Friday 22 July 2016

Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM Jilid VI (5)

Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid VI

(5)


Seruan Untuk Berbuat Cinta

Dari bahasan Motisme bisa ditarik pelajaran dengan kita harus mengembangkan :
-   Kesetaraan ( 平等ping deng)
-   Saling menguntungkan ( 互利hu li)
-   Saling cinta mencintai ( 博爱bo ai )

Dari Daoisme kita mendapat pelajaran yang mengharuskan adanya :
-   Ketulusan ( 真实zhen shi )
-   Kebebasan ( 自由zi you )
-   Toleransi ( 宽容kuan rong )

Dari Legalisme walaupun tokoh-tokohnya bertindak sangat kejam, namun telah membawa ketertiban masyarakat, dan mengusulkan cara-cara untuk menjamin pelaksanaan ‘Rule of Law’ yang berkeadilan. Kaum Legalis telah meninggalkan dan mewariskan kepada kita suatu kebudayaan yang sangat berharga yaitu:
-   Keterbukaan (公开gong kai) Openness
-   Samarata (公平gong ping) Equity
-   Berkeadilan (公正gong zheng) Candour

Cara pemikiran ini walaupun hingga abad kini masih memiliki peran yang sangat berarti. Pemikiran Konfusianisme, Motisme, Legalisme walau bagaimanapun intisarinya masih bisa kita tarik sebagai pelajaran, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa yang paling berpengaruh sangat dalam dan besar terhadap kebudayaan dan cara pemikiran (way of thinking) terhadap orang Tionghoa di Tiongkok dan di dunia adalah Konfusianisme.

Lalu bagaimana baiknya kita memahami pemikiran Konfusianisme? Kiranya Konfusianisme ini telah meninggalkan atau mewariskan apa saja kepada orang Tionghoa? 

Untuk mengetahui apa saja yang telah diwariskan Konfusianisme kepada orang Tionghoa, maka perlu lebih dulu mengetahui apa yang menjadi fokus perhatian dari mereka. Sebenarnya yang menjadi fokus perhatian dari para tokoh-tokoh pemikir zaman itu semuanya tidak sama.

-   Motisme fokus perhatiannya adalah ‘Masyarakat’
-   Daosime fokus perhatiannya adalah ‘Kehidupan’
-   Legalisme fokus perhatiannya adalah ‘Negara’
-   Konfusianisme fokus perhatiannya adalah ‘Kebudayaan’

Seperti yang telah diceritakan bahwa Kong Hu Cu mempunyai dua orang murid yang bernama Zi Gong (子贡) dan Zi Lu(子路), dua murid ini pernah menanyakan kepada Kong Hu Cu satu pertanyaan tentang Guan Zhong (管仲)*3 ini orang yang bagaimana?    Guanzhong(管仲)*3  adalah patih dari Negara Qi saat Raja Qi Huan Gong (齐桓公) memerintah. Guanzhong ini asalnya adalah mengabdi kepada Gongzi Jiu (公子纠)*4, saat terjadi perebutan kekuasaan Gongzi Jiu berhasil dibunuh oleh Qihuan Gong, dan ketika itu Guan Zhong adalah guru dari Gongzi Jiu.

Tapi Guanzhong ini saat majikannya dibunuh tidak bunuh diri, bahkan mengabdi kepada pembunuh majikannya yaitu Raja Qi Huan Gong untuk mengurus pemerintahannya. Hal ini bagi Zigong dan Zilu sangat tidak berkenan dan sangat tidak pantas. Maka mereka berdua menanya kepada gurunya (Kong Hu Cu), Guanzhong ini orang yang bagaimana? Namun Kong Hu Cu memberi penilaian yang tinggi, Kong Hu Cu mengatakan: “Jika tidak ada Guanzhong, kita bisa harus menggundulkan rambut kepala, dan kancing baju kita harus dibuka dari kiri.”  (微管仲  吾其被发左衽矣《论语  宪问》  wei guan zhong, wu qi bei fa zuo ren yi). 


Arti dari ucapan ini adalah bahwa pada masa itu orang Tionghoa (suku Huaxia华夏) yang berpendidikan, rambut kepala tidak boleh dipotong, jika panjang harus digelung diatas kepala dan ditusuk dengan sebatang “konde”, jika dia seorang bangsawan gelungan rambut ditambah dengan topi atau mahkota. Baju pada umumnya dibuka kearah kanan, tidak boleh kearah kiri, karena dengan dibuka kearah kanan itu menunjukkan seorang terpelajar. Jika kepala dibotaki dan kancing baju dibuka baju kearah kiri itu menunjukan orang primitif dan tidak berpendidikan.

