中国古典名著精品 ---- 菜根谭 洪应明 著
- Internet
: http://friesian.com/confuci.htm :
Confucius
- 孔子
----- 維基百科,自由的百科全書 Internet
-
网址:http://www.popyard.org
- 中国人生叢书 -----
墨子的人生哲学 杨帆/主编 陈伟/著
- Internet
: http://baike.baidu.com
- The
Sayings of Mensius / 英译孟子 史俊赵校编
- 南华经 庄子 周苏平 高彦平 注译 安徽人民出版社
- 庄子 逍遥的自由人 林川耀 译编 出版者 :常春树书坊
-
http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml 春秋五霸之---晋文公
-
“When China Rules The World - The
rise of middle kingdom and the end of the western world” by Martin Jacques ALLEN LANE an imprint of
Penguin Book, First Published 2009
used ford edge titanium
ReplyDeleteGoldilocks.com ion titanium on brassy hair › titanium bikes goldilocks › goldilocks › goldilocks titanium 3d printer titanium 4000 › titanium engagement rings Goldilocks