Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung
dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid V
( 2)
Mengembalikan Harkat Manusia
Seperti telah
diceritakan bahwa Kong Hu Cu menginginkan kembali pada Sistim dan
Ketentuan-ketentuan pada zaman Zhou yang telah lewat, untuk ini beliau coba
untuk memulihkan dan mengusulkan dengan gencar agar masyarakat mau mematuhi
tatakrama dan ketentuan serta kebudayaan Zhou (礼乐制度和礼乐文化li yue zhi du he
li yue wen hua). Namun penguasa dan masyarakat kala itu banyak yang menolaknya,
sehingga misinya tidak berhasil.
Dengan
kesimpulan diatas kita ingin tahu apa itu ‘Sistim Peraturan yang diciptakan
oleh orang Zhou yang disebut Li Yue (礼乐制度li yue zhi du)’, kiranya ini Peraturan
dan Ketentuan yang bagaimana? Peraturan atau ketentuan ini mengapa bisa lahir
dan dapat dilaksanakan kala itu? Namun Peraturan atau ketentuan tersebut
mengapa setelah dapat dilaksanakan dengan baik ratusan tahun, tapi akhirnya
runtuh juga?
Untuk membahas
hal ini, pertama kita perlu mengetahui siapakah pencetus dari ‘Peraturan Li
Yue’(礼乐制度li yue zhi du) ini? Pertama yang
mengusulkan dan dianggap sebagai pencetusnya adalah Zhou Gong (周公).Siapakah Zhou
Gong? Dia adalah seorang yang sering bertemu dengan Kong Hu Cu dalam mimpinya,
seperti yang telah diceritakan di Jilid I ketika Kong Hu Cu menjelang wafat,
beliau mengeluh sudah lama tidak bermimpi bertemu dengan Zhou Gong. Mengapa
Kong Hu Cu sering bermimpi bertemu dengan Zhou Gong? Karena Zhou Gong adalah
pencetus dan perangkum dari ‘Sistim dan Ketentuan Li Yue dan Kebudayaan Li Yue
( 礼乐制度和礼乐文化li yue zhi du he li yue wen hua).
Zhou Gong (周公) adalah putra
dari Raja Zhou Wen Wang (周文王), adik dari Raja Zhou Wu Wang (周武王). Bernama Ji
Dan (姬旦), dua tahun setelah Zhou Wu Wang
menumbangkan Raja Yin Zhou, Zhou Wu Wang meninggal karena sakit. Penerus
kerajaan adalah Putra Mahkota dari Zhou Wu Wang bernama Zhou Chen Wang (周成王), bernama Ji
Song(姬诵) . Saat Putra Mahkota naik tahta dia
masih balita, jadi Zhou Gong bertindak sebagai pelaksana pemerintahan untuk
sementara menunggu putra mahkota dewasa. Selama menjadi care taker, Zhou Gong
menyusun “Peraturan Tatakrama, Menyusun dan menata Hirarki Kemasyarakatan dan
Kerabatan serta Kompensasi Hiburan” yang dinamakan “Sistim Li Yue”(礼乐制度li yue zhi
du).
Atau dengan kata
lain Zhou Gong setelah meraih kemenangan militer, beliau mengadakan
“Pembangunan Politik dan Pembangunan Kebudayaan” dengan menanamkan dasar
Kebudayaan Zhou, bahkan juga menjadi dasar Perkembangan
Kebudayaan Tionghoa hingga kini. Pengaruh ini benar-benar masuk sangat jauh
mendalam ke tradisi dan kebudayaan orang Tionghoa hingga dikemudian hari....
Bahkan hingga kinipun sebagai orang Tionghoa masih terpengaruh dengan
kebudayaan ciptaan Zhou Gong tersebut.
Yang menjadi
pertanyaan mengapa Zhou Gong menciptakan ‘Peraturan Li Yue’(礼乐制度li yue zhi du)?
Sebenarnya penyebab langsung diciptakannya kebudayaan ini adalah pelajaran dari
runtuhnya Yin Shang Wang (殷商王) . Seperti diketahui saat Zhou Wu Wang
mengadakan penyerangan dan menumbangkan Dinasti Shang (商) waktunya sangat
singkat, hanya memakan waktu satu bulan.
Saat itu
penyerangan mulai bergerak pada Bulan Satu, Bulan kedua sudah dapat
menumbangkan Kerajaan Yin Zhou (殷纣). Ini terjadi kira-kira tahun 1027SM,
Zhou Wu Wang memimpin serombangan pasukan untuk menyerang Yin Zhou (殷纣), Raja Yin
Shang Wang (殷商王) mendengar ini langsung mengerahkan
juga pasukan infantri dan kavaleri sebanyak 700 ribu pasukan untuk menyambut
pasukan Zhou Wu Wang. Tapi pasukan ini lebih dari setengahnya adalah pasukan
yang dibentuk secara dadakan dari para budak dan tawanan perang,
se-hari-harinya telah mengalami tekanan dan siksaan dari Raja Yin Shang Wang (殷商王), mereka sangat
dendam terhadap Raja Yin Shang atau Shang Zhou Wang (商纣王), sehingga
pasukan ini tidak ada yang bersedia berkorban untuknya. Di medan perang ketika
pasukan Zhou menyerbu, mereka berbalik dan menyerang pasukan Raja Shang Zhou
Wang (商纣王) yang setia, bersama-sama pasukan Zhou
menyerang pasukan Shang(商). Sehingga 700 ribu pasukan dengan
sangat singkat akhirnya bisa dikalahkan dan dihancurkan. Raja Shang Zhou Wang (商纣王) melihat
situasi demikian akhirnya bunuh diri, maka runtuhlah Dinasti Shang.