Dalam konteks diatas maksud Kong Hu Cu ialah jika tidak ada Guanzhong yang telah coba mempertahankan kebudayaan bangsa Huaxia (orang Tionghoa), maka bangsa Huaxia akan menjadi suku bangsa primitif. Menurut Kong Hu Cu ini akan lebih parah, seperti kita ketahui bahwa menurut tatakrama kuno (古人道德gu ren dao de) “Jika Raja terhina maka penjabatnya harus bunuh diri” (君辱臣死jun ru chen si) ini adalah tatakrama kuno (adat kuno), sedang baju yang bagaimana yang harus dipakai dan rambut harus bagaimana ditata semua ini adalah kebudayaan.

Memang menurut tatakrama, Guanzhong tidak tidak patuh tatakrama, tapi dia telah mempertahankan kebudayaan, maka jasa dia adalah besar. Ini menunjukan bagi kita bahwa ‘Kebudayaan’ lebih penting dari ‘Tatakrama’(道德dao de).  ‘Kebudayaan’(文化wen hua) lebih penting dan lebih tinggi daripada ‘Tatakrama’ (道德dao de) adalah pemikiran Kong Hu Cu yang sangat ‘Agung’ sekali.

Sebagai orang Tionghoa kenapa dia itu bisa dianggap sebagai orang Tionghoa, karena ‘Kebudayaan’(文化wen hua) orang Tionghoa sepanjang sejarah ribuan tahun tidak pernah terputus sebagai bangsa Tionghoa.

Sehingga sebagai seorang Tionghoa walaupun mengembara dan ber-imigrasi kemana saja didunia ini tetap saja akan terlihat ciri-ciri orang Tionghoanya, bagi bangsa lain di dunia akan tetap dengan mudah untuk bisa mencirikan dia adalah ‘Orang Tionghoa’. Mungkin dari film dibawah ini bisa terlihat bagaimana ‘Ajaran Konfusianisme’ sangat mempengaruhi terhadap way of life dan way of thinking dari orang Tionghoa.

Judul Film “刮痧( Skin Scraping ) Gua Sha Treament”2001) *5
Gua Sha刮痧 adalah suatu cara pengobatan Tiongkok kuno yang tercatat dalam buku “Pengobatan Tabib Dunia Yang Mujarab”《世医得效方shi yi de xiao fang yang ditulis oleh tabib Wei Yi Lim (危亦林) pada tahun 1337M (元代医家危亦林在公元1337年撰成的《世医得效方》 yuan dai yi’jia wei yi lin zai gonyuan 1337 nian zhuan cheng de shi yi de xiao fang), cara pengobatan ini sama seperti kerok badan di Indonesia, bila terkena sakit panas badan, yang dikerok akan menimbul barot-barot merah pada bagian kulit badan yang dikerok.    
Garis besar ceritanya sebagai berikut :
Seorang bernama Xida Tong (许大同) yang telah 8 tahun tinggal di Amerika, businessnya juga berhasil, rumah tangganya bahagia. Pada suatu tahun baru, saat mengadakan pembagian hadiah-hadiah dia berkata kepada semua orang sekelilingnya bahwa dia cinta Amerika, impiannya di Amerika telah terwujud. Tapi suatu kejadian telah menyadarkan dia dari mimpinya.   

Suatu hari putranya bernama Denis sedang kena demam panas, sang ayah yang tidak bisa membaca bahasa Inggeris dengan baik tidak berani memberikan obat yang ada dirumah, maka dia mencoba mengobati dengan cara mengerok badan anaknya hingga balur-balur merah. Balur-balur merah ini terlihat oleh teman Amerikanya Paul yang juga majikannya, dan dikira bekas dipukuli oleh ayahnya. Ini yang kemudian akan menjadi masalah ketika kelak terjadi persidangan di pengadilan.

Pernah suatu ketika pada pesta malam anaknya ribut dengan anak majikannya orang kulit putih Amerika bernama Paul, melihat ini Tuan Xi menyuruh anaknya untuk minta maaf kepada Paul, tetapi Denis tidak mengubrisnya bahkan membantah. Ketika itu Ayah Paul sudah bermenyatakan tidak apa-apa, tapi ketika itu Denis bukannya meminta maaf bahkan meludah dan marah-marah, melihat sikap anak ini, dipukullah sang anak oleh ayahnya (Tuan Xi). Melihat kejadi ini sang majikan (orang Barat) menjadi bingun.

Kemudian Tuan Xi diajukan ke pengadilan pada Lembaga Pelindungan Anak, dituduh telah menganiaya anak. Ketika sang majikan diajukan sebagai saksi, dia bersaksi bahwa dia pernah melihat bahwa memang Tuan Xi pernah memukul anaknya, dan melihat badannya pernah ada balur-balur merah (bekas kerokan), dan ini oleh jaksa dijadikan sebagai bukti penganiayaan.

Tuan Xi merasa tidak senang, karena makjikannya yang telah menjadi teman baik, tapi memberi kesaksian yang memberatkan dia ketika didesak oleh jaksa, dia mengakui bahwa dia melihat Tuan Xi memukul anaknya.

Tapi ketika sang majikan ditegur Tuan Xi, dia bilang bahwa dia hanya menyatakan apa adanya, bahwa dia pernah melihat Tuan Xi memukul anaknya. Akhirnya Pengadilan memutuskan sementara Tuan Xi dilarang bertemu dengan anaknya selama proses pengadilan belum selesai, karena dianggap penyiksa anak, jadi tidak patut menjadi pengasuh anaknya.  

Tapi suatu hari sang majikan ini ketika menderita demam, meminta Tuan Xi untuk melakukan cara pengobatan ‘Gua Sha’ (kerok badan) ini, ternyata memang manjur dan terasa sakitnya redah dan badan lebih baik dan segar. Ketika diajukan ke pengadilan lagi sebagai saksi kedua kalinya, dia menunjukan kepada hakim balur-balur merah bekas kerokannya, dan membenarkan bahwa itu adalah cara pengobatan timur, tapi bukan bekas penganiayaan........

Cerita film ini menujukan konflik dan perbedaan persepsi dari kebudayaan Barat dan Timur. Dimana orang Amerika mengira perbuatan Tuan Xi terhadap anaknya adalah penganiayaan. Dan sebagai teman seharusnya dia melindungi temannya dipengadilan, dengan tidak memberi kesaksian yang memberatkan terhadap teman sendiri. Selain itu dia memukul anaknya sendiri dalam peristiwa ribut anak-anak itu adalah sebagai bentuk hormat dan respek Tuan Xi kepada temannya (sang majikan).

Tapi sang majikan juga tidak mengerti, apa hubungannya dia memukul anaknya sendiri itu dengan bentuk respek kepadanya? Kebiasaan yang dilakukan oleh Tuan Xida Tong ini, sudah menjadi kebiasaan bagi orang Tionghoa yang berpendidikan, jika anaknya ribut dengan anak orang lain, yang dimarahi adalah anaknya sendiri. Sikap ini merupakan suatu bentuk respek yang bersangkutan kepada orang tua anak yang bersangkutan. Kebudayaan ini datangnya dari ‘Ajaran Kong Hu Cu’ atau Konfusianisme.  

Ini bisa dilihat dari kata-kata Kong Hu Cu: “Anak menutupi kesalahan ayah, Ayah menutupi kesalahan anak. Anak membela orang tua, dan orang tua membela anak”. (子为父隐  父为子隐zi wei fu yin, fu wei zi yin).

Menurut Kong Hu Cu jika terjadi perkara dipengadilan maka sebagai anak harus menutup-nutupi kesalahan sang ayah, dan sebagai ayah harus juga menutup-nutupi kesalahan sang anak. Berdasarkan logika ini, maka terhadap teman harus mau menutup-nutupi kesalahan teman dalam pengadilan. Sikap ini adalah yang dianggap benar. Karena menurut hukum logika dari ajaran Konfusinaisme ini juga harus berlaku demikian. ( 有为有隐you wei you yin ).

Ini menyangkut masalah harga diri, masalah harga diri ini adalah pengaruh ajaran Kong Hu Cu yang sangat dalam, karena kaum Konfusianis sangat menitik beratkan pada ‘Moral’ dan “Tatakrama” (道德dao de). ‘Moral’ dan “Tatakrama’ dari Konfusianis memiliki ciri-ciri khusus yang berdasarkan dua unsur yang berpasangan (二人之德er ren zhi de).

Kaum Konfusianis tidak pernah membicarakan tentang ‘Moral’ hanya dari satu pihak saja. Misalnya: Raja cinta kepada pejabat bawahannya, dan pejabat setia kepada Rajanya, ayah cinta anak dan anak berbhakti kepada orangtua. (君仁臣忠  父慈子孝jun ren chen zhong, fu ci zi xiao). 

Contoh lain yang hingga kini masih berkembang yaitu rasa ‘hormat kepada guru dan guru sayang terhadap muridnya’ (尊师爱生 zun shi ai sheng). Kedua pihak adalah berkedudukan berbeda yang satu mempunyai kelas yang lebih tinggi dari yang lain, tapi Konfusianis menghendaki antara dua pihak ini dijadikan ‘sepandan sama rata’(对等dui deng).  Dimana tidak bisa hanya anak saja yang harus cinta dan patuh kepada orang tua, lalu sebagai orang tua boleh berbuat semaunya. Untuk menganiaya anak adalah tidak diperkenankan. Demikian pula sebagai pejabat harus setia kepada Rajanya, tidak berarti bahwa sebagai Raja boleh semaunya menganiaya pejabatnya. Maka sebagai Raja harus mempunyai rasa ‘Cinta’, antara Raja dan Pejabatnya walaupun tidak sama rata kedudukannya, tapi harus sepandan sama rata atau setara.  Jadi selalu menghendaki dua pihak saling beraksi dan bereaksi, tidak pernah hanya ber-aksi dari satu pihak saja yang melakukan ‘tatakrama’. Maka ciri khusus dari Konfusianisme adalah antar manusia adalah tidak sama rata kedudukannya, tapi menghendaki kesepadanan dan setara sama-rata.