Mempertimbangkan
peristiwa ini, dimana sebuah Kerajaan besar dalam satu bulan bisa runtuh,
sehingga membuat orang Zhou sendiri juga tidak mengerti dan percaya serta tak
habis pikir bahwa hal ini bisa terjadi.
Maka berpikirlah
mereka, satu Kerajaan Yin Shang (殷商) yang begitu besar dan kuat, begitu
diserang langsung tumbang. Penyebabnya apa? Setelah mereka pelajari,
ditemukanlah jawabannya, mereka ini ‘Sangat tidak menganggap orang sebagai
manusia’(不把人当人bu ba ren dang ren), inilah unsur
terpenting kenapa kerajaan ini tumbang begitu mudahnya.
Bagaimanakah
Kerajaan Yin Shang (殷商) ini dalam memberlakukan sikap ‘Tidak
menganggap orang sebagai manusia’? Pada
pokoknya ada dua unsur penting :
-
Orang
sebagai Qurban (人牲ren sheng)
-
Orang
dikubur hidup-hidup untuk menemani orang yang meninggal (人殉ren xun)
Orang sebagai
Qurban(人牲ren sheng) dimana orang dibunuh untuk
persembahan dalam upacara keagamaan yang besar sekali. Qurbannya adalah
menyembelih manusia hidup. Dalam upacara
seperti ini jika Qurbannya adalah binatang disebut “Hewan Qurban’(畜牲 chu sheng),
binatang/hewan sebelum disembelih disebut sheng(牲). Hewan untuk Qurban
dan Persembahan bulunya harus rata dan homogen, jika putih harus putih mulus
sekujur badannya, demikian juga jika warna hitam harus mulus. Hewan berwarna
demikian disebut xi (牺), tubuh hewan yang sempurna dan tidak
cacat disebut sheng (牲). Namun baik itu chu sheng (畜牲) atau xi sheng
(牺牲) keduanya
adalah binatang. Tapi ren sheng (人牲) yang di-Qurban-kan adalah manusia
hidup dalam persembahan agamanya, jadi kesimpulannya ‘Tidak menganggap orang
sebagai manusia’ .
Ren xun (人殉), adalah orang
hidup di-Qurban-kan untuk menemani orang yang telah meninggal, dengan dikubur
dalam liang kubur yang sama. Peristiwa
begini sangat banyak ditemukan bukti-buktinya oleh para arkeolog dalam
eksplorasinya, kadangkala ada juga orang dan anjing dikubur dalam satu liang
lahat.
Dalam masa
Kerajaan Yin Shang (殷商) yang di-Qurban-kan tidak hanya para
budak, tapi juga para rakyat jelata, bahkan kaum bangsawan sekalipun. Mengapa
bangsawan juga di-Qurban-kan? Karena agama Yin Shang menyembah Roh dan Dewa,
sangat hormat terhadap Roh dan Dewa. Jika mengadakan upacara agama yang besar
atau saat mengadakan persembahan untuk Raja yang meninggal, maka yang akan
menjadi Qurban adalah ‘Bangsawan’. Karena Qurban ini dipersembahkan untuk “Dewa
& Roh”nya, jadi menganggap Qurban itu sebagai hadiah kepada para “Dewa
& Roh” nya. Hadiah makin besar maka pahalanya akan makin besar,
meng-Qurban-kan bangsawan adalah hadiah besar, jika Qurbannya ‘Rakyat Biasa’
termasuk kategori hadiah menengah, jika Qurbannya budak termasuk kategori
hadiah kecil. Jadi jika Qurbannya budak harus berjumlah banyak.
Akibat dari
kebiasaan Qurban ini menjadi penyebab utama runtuhnya Kerajaan Yin Shang(殷商), karena tidak
mendapat dukungan Rakyat dan masyarakat. Ketika Zhou Wu Wang bergerak untuk
menyerang Kerajaan ini, dan berhadapan dengan pasukan Kerajaan Yin Shang(殷商), sebelum
terjadi pertarungan semua pasukannya berbalik arah dan mengarahkan
tombak-tombak dan senjata-senjatanya kebelakang bukannya kearah lawan.
Akibatnya pasukan Kerajaan Yin Shang(殷商) yang menghadang pasukan Zhou Wu Wang
menjadi Pasukan terdepan dari pasukan Zhou Wu Wang. Maka tidak heran jika dalam
sebulan “Kerajaan Besar” runtuh.
Pelajaran ini benar-benar menyedihkan. Maka Zhou Gong berpikir dan
berkesimpulan bahwa Kerajaan Zhou yang baru menang perang ini jangan sampai
berkembang menjadi seperti demikian.
Dari pelajaran
ini Kerajaan Zhou mengadakan perbaikan budaya sosial masyarakat dengan mengambil
tindakan-tindakan sebagai berikut :
-
‘Me-manusia-kan
Orang’ (把人当人ba ren dang ren)
-
‘Me-manusia-kan
Dewa-dewi’ (把神当人ba shen dang ren)
Pelajaran
pertama adalah jika Kerajaan Yin Shang (殷商) ‘Tidak
Menganggap Orang Sebagai Manusia’, maka sekarang Zhou sebaliknya akan ‘Me-manusiakan Orang’(把人当人ba ren dang ren)
dan inilah Yang Disebut Benevolence 仁 atau ‘Cinta Benevolence’ (仁爱 ren ai). 仁(ren) dalam aksara Tionghoa disebut 人其人(ren qi ren)
atau ‘Me-manusia-kan Orang’ (把人当人ba ren dang ren).