Maka Mensius mengatakan : Jika kamu tidak baik kepada saya, saya juga boleh tidak baik terhadap kamu. (君视臣如土芥  臣之视君如寇雠jun shi chen ru tu jue, chen shi jun ru kou chou). 

Jadi masalah ‘Moral’ adalah masalah dua unsur, maka setelah ‘Moral dan Tatakrama’ diturunkan  dan berkembang dikalangan rakyat, jika kamu tidak cinta jangan salahkan rakyat jika mereka juga tidak setia. Menurut pandangan Konfusianis tidak boleh hanya menutut sepihak untuk ber-‘Tatakrama dan Bermoral’. Jika kamu menginginkan orang lain bertatakrama dan bermoral, maka kamu sendiri harus lebih dulu bertatakrama dan bermoral. Sedang sekarang banyak sekali orang menuduh orang lain tidak bertatakrama dan bermoral, maka dia juga tidak bertatakrama dan bermoral kepadanya.   Karena Konfusianis menuntut ‘sepandan dan samarata’, maka diperlukan suatu prasyarat yaitu ‘Saling Berhadapan’ (面对mian dui). Misalnya ada dua orang walaupun kedudukannya berbeda, untuk bisa berhadap-hadapan muka,  maka perlu untuk “Saling Betatap Muka”. Raja dan Pejabat ; ayah dan anak; suami dan istri, adik dan kakak ; guru dan murid harus bisa “Saling Bertatap Muka”.

Untuk saling berhadapan yang diperlukan adalah “Raut Muka”(面子mianzi), maka kita perlu mempunyai “Raut Muka”, jadi raja dan pejabat ; ayah dan anak; suami dan istri, adik dan kakak ; guru dan murid ; dan teman-teman semua harus mempunyai “Raut Muka” agar bisa saling berhadapan muka.

Saling berhadapan muka ini yang disebut ‘Sepandan’ (对了du le). Karena sudah saling ‘Berhadapan Muka’ dan jika terjadi ketidak hati-hatian telah melukai muka salah satu pihak, maka perlu minta ‘Maaf’ dalam artian bahasa Mandarin disebut Dui Bu Qi (对不起), yang mempunyai konotasi ‘Muka Kita Tidak Sepandan’. Yang mempunyai arti bahwa saya sebenarnya ingin untuk menyepandankan, bukan tidak ingin tidak menyepandankan, saya juga mengerti tentang “Saling Berhadapan Muka”, karena “Muka Anda Besar” dan “Muka Saya Kecil”, sehingga tidak bisa  menyepandankannya atau dalam bahasa Mandarin disebut Dui Bu Qi (对不起). 

Minta ‘Maaf’ Dui Bu Qi(对不起) sebenar mempunyai arti yang demikian. Maka ketika pihak lawan mengatakan ‘Maaf’ Dui Bu Qi(对不起), maka pihak kita akan berkata ‘Tidak Apa-apa’ (没有关系mei you guan xi) yang mempunyai arti bahwa antara kita tidak ada terjadi hubungan apa-apa, jadi perbedaan itu tidak eksis, dengan kata lain tidak ada masalah, tapi sekarang saya sudah mengatakannya,  jadi kini sudah ‘Sepandan dan Samarata’ (对起dui qi).

Kembali kepada konteks cerita film diatas, maka menurut prinsip orang Tionghoa, Orangtua Amerika teman Tuan Xi itu seharusnya memukul anaknya sendiri, karena ‘Tidak Sepandan’(不对bu dui), tapi orang Amerika ini tidak mengerti way of thinking (pola berpikir)  dari orang Tionghoa ini, dengan logika apa memukul anak untuk respek kepadanya? Dia tidak mengerti ini, dan Tuan Xi ketika memukul anaknya dengan spontan tanpa sadar, hanya menuruti naluri kebiasaan ketimuran saja. Hal ini terjadi karena telah menjadi tradisi dari orang Tionghoa, dan atas dasar cara berpikir dari orang Tionghoa pada umumnya. Sikap ini sudah mengedap pada semua kalbu orang Tionghoa tanpa disadari yaitu perasaan psychologis dari pengalaman sejenis yang mengedap secara turun menurun dalam suatu bangsa. (文化无意识wen hua wu yi shi 集体无意识ji ti wu yi shi). 
Dari peristiwa dalam film ini bisa dibayangkan betapa dalam pengaruh ‘Ajaran Konfusianis’ terhadap kehidupan kebudayaan dan jiwa orang Tionghoa.

Pengalaman penulis sendiri juga sama, ketika masih kecil dan ribut dengan anak tetangga, orangtua penulis pasti memukul dan menyalahkan penulis, walaupun menurut penulis ketika itu merasa yang salah itu adalah pihak anak tetangga. Memang pemikiran yang diusulkan oleh Konfusianisme tanpa disadari telah merasuk dalam kebudayaan dan kehidupan sehari-hari orang Tionghoa, tidak saja yang berada di Daratan Tiongkok, tapi juga terhadap orang keturunan Tionghoa diseluruh dunia.

Maka ‘Nilai Inti Benar/Salah’ kebudayaan ini tanpa diajarkan dan disadari telah menjadi ciri khas dari orang Tionghoa sedunia. Seperti contoh peristiwa yang terjadi di cerita film diatas terjadi tanpa disadari oleh yang melakukannya, merupakan manifestasi dari kejiwaan Tuan Xi dari pengaruh pemikiran Konfusianisme ini.

Maka ‘Nilai Inti Benar/Salah’ atau core value (核心价值观he xin jia zhi guan) kebudayaan ini tanpa disadari telah menjadi ekspresi penting dari ‘Kebudayaan Orang Tionghoa’ yang membedakan dengan kebudayaan bangsa lainnya. Dari sini bisa dilihat bagaimana dalamnya pengaruh pemikiran Konfusianisme terhadap bangsa Tionghoa.

Kemudian bagaimana baiknya kita melihat ‘Ajaran/Pemikiran Konfusianisme’ ini? Yang sangat penting dan signifikans adalah ‘Konfusianisme’ telah menjadi ‘Nilai Inti Benar/Salah atau core value (核心价值观he xin jia zhi guan) bagi orang Tionghoa dimanapun berada.  Seperti telah kita ketahui dalam sejarah manusia didunia terdapat banyak sekali bangsa-bangsa, tapi ada bangsa yang bisa tetap eksis dan berkembang hingga kini, ada juga bangsa yang lenyap. Apakah bangsa yang lenyap ini tidak memiliki kebudayaan? Tidak juga. Setiap bangsa mempunyai kebudayaannya sendiri, namun mengapa bisa lenyap? Menurut cendikiawan Yi Zhong Tian dikarenakan tidak memiliki pandangan atau view ‘Nilai Inti Benar/Salah’ atau core value kebudayaan, dan bangsa ini tidak memiliki dasar kesadaran pengertian umum akan core value tersebut untuk dijadikan pengertian umum bangsanya, yang terus dikembangkan secara bersinambungan dalam kejiwaan kelompoknya. Karena dengan adanya ‘Core Value’ ini maka bangsa tersebut akan tidak bisa lupa dan meninggalkan akar dari asal usulnya.

Demikian juga terjadi pada orang Jawa yang memiliki core value dari kebudayaan Jawa (kejawen) dan bahasa Jawa yang luhur, walaupun sekelompok orang Jawa ditempatkan dimana saja, mereka tetap akan terlihat ke-Jawaannya dari menifestasi dari kebudayaan Jawa yang mereka lestarikan. Misalnya orang Jawa di Suriname dan Mandagaskar, walaupun mereka telah lama meninggalkan tanah airnya sebelum Indonesia berdiri, namun bahasa, kebudayaan dan tradisi Jawa tetap mereka kuasai dan lesatarikan. Ini menunjukkan core value atau ‘Nilai Inti benar/salah’ dari kebudayaan Jawa. Sehingga bagaimanapun mereka masih terlihat ke-Jawaannya, walaupun mereka sama sekali tidak mengenal dan berbahasa Indonesia, tapi mereka tidak pernah melupakan akar dan asal usulnya sebagai orang Jawa.

Perasaan ke-Tionghoan ini siapa yang memberikan? Sebagai orang Tionghoa mengapa merasa dirinya adalah orang Tionghoa? Mengapa orang Tionghoa walaupun mengembara dan bertempat tinggal dimanapun tidak bisa melupakan akar dan asal usulnya adalah orang Tionghoa? Ini disebabkan nenek moyang orang Tionghoa, nenek moyang ini termasuk banyak orang, termasuk Konfusianisme, Motisme, Daosime, Legalisme dan pemikir-pemikir lainnya, juga termasuk semua sanak saudara orang Tionghoa yang ada, semua orang Tionghoa telah berkontribusi untuk perasaan ketionghoan tersebut. Tapi yang berkontribusi besar dan sangat menonjol adalah Konfusianisme, memang Konfusianisme bukannya satu-satunya kontributor untuk hal ini. Tidak bisa mengatakan bahwa dengan membicarakan kebudayaan Tionghoa, maka sama dengan Konfusianisme atau Pemikiran/Ajaran Kong Hu Cu, sama sekali salah. Namun bagaimanapun juga Konfusianisme telah berkontribusi sangat besar pengaruhnya terhadap kebudayaan orang Tionghoa.

Kemudian Konfusianisme kiranya telah berkontribusi dalam ‘Nilai Inti Benar/Salah’ atau core value (核心价值观he xin jia zhi guan) bagi orang Tionghoa yang bagaimana? Kontribusi Konfusianisme terhadap kebudayaan dan way of thinking orang Tionghoa, antara lain dapat dikatakan sebagai berikut :
-   Cinta Benvolence (仁爱ren ai)
- Berkeadilan/Kesetiaan/Kejujuran/Kebenaran (正义zheng yi =Justice)
-   Bertumbuh Kuat Sendiri (自强zi jiang = Self renewal)

Cinta Benevolence(仁爱ren ai) merupakan yang paling ditekankan oleh Kong Hu Cu, dan Berkeadilan/Ketaatan (正义zheng yi = Justice) merupakan yang ditekankan oleh Mensius, dan Bertumbuh Kuat Sendiri (自强zi jiang = Self renewal) yang ditekankan oleh Xunzi荀子.

Pertama kita coba bahas tentang ‘Cinta Benvolence (仁爱ren ai)’nya Kong Hu Cu, bisa diuraikan menjadi tiga pengertian :
-   Cinta Kerabatan (亲亲之爱qin qin zhi ai
-   Cara untuk setia dan sebagai pemaaf (忠恕之道zhong shu zhi dao)
-   Welas Asih /  Hati yang tidak tegahan (侧隐之心ze yin zhi xin)

Cinta Kekerabatan (亲亲之爱qin qin zhi aimaksudnya cinta terhadap kerabat sendiri, pertama kepada Ayah Ibu (双亲shuang qin), kemudian kepada adik kakak. Bhakti terhadap Ayah Ibu (orangtua) disebut Xiao ()cinta terhadap kakak adik disebut Ti (), jadi Xiao + Ti = 亲亲qin qin =  仁爱ren ai (Cinta Benevolence) , jadi ‘Cinta Benvolence’ merupakan dasar dari rasa cinta manusia.

Karena Kong Hu Cu mengira bahwa seseorang secara alamiah akan mencintai ayah ibu, dan kakak adiknya sendiri. Perasaan ini tidak perlu harus diajari atau dididik, jika perasaan ini  juga harus diajari itu berarti binatang. Bahkan binatang saja untuk perasaan cinta semacam ini tidak perlu harus diajari, dimana sang induk akan otomatis melindungi dan menyayangi anaknya. Binatang saja bisa berbuat demikian, apalagi manusia. Jadi rasa cinta ini merupakan dasar dari perasaan manusia. Dan rasa cinta ini bisa dikembangkan dan disebarkan kepada orang lain.

Mengapa? Karena misalnya Xiao atau bhakti atau cinta terhadap ibu bapak, maka dengan sendirinya harus termasuk cinta terhadap Ibu Bapaknya Ayah Ibu sendiri, demikian terus keatas harus cinta kepada kakek nenek dari kakek neneknya Ibu Bapak.  Sedang didepan telah diterangkan bahwa Ibu Bapak juga harus cinta kepada anak-anaknya (父慈子孝fu ci zi xiao), demikian terus kebawah Ibu Bapak harus cinta kepada cucu, cicit, cucu cicit harus cinta kepada cucu ciciknya terus kebawah.    

Ti () adalah cinta seksama saudara, jadi saudara dari saudara saudari juga harus saling dicintai, cinta terhadap saudara-saudara sepupu terus meluas mecintai kekerabatan... terus dikembangkan rasa cinta ini kepada semua famili dan teman-teman famili... terus meluas akhirnya semua dicintai. Jadi secara harizontal dan vertikal semua saling dicintai, akhirnya seluruh orang dunia dicintai dan dunia penuh dengan rasa cinta. Inilah yang disebut ‘Cinta Benevolence’(仁爱ren ai).

Kaum Konfusianis tidak saja mengusulkan alasan dan ber-argumentasi untuk ber-‘Cinta Benevolence’, tapi juga memberi petunjuk cara untuk pelaksanaanya  Yaitu 忠恕zhong shu :
- zhong = 己欲立而立人     己欲达而达人ju yu li er li ren , ji yu da er da ren = proaktif bercinta benevolence.)   
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, atau Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. ) 
 (也即好事要与别人分享,不可独占ye ji hao shi yao yu bie ren fen xiang, bu ke du zhan) 
Atau dengan kata lain jika memang baik, marilah kita sama-sama nikmati, jangan hanya dinikmati untuk diri sendiri saja.
(- shu  = 己所不欲   勿施于人ji suo bu yu, wu suo yu ren = bercinta benevolence secara pasif.
  ( Jangan lakukan yang dirimu tidak suka kepada orang lain ) *6

Namun yang perlu ditekankan bahwa proaktif dan pasif disini adalah sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan penilaian lebih dan kurang. Sedang menurut Kong Hu Cu ‘cinta benevolence’ yang bersifat pasif shu lebih penting dari ‘cinta benevolence’ yang bersifat proaktif yaituzhong.

Pernah sekali Zigong 子贡bertanya kepada gurunya : “Guru, bisakah guru memberi saya satu patah kata saja yang dapat saya pakai sepanjang hidup saya dan dapat membuat saya tidak berbuat salah ?”   
Kong Hu Cu menjawab : “其恕乎  己所不欲   勿施于人 = qi shu hu, ji suo bu yu, wu suo yu ren” *6 yang mempunyai arti jika kamu sebagai manusia tidak bisa mengingat begitu banyak aturan, ingatlah kata-kata  ini. “Jangan lakukan yang dirimu tidak suka kepada orang lain” ditanggung tidak akan salah.

Mengapashu lebih penting daripada  zhong ? Ada tiga alasan. Pertama. Setiap orang akan bisa melakukan untuk berbuat “Mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, tapi jika “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Karena kita mudah melakukan apa yang kita kehendaki untuk mencapai keinginannya, tapi jika kita sendiri gagal bagaimana bisa membantu orang untuk berhasil, hal ini sangat sulit. Tapi jika yang kita tidak menghendaki, dan kita tidak memaksa orang lain untuk melakukannya, ini akan sangat mudah.

Kedua. Semua akan setuju, maksudnya saya mau membantu kamu untuk perbuat sesuatu dan menbantu kamu berhasil, tapi saya tidak punya kehendak untuk itu, dan saya tidak berkehendak untuk mencapainya. Sekarang saya sudah cukup memadai, untuk apa susah-susah berusaha lagi untuk itu. Tapi jika kita berkata kita tidak ingin dimarahi, dan saya tidak memarahi kamu, saya tidak ingin dipukul dan saya tidak memukul kamu, saya tidak mau dihina dan saya tidak menghina kamu, saya tidak ingin kelaparan dan saya tidak mau kamu juga kelaparan, maukah kamu melakukannya? Hal ini tentu saja kamu akan setuju, bahkan tidak ada orang yang mengatakan tidak akan melakukannya. Jadi semua akan setuju.

Yang ketiga. Jangan lakukan apa yang dirimu tidak suka kepada orang lain (己所不欲   勿施于人 = qi shu hu, ji suo bu yu, wu suo yu ren). Sikap ini sangat penting sekali, ini sikap yang menunjukkan menghormati semua orang lain. Saya tidak akan memaksakan pendirian saya kepada orang lain dan sikap ini adalah satu sikap yang sangat menghormati orang lain. Kalimat ini telah menjadi ‘Pengertian Emas’ bagi umat manusia dunia kini, dan telah diukir di Gedung Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). 

PBB lewat Resolusi GA 36/55 telah menetapkan sebuah Deklarasi tentang Penghapusan Semua Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi berdasarkan Agama dan Kepercayaan. Lewat resolusi ini, tidak seorangpun boleh dikenakan pemaksaan, agar tidak mengurangi kebebasannya untuk mempunyai satu agama atau kepercayaan yang telah dipilih. Intinya, resolusi itu menyebutkan tidak seorangpun boleh dijadikan sasaran diskriminasi oleh negara, lembaga, kelompok, atau individu karena agama atau kepercayaannya. *7

Pada tahun 1993 “Konferensi International Antar Tokoh-tokoh Agama Sedunia” telah dicapai dua kesepakatan “Golden Rule” Untuk Hidup Berdampingan Secara Damai antara : Manusia dengan Manusia ; Negara dengan Negara ; Agama dengan Agama ; Kebudayaan dengan Kebudayaan. Yaitu :
·  Memanusiakan manusia ( 把人当人ba ren dang ren )
·  Jangan lakukan yang dirimu tidak suka kepada orang lain (己所不欲   勿施于人ji suo bu yu, wu suo yu ren)
Moto diatas menjadi pandangan dan pengertian umum bagi semua tokoh dan umat agama diseluruh dunia.