Bagaimana untuk
‘Me-manusia-kan Orang’? Adalah menghapuskan Qurban. Melarang dan meniadakan
Qurban dalam segala persembahan agama. Yaitu menghapus semua sistim dan
ketentuan serta kebiasaan : Orang sebagai Qurban(人牲ren sheng) dan
Orang dikubur hidup-hidup untuk menemani orang yang meninggal (人殉ren xun)
Menurut sebagian
cendikiawan ada yang mengatakan bahwa mereka (orang Zhou) berhasil menghapuskan
aturan ini, tapi menurut sebagian cendikiawan lagi berpendapat masih belum
benar-benar berhasil, karena cara-cara Qurban demikian masih saja berlangsung
hingga zaman Dinasti Qin dan Han ( 秦汉) {Qin tahun 221-205SM ; Han206SM-220M}.
Disaat Kaisar
Qin (秦始王Qin Shi Wang) meninggal dalam makamnya
juga masih mengubur banyak sekali orang-orang hidup bersamanya. Namun walaupun
Aturan dan Sistim ini tidak terhapuskan sama sekali, tapi dalam lubuk hati
orang Zhou telah ditanamkan suatu pandangan dan pengertian bahwa segala bentuk
Qurban itu adalah salah.
Berkaitan dengan
masalah ini ada bukti-bukti dan catatan sejarah sebagai berikut: Pertama
tentang Raja Song Xiang Gong (宋襄公), dia ini juga merupakan salah satu
dari lima Super Power pada zaman ‘Peperang Musim Semi & Gugur’ . Pernah
sekali Song Xiang Gong bersekutu dengan Negara Chao(曹) dan Zhu(邾), saat upacara
peresmian persekutuan Song Xiang Gong sebagai Panglima Persekutuan meminta Raja
Zhu Wen Gong (邾文公) untuk membunuh Raja Ceng(曾) pada upacara
peresmian persekutuan itu.
Ini adalah
Qurban manusia, sedang yang jadi Qurban adalah seorang Raja dari negara kecil.
Tapi salah satu pejabat Raja Song Xiang Gong(宋襄公) yang bernama
Ziyu (子鱼) menentang peng-Qurban-an tersebut. Dia
mengatakan : Upacara persembahan yang kecil tidak boleh memakai Qurban yang
besar.
(小事不用大牲而况敢用人乎祭祀以为人也《左传.僖公19年》 xiao shi bu
yong da sheng, er kuang gan yong ren hu). * (Zaman
itu ada 6 tingkatan Qurban disebut ‘六牲liu sheng’ yaitu: Kuda, Sapi, Kambing,
Babi, Anjing, Ayam ). Tapi dalam upacara
tersebut diatas kenyataannya yang menentang untuk Qurban Raja Ceng tidak
berdaya, akhirnya Raja Ceng(曾) jadi Qurban. ( Negara Ceng ini
termasuk kategori negara ke 4 = Zi Jue子爵), sedang Negara Song adalah negara
besar ( Gong Jue公爵). Usaha meng-gagalkan Qurban kali ini
walaupun tidak berhasil, tapi telah menunjukkan suatu pandangan penentangan
atas cara Qurban ini, yang bagaimanapun telah di-ekspresikan dan disuarakan.
Yang kedua
penentangan Qurban berhasil. Suatu ketika ada seorang Dafu (大夫) bernama Chenzi
Che (陈子车) meninggal, istrinya dan pengurus rumah
tangganya, mengusulkan pada upacara berkabungnya ingin diadakan menyebelih
manusia sebagai Qurban, bahkan siapa-siapa yang harus di-Qurban-kan telah
ditulis dalam daftar.
Adik Chenzi Che (陈子车)yang bernama
Chenzi Kang (陈子亢) menetang usulan ini. Maka dia menemui
kakak iparnya dan pengurus rumah tangganya, dan dia mengatakan : “Kalian tidak
boleh melakukan ini, kenapa harus membunuh orang hidup untuk Qurban dalam
upacara pemakaman?” .
Pengurus rumah
tangga mengatakan : “Tuan mungkin tidak tahu, almarhum tidak meninggal didalam
negeri, tapi meninggal diluar negeri, bahkan saat almarhum sedang sakit, ketika
itu sama sekali tidak didampingi dan dilayani oleh satupun pelayan. Benar-benar
kasihan sekali beliau dan kita merasa aib. Maka setelah beliau meninggal kami
bermaksud memberi beliau dua orang pelayan untuk mendampingi beliau yang sedang
sakit didunia akhirat....”.
Kakak iparnya
menimpali untuk mendukung pendapat pengurus rumah tangga itu dengan berkata:
“Ya memang betul demikian. Saudara besarku (kakak Chenzi Kang 陈子亢). Saudara anda
sungguh belum menikmati hidup enak, setelah meninggal kita ingin mencarikan
orang untuk merawatnya. Bukankah ini normal-normal saja dan idee yang baik
?”