Seperti diketahui bahwa dua kalimat yang menjadi moto tersebut memang ada saling berkaitan, karena kita memanusiakan manusia, kita sebagai manusia tidak boleh memaksakan apa yang kita tidak kehendaki untuk diberikan kepada orang lain sebagai sesama manusia.  Sedang Memanusiakan manusia adalah ‘Cinta Benevolence’ (仁爱ren ai ).  Dan moto dari kedua kalimat diatas adalah ‘Pemikiran Kong Hu Cu’, melihat ini betapa agungnya tokoh Kong Hu Cu ini, yang telah mencetuskan pemikiran ini pada 2.500 tahun yang lalu, tapi hingga kini masih Aktuil. Ini tidak hanya menjadi warisan kebudayaan berharga bagi orang Tionghoa saja, tapi juga bagi semua umat manusia didunia.

Kong Hu Cu mengatakan: Bagaimana cara mencintai orang? (仁者爱人ren zhe ai ren) *8 Inti dari Pemikiran Konfusianis antara lain adalah ‘Cinta Benevolence’(仁爱ren ai), dari ini berkembang menjadi Xiao Ti (孝悌) yang berarti cinta  dan berbhakti antara saudara sekeluarga dan 忠恕zhong shu mempunyai arti Setia dan Pemaaf. Menekankan akan pandangan Etika kekeluargaan, dan bagaimana mengatur prinsip ber-toleransi antara seksama manusia.

Sesungguhnya Konfusianisme hanya salah satu bagian dari para pemikir-pemikir pada zaman Pra Dinasti Qin, tapi ketika pada Dinasti Han (Han Timur 202SM-9M & Han Barat 25M – 220M ) saat Raja Han Wu Di 汉武帝 (21 Maret 141SM – 29 Maret 87SM) menetapkan ‘Ajaran Konfusianisme’ sebagai ideologi negara. Maka pemikiran Konfusianisme menjadi ‘pemikiran mainstream’ dimasa itu, sehingga  penyebarannya menjadi sangat luas dimasyarakat Tiongkok.

Namun kecuali penjelasan diatas, apakah Cinta Benevolence ini masih mengadung arti yang lain? Sebelum membahas hal yang ketiga perlu kita uraikan dulu persoalan diatas, terlihat dipermukaan bahwa pemikiran Kong Hu Cu ini telah sangat lengkap, dimana secara vertikal dan horizontal telah bisa dicover, misalnya Xiao bersifat vertikal, dan Ti horizontal, Zhong proaktif, Shupasif,  namun bila didalami masih mengandung persoalan.

Persoalannya berada pada pemikiran Kong Hu Cu yang mengakui dan menyetujui adanya perbedaan ‘Kelas’ dalam masyarakat. Konfusianisme mengusulkan antar manusia  adalah tidak sederajat, tapi berkelas-kelas.  Ini yang menjadi kelemahan yang sangat serius, karena cinta itu berkelas, orang yang harus paling dicintai adalah Ibu Bapak, cinta terhadap saudara derajatnya harus lebih rendah dari cinta terhadap Ayah Ibu, cinta terhadap saudara perempuan derajatnya harus lebih rendah dari cinta kepada saudara lelaki, sedang cinta terhadap istri tidak pernah disebut-sebut.  

Bahkan menurut logika Konfusianisme orang yang paling harus dicintai adalah keluarganya sendiri, kemudian kepada kerabat lainnya, kemudian di-ikuti kepada orang sekampung – sedesa – senegara – orang luar negeri  dan seterusnya terhadap orang-orang seluruh dunia.... cintanya adalah berstrata, bertingkat-tingkat akhirnya makin jauh makin menipis rasa cintanya hingga lenyap....  Yang lebih penting lagi pada kala itu pemikiran ini sama sekali tidak bisa terlaksana. Maka Mensius mengusul gagasan yang ketiga.

Memiliki Welas Asih dan Hati Yang Tidak Tegahan (侧隐之心ze yin zhi xin), kalimat ini merupakan kata-kata dari Mensius, kalimat ini terlihat seperti tidak ada apa-apanya, tapi pengertiannya cukup luas. Maksudnya karena kita bisa beriba hati dan sedih, maka ketika melihat orang sedih dan iba, kita akan ikut sedih dan beriba hati juga. Karena hal inilah maka kita patut juga tidak tegah melihat orang lain sedih, beriba hati atau menderita. Sikap ini yang disebut dengan “Memiliki Welas Asih dan Hati Yang Tidak Tegahan” (侧隐之心ze yin zhi xin) atau Hati yang tidak tegahan ( 不忍之心bu ren zhi xin).

Pernah suatu kali Mensius bertanya kepada Raja Qi Xuan Wang(齐宣王): “Saya dengar bahwa  suatu hari, ketika YM duduk di Hall