Chenzi Kang (陈子亢) berkata :
“Ohhh... sekarang saya baru tahu, kalian mengatakan bahwa kakak saya perlu ada
orang yang merawatnya didunia akhirat. Betulkah begitu? Menurut pendapat saya
yang paling cocok dan tepat untuk merawat dia bukankah kalian berdua, kakak
ipar dan pengurus rumah tangganya? Ini adalah usulan saya. Tapi menurut
pendapat saya lebih baik tidak ada Qurban manusia dalam upacara pemakaman, tapi
jika memang harus ada dan akan mengirim dua pelayan untuk mendampingi kakak
saya di akhirat, maka yang paling tepat adalah kalian berdua yang dikirim
sebagai Qurban.”
Akhirnya kedua
orang ini tidak berani berkomentar lagi. Selanjutnya usulan Qurban manusia ini
tidak jadidilaksanakan, maka penentangan ini berhasil.
Chenzi Kang (陈子亢) adalah juga
Chen Kang (陈亢), adalah salah satu orang yang pernah
kita ceritakan saat membahas tentang Kong Hu Cu. Dimana dia pernah mengajukan
pertanyaan kepada Zigong dan juga kepada Kongli (孔鲤) putra Kong Hu
Cu. Chen Kang walaupun bukan seorang murid langsung dari Kong Hu Cu, tapi dia
ini benar-benar pengikut dari paham Konfusianisme tulen.
Karena Kong Hu
Cu sendiri juga menentang keras atas “Peraturan & Kebiasaan” akan Qurban
Manusia Hidup’ ini (人殉ren xun). Konghuchu
bukan saja menentang ‘Qurban Manusia Hidup’ pada upacara penguburan, bahkan juga
menentang segala simbolis Qurban yang menggunakan patung-patung atau boneka-boneka manusia (俑yong).
Karena Orang
Zhou setelah menghapuskan Peraturan dan Kebiasaan Qurban Manusia dalam upacara
penguburan, masih ada saja yang coba menggantikan kebiasaan ini dengan
cara-cara simbolis “Manusia palsu” berupa patung-patung dan lainya yang
serupa, yang disebut Yong (俑yong). Seperti
yang kita lihat dimakam Kaisar Qin Shi Huang (秦始皇) yang
dilengkapi dengan banyak sekali patung-patung warrior dan kuda-kuda yang
disebut Bing Ma Yong ‘Patung Warrior’ (兵马俑bing ma yong)
adalah suatu sombilis yang mewakili manusia hidup. Saat itu ada yang dibuat
dari kayu dan ada juga dari terrakota, dibuat persis seperti manusia benaran.
Untuk kebiasaan ini Kong Hu Cu sangat menentangnya.
Kong Hu Cu
mengatakan : “Siapakah inventor pembuat patung-patung untuk upacara pemakaman
ini, orang ini harus kita kutuk dan putuskan hubungan dengannya secara turun
menurun”.
(始作俑者其无后乎《孟子梁惠王上》shi zuo yong
zhe, qi wu hou hu).
Mengapa Kong Hu
Cu menganggap hal ini sangat serius? Menurut seorang cendikiawan Yanbo Jun (杨伯峻) ketika membaca
“Mensisus” menemukan bahwa Kong Hu Cu tidak mengetahui bahwa Yong(俑) ini untuk
simbolis menggantikan manusia hidup. Kong Hu Cu berpendapat bahwa jika dalam
upacara penguburan masih digunakan patung mansuia (俑yong), maka
dalam perkembangannya selanjutnya lama-lama akan menggunakan manusia hidup
benaran. Maka Kong Hu Cu menentangnya.
Tapi menurut Yi
Zhong Tian cendikiawan piawai dalam kuliah umum tentang Kong Hu Cu, mengatakan
bahwa seharusnya Kong Hu Cu sudah mengetahui patung-patung manusia ini
merupakan simbolis pengganti manusia hidup yang sebenarnya. Jadi sejak semula
Kong Hu Cu sangat menentang Qurban Manusia (人殉ren xun), baik
itu manusia benaran ataupun patung sebagai manusia palsu.
Dalam konteks
ini Mensius mengatakan mengapa Kong Hu Cu menentang patung ini? Salah satu
alasannya karena Orang palsu ini terlihat seperti benar-benar manusia. Ini bisa
dilihat dengan Makam Kaisar Qi Shi Huang yang terkenal degan patung-patong
terrakotanya, patung-patung ini ukurannya sama seperti manusia biasa dan raut
mukanya satu sama lain tidak ada yang sama, demikian juga dengan terrakota
patung-patung kudanya. Bahkan patung-patung kayu(木俑mu’yong) yang
dibuat kala itu untuk penguburan orang meninggal ada yang bisa bergerak seperti
manusia hidup yang disebut Yong Dong(俑动yong dong).
Sehingga menurut
beliau jika menyetujui atau mentoleransi menggunakan patung-patung manusia ini
dalam upacara pemakaman itu, juga berarti menyetujui legalitas dari Penguburan
dengan Qurban Manusia.
Semangat
menentang ini merupakan ‘Semangat Prikemanusia,’ sedikitnya semangat
prikemanusia primitif yang telah ditunjukkan oleh Kong Hu Cu.
Diatas merupakan
salah satu kebudayaan yang diciptakan oleh orang-orang Zhou ----‘Me-manusiakan
Orang’(把人当人ba ren dang ren).
Tindakan kedua,
‘Me-manusia-kan Dewa-dewi’ (把神当人ba shen dang ren), mengapa harus
mengambil tindakan demikian? Karena orang Zhou masih mempertimbangkan apakah
“Tadir/Nasib” atau Tian Ming(天命) masih diperlukan atau tidak? Dewa-dewa
dan Roh-roh apakah masih diperlukan atau tidak?
Kesimpulan akhir
mereka, ini masih diperlukan, karena tanpa ini pemerintahan dan kekuasaan
mereka tidak mempunyai dasar atau legitimasi untuk mengambil tindakan-tindakan
selajutnya. Karena “Dewa Dewi” ini merupakan asal muasal dari legitimasi dari
penguasa terdahulu Kerajaan Yin Shang(殷商), jika ini ditiadakan maka legitimasi
dari Penguasa Zhou dari mana? Untuk ini Penguasa Tertinggi Zhou mengatakan
bahwa mereka mendapat “mandat dari langit” untuk menjadi Penguasa Tertinggi.
Maka “Mandat dari Langit” ini disebut Tian Ming atau “Takdir” atau “Nasib”
dengan kata lain “Perintah dari Langit”( 天的命令tian de ming
ling).
Penjelasan
mereka kepada rakyat kala itu mengatakan mengapa mereka (Zhou) sekarang berkuasa
karena “Mandat Langit”, “Mandat” kepada Raja Yin Shang telah dicabut. Memang
sebenarnya langit memberi mandat kepada Xia, tapi Xia telah berbuat salah maka
Langit mencabut mandatnya dan diberikan kepada Yin. Dan Yin menggantikan Xia,
ini yang dinamakan mengganti Mandat atau Revolusi. Sekarang Zhou mengantikan
Yin. Ini adalah sudah kodrat alam, dikehendaki oleh langit. Kini Zhou diberi
perintah langit untuk menggantikan Yin. (Yang berarti memutuskan mandat kepada
Yin dan memberikan mandat kepada Xia. (革命ge ming
singkatan dari革除天命ge chu tian ming = 殷革夏命yin ge xia ming,
sekarang 周革殷命zhou ge yin ming ).
Alasan demikian
diperlukan bagi Zhou untuk mencari legitimasi mereka sebagai penguasa tertinggi
yang seolah-olah adalah mandat dari langit. Untuk alasan ini mereka mau tidak
mau harus membicarakan ‘Takdir’ dan “Mandat Langit’ itu ada. Kalau tidak, apa
yang akan dijadikan legitimasi bagi mereka sebagai “Penguasa Tertinggi”, dan
melaksanakan pemerintahannya. Selanjutnya mau tidak mau tentang pemujaan “Dewa
Dewi & Roh’ harus tetap “diadakan”. Sehubungan dengan “diadakan”
“Takdir/Tian Ming天令”, “Dewa Dewi & Roh鬼神gui shen” mau
tidak mau harus ada dalam upacara persembahan, sedang mereka menentang adanya
“Dewa Dewi & Roh” yang disembah oleh Kerajaan terdahulunya (kerajaan
terdahulu menyembah roh), maka untuk mengatasi ini Orang Zhou harus “Men-manusia-kan Dewa Dewi”. (把神当人ba
shen dang ren) .
Menurut
Cendikiawan berpendapat bahwa pemikiran ini juga dicetuskan oleh Zhou Gong.
Dalam Shi Jing(诗经) atau Kitab
Puisi ada satu puisi yang berjudul “Wen Wang文王” dan yang
mengatakan bahwa yang mengarang adalah Zhou Gong.Yang isinya antara lain bahwa
pada saat Kerajaan Zhou mengadakan upacara persembahan juga banyak ikut serta
para bangsawan dari keturunan Kerajaan Yin Shang, yang berpakaian bagus-bagus
dalam upacara tersebut.
Zhou Gong lalu
berpikir bahwa persembahan yang mereka adakan adalah untuk menyembah pada
leluhur orang-orang Zhou, mengapa mereka ini (para mantan bangsawan Yin Shang
atau keturunan Yin Shang ini) dengan sekejap bisa menyembah kepada leluhur
orang Zhou juga? Apakah kelak juga akan mungkin terjadi bahwa orang Zhou juga
akan berbuat serupa dengan menyembah kepada leluhur orang lain? Dengan melihat
kenyataan ini Zhou Gong menjadi cemas. Akhirnya dia mengambil kesimpulan bahwa
segala “Takdir/Tian Ming天令” itu bukanlah hal yang memang ada dan
normal (天命靡常tian ming mi chang), apa itu Tuhan,
Langit dan Raja langit bukanlah yang menentukan untuk seseorang berkuasa atau
menjadi penguasa tertinggi.
Zhou Gong(周公) berkata kepada
Zao Gong(昭公) : “Tian/Langit tidak bisa dipercaya, satu-satunya jalan bagi
kita hanya harus meneruskan politik kebenaran Raja Wen Wang dan Wu Wang (文王&武王). Barulah kita
dapat mempertahankan keberhasilan yang kita dapatkan ini.
(天不可信我道惟宁王德延《尚书君爽》tian bu ke xin,
wo dao wei ning wang de yan).
Diatas ini
menunjukan kematangan dan rasionalitas dari penguasa Zhou, ketika memperoleh
kemenangannya, sikap ini sungguh patut dibanggakan.
Untuk keperluan
diatas maka orang Zhou perlu mendefinisikan kembali dan mengadakan re-evaluasi
serta memberi penjelasan baru tentang Tian, Dewa Dewi & Roh serta
Takdir/Tian Ming. Untuk ini maka diadakan penjelasan baru sebagai berikut:
Untuk “Hubungan
manusia dengan Langit”, dijelaskan bahwa Tian tidak pilih kasih, siapa saja
yang punya budi dan moral akan dibantunya.
(人与天的关系皇天无亲惟德是轮《左传僖公五年》引《周书》ren yu tian de
guan xi, huang tian wu qin, wei de shi
lun).
“Hubungan
manusia dengan Dewa Dewi” ini tergantung dari penilaian Dewa Dewi, yang akan
melihat sikap manusia, berdasarkan sikap manusia yang bersangkutan ini, maka
akan diturunkan pahala atau bencana.
(人与神的关系神聪明正直而壹者也依人而行《左传庄公32年》ren yu shen de
guan xi, shen cong ming zheng zhi er yi
zhe ye, yi ren er xing).
“Hubungan
manusia dengan “Takdir/Tian Ming天令” dijelaskan bahwa Kebuntungan dan
Keberuntungan tidak ada suatu aturannya (pakemnya), jika manusia berbuat baik
dan berpikir atau berharap untuk beruntung, maka akan dapat keberuntungan. Jika
manusia berbuat tidak baik dan mencari kebuntungan darinya maka akan didapatkan
kebuntungan.
(人与命的关系祸福无门惟人所昭《左传襄公23年》ren yu ming de
guan xi, ren yu ming de guan xi, huo fu wu men, wei ren shuo chao)
Dengan adanya
ketiga redefinisi dan penjelasan baru diatas, maka lama kelamaan pemujaan
terhadap dewa dewi dan “Tuhan” menjadi pemujaan terhadap manusia. Pemujaan
terhadap segala dewa dewi dan “Tuhan” telah digantikan untuk pemujaan terhadap
manusia, dan akhirnya kegiatan pemujaan
menjadi arena pemujaan manusia. (Maka terjadilah Agama Orang Kudus 人宗教ren zong jiao).
Ini yang menjadi
sikap Kong Hu Cu terhadap segala Dewa Dewi dan “Tuhan” : Kita tetap menghormati
dewa dewi dan “Tuhan”, tapi dalam upacara persembahan diusahakan se-sederhana
mungkin, namun akan lebih baik dijauhi.”
(敬鬼神而远之可谓知矣《论语雍也》jin gui shen er
yuan zhi, ke wei zhi yi).
Kata-kata ini
diucapkan saat muridnya Fan Chi (樊迟) bertanya tentang akal sehat. Kong Hu
Cu mengatakan bahwa usahakan agar rakyat jelata tetap menghormati segala
persembahan, namun harus tetap menjaga jarak terhadap segala “Tuhan, dewa dewi
dan roh”.
Lebih lanjut
Kong Hu Cu mengatakan : “Apakah dewa dewi dan roh itu memang benar eksis? Jika
mau meyembah seharusnya ketika mereka itu sedang tampak atau memang ada
...
( 祭如在祭神如神在《论语八佾》ji ru zai, ji
shen ru shen zai).
Lebih lanjut
Kong Hu Cu mengatakan : “Terbentuknya alam semesta merupakan interaksi
ying-yang dan jalannya waktu, jika menganggap Tian sebagai maha pencipta adalah
melanggar hukum alam, menyembah sesuatu yang tidak diketahui seperti ‘Tian’
adalah percuma”.
(孔子:天何言哉?四时行焉,百物生焉。天何言哉?- 获罪于天,无所祷也《论语第17篇》. Kongzi : tian
he yan cai? Si shi xing yan, bai wu
sheng yan. Tian he ya cai? Huo zui yi tian, wu suo dao ye) .
Kong Hu Cu ada
mengatakan : “Tanpa mengerti apa yang disembah, sungguh memalukan.”
(非其鬼而祭之,谄也《论语·为政》fei qi gui er ji
zhi, chan ye).
Pernah juga
beliau berkata : “Saya tidak mau membicarakan hal yang tahjul, kekerasan,
kekacauan, dan dewa,setan,tuhan. (子不语:怪,力,乱,神《论语集注》zi bu yu: guai,
li, luan, shen).
Ada sebagian
cendikiawan yang menyimpulkan perkataan ini menunjukkan bahwa sebenarnya Kong
Hu Cu tidak mempercayai eksistensi segala tuhan, dewa dewi roh dan setan (tapi
ada yang berpendapat sebaliknya)....Tapi keadaan saat itu tidak bisa secara
terangan-terang menyatakan bahwa itu semua tidak eksis. Dan menunjukan dirinya
adalah Atheis. Sikap Kong Hu Cu yang
demikian ini yang menyebabkan dituduh oleh Moti (墨子) bahwa Kong Hu
Cu dan Kongfusianis itu ‘Orang Bijak Palsu’( 伪君子wei jun zi).
Karena sudah jelas tidak percaya eksistensi Tuhan, dewa dewi dan roh, tapi
tetap saja ikut-ikutan mengadakan persembahan (sebenarnya ini lebih dikarenakan
toleransi terhadap keadaan).
Apakah dalam hal
ini Kong Hu Cu memang seorang ‘Orang Bijak Palsu’( 伪君子wei jun zi)?
Juga tidak.
Tentang masalah upacara persembahan ini Kong Hu Cu menjelaskan, mengapa manusia
harus mengadakan upacara persembahan adalah untuk menggunakan upacara
persembahan Dewa Dewi ini untuk bisa mempersatukan orang-orang yang hidup, saat
kita mengadakan upacara persembahan semua orang akan berkumpul dan bersatu.
Demikian juga
saat mengada upacara persembahan terhadap leluhur juga akan sama. Tujuan utama
hanyalah untuk mencurahkan perhatian kita terhadap mereka. Seperti juga saat
ada seseorang meninggal dan diadakan upacara berkabung, dimana untuk mengenang
jasa-jasa yang meninggal, kita berpitado
dan memberi pujian-pujian dan lain sebagainya, walaupun kita tahu bahwa yang
meninggal tidak akan mendengar dan mengetahui apa yang kita lakukan atau
bicarakan untuk almarhum. Tapi tetap saja kita lakukan upacara tersebut, tidak
lain karena untuk mencurahkan perhatian kita kepada yang bersangkutan, dengan
harapan melalui upacara tersebut dapat mempersatukan dan mempererat ikatan
persatuan bagi yang masih hidup. Inilah yang menjadi tujuan yang sebenarnya,
karena itu kita tidak perlu mengetahui apakah Tuhan. Dewa dewi roh itu apakah
memang ada atau tidak, anggap saja mereka itu ada... Dan semua ini hanyalah
sebuah sikap pengertian belaka.
Dalam hal ini
Kong Hu Cu dengan gamblang mengatakan : “Kita tetap menghormati dewa dewi dan Tuhan”,
tapi dalam persembahan diusahakan se-sederhana mungkin, namun akan lebih baik
dijauhi….” (敬鬼神而远之可谓知矣《论语雍也》jin gui shen er
yuan zhi, ke wei zhi yi).
Sikap ini juga
menunjukan “Men-manusia-kan Dewa Dewi”. (把神当人ba shen dang
ren)
Sikap Kong Hu Cu
yang ini hingga kinipun tetap aktuil, menurut Kong Hu Cu segala “Tuhan”, dewa
dewi roh sebenarnya adalah segala hal yang sementara masih tidak dimengerti dan
ketahui, hal ini tidak mudah untuk disangkal atau dibenarkan atau disetujui
adanya oleh manusia.
“Tuhan, Dewa,
Dewi, Roh” merupakan pengetahuan manusia primitif menanggapi gejala alam yang
masih belum dimengerti, yang dikarenakan
belum menguasai ilmu pengetahuan alam. Sehingga celah-celah yang belum
diketahui oleh manusia ini mudah sekali dieksploitasi oleh sebagian manusia
untuk kepentingannya.
Seperti telah
kita ketahui bahwa saat peradaban manusia mulai berkembang, semua kelompok
manusia pasti memiliki pemujaan dan kepercayaan. Karena pemujaan dan
kepercayaan ini akan menjadi perekat persatuan dari kelompok manusia tersebut,
persatuan ini sangat diperlukan untuk kelangsungan dan perkembangan hidupnya.
Pertama memuja
benda-benda, pohon-pohon(animisme) kemudian barulah memuja dewa dewi, dan
roh-roh. Seperti Kerajaan Xia(夏) memuja benda-benda, Kerajaan Shang (商) memuja Dewa
dewi & Roh-roh, sedang Zhou(周) telah mengubah image dan kebudayaan
yaitu ‘Me-manusiakan orang’ dan ‘Me-manusiakan dewa dewi dan roh-roh’, maka
yang dipuja mau tidak mau harus manusia. Kemudian siapakah yang harus dipuja?
Maka tidak lain adalah orang kudus atau “nabi” (圣人sheng ren). Hal
ini merupakan salah satu unsur terpenting dari kebudayaan orang Tionghoa yang
diciptakan oleh orang-orang Zhou.
Siapa dan orang
yang bagaimana yang disebut orang kudus
atau “nabi” (圣人sheng ren)? Pada pokoknya ada dua
persyaratan atau dua kreteria :
1.
Mempunyai
jasa besar.
2.
Sebagai
penemu/pencipta besar / innovator.
Orang-orang ini
adalah Fu Yi (伏义), Sheng Nong(神农), Yan Di (炎帝), Huang Di (黄帝), Yao(尧), Shun (舜), Yu (禹). Shang Dang
Wang (商荡王), Zhou Wen Wang (周文王), Zhou Wu Wang (周武王). Belakangan
ditambah dengan Zhou Gong (周公), Kong Hu Cu/ Kongzi (孔子).
Dayu(禹) berhasil
mengatasi banjir, Zhou Gong pencipta kebudayaan baru. Huangdi pencipta kereta,
Sheng Nong pencipta pertanian. Sejak saat itu semua pemujaan terhadap segala
dewa dewi dan roh sudah digantikan oleh orang-orang kudus / ‘nabi’ (圣人sheng ren).
Kemudian
perkembangan selanjutnya juga ada pemujaan terhadap para pahlawan-pahlawan,
namun pemujaan terhadap para pahlawan ini tidak sekuat dengan pemujaan terhadap
orang-orang kudus. Salah satu contoh dalam cerita “San Kok” (Perang Tiga Negara三国演义) yang juga
cukup dikenal di Indonesia, dari sekian banyak pahlawan dalam cerita ini yang
paling dipuja hanya Guan Gong atau Guan Tehya (关羽) dan Kong Beng (孔明), sedang
menurut kenyataan sejarah Guan Gong ini kalah dalam perang dan juga tidak
sebagai penemu.
Tapi kenapa
dipuja? Dalam hal ini bisa kita lihat dari definisi orang kudus menurut Mensius
: ‘Orang kudus, adalah orang yang paling berbudi luhur dan sangat bajik.” (圣人人伦之至也《孟子离娄上》Sheng ren, ren
lun zhi zhi ye).
Jadi orang yang
disebut orang kudus adalah orang yang patut menjadi teladan bagi kita, yang
telah menunjukan budi pekerti yang luhur, berjasa dalam membela nusa dan
bangsa. Dengan kata lain dengan adanya pemujaan terhadap orang kudus sebenarnya
adalah pemujaan terhadap ‘Budi Yang Luhur’ ( 道德崇拜dao de chong
bai).
Dalam konteks
ini dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Zhou setelah berhasil menumbangkan Yin
Shang, mereka berpikir kembali mengapa Kerajaan Yin Shang bisa dengan mudah dan
cepatnya tumbang dari pemberontakan yang diadakan orang Zhou. Kesimpulannya
adalah karena “Tidak Manusiakan Orang”, menyadari akan pengalaman buruk ini,
diambillah suatu pelajaran untuk mempertahankan kemenangan yang telah diraih.
Maka orang Zhou mengusulkan suatu pemikiran yang tidak dikemukakan secara
langsung dan gamblang, didapatlah satu kesimpulan “Manusia Sebagai Dasar atau Fondamen”
atau Berorientasi kepada manusia (以人为本yi ren wei ben), sedang Kerajaan Yin Shang
adalah bedasarkan “Dewa Dewi Sebagai Dasar’ atau Berorientasi kepada Dewa (以神为本yi shen wei
ben).
Tiga ciri-ciri
dari “Manusia Sebagai Dasar/Fondamen” atau Berorientasi kepada Manusia (以人为本yi ren wei ben)
ini ialah :
-
Menausiakan
orang ( 把人当人ba ren dang ren)
-
Memanusiakan
Dewa, Dewi ( 把神当人ba shen dang ren )
-
Manusia
sebagai Dewa Dewi ( 把人当神 ba ren dang shen )
Semenjak orang
Zhou menciptakan “Manusia Sebagai Dewa Dewi ( 把人当神 ba ren dang
shen ) dan terciptanya pemujaan terhadap orang-orang Kudus (圣人sheng ren).
Sejak itu orang Tionghoa tidak memiliki jiwa keagamaan ( 宗教情结zong jiao qing
jie). Orang Tionghoa sebenarnya tidak “beragama” dan tidak memiliki jiwa dan
pengertian akan “agama” ( 宗教意识zong jiao yi shi ). Karena semua
kebajikan, kebenaran dan semua ajaran dalam agama yang mengajarkan manusia
untuk berbuat baik, berbuat jujur, tidak berbuat jahat, tidak sirik dan
lain-lain telah diambil alih oleh pemujaan terhadap Orang-orang Kudus(圣人sheng ren).
Dengan tiga ciri
diatas telah mencerminkan sebagai berikut :
-
Menausiakan
orang ( 把人当人ba ren dang ren) mencerminkan
Perikemanusiaan (人道主义ren dao zhu yi )
-
Memanusiakan
Dewa, Dewi ( 把神当人ba shen dang ren ) mencerminkan Sikap
Kritis dan Logika ( 理智态度li zhi tai du).
-
Manusia
sebagai Dewa Dewi ( 把人当神 ba ren dang shen ) mencerminkan Jiwa
dan semangat moralitas tinggi (道德精神dao de jing shen)
Ketiga
kesimpulan diatas ini dapat disatukan menjadi “Manusia Sebagai Dasar/Fondamental”
atau Berorientasi kepada manusia (以人为本yi ren wei ben).
Kemudian apakah
hubungannya dengan Tata Krama & Tata Tertib dan Kebudayaan Tata Krama &
Tata Tertib Zhou Gong(礼乐制度li ue zhi du ? Marilah kita bahas
di tulisan yang berikutnya.......
(
Bersambung....... )
*Kenapa manusia
menyembah atau bersembayang kepada Tuhan, Dewa, atau Leluhur? Pada hakekatnya untuk kebahagiaan manusia. Maka jika peresembahan demikian
harus meng-Qurban-kan Manusia harus ditentang.
Daftar
Perpustakaan
- 先秦诸子百家争鸣: 易中天 CCTV
- 经典阅读文库 ---- 论语李薇/主编
- 经典阅读文库 ---- 道德经李薇/主编
- 中国古典名著精品 ---- 菜根谭洪应明著
- Internet : http://friesian.com/confuci.htm : Confucius
- 孔子 -----
維基百科,自由的百科全書 Internet
-
网址:http://www.popyard.org
- 中国人生叢书 -----
墨子的人生哲学杨帆/主编陈伟/著
- Internet :
http://baike.baidu.com
- The Sayings of
Mensius / 英译孟子史俊赵校编
- 南华经庄子周苏平高彦平注译安徽人民出版社
- 庄子逍遥的自由人林川耀译编出版者:常春树书坊
- http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml 春秋五霸之---晋文公
- “When China Rules The World - The rise of middle kingdom and the end of the
western world” by Martin Jacques ALLEN
LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009
No comments:
Post a Comment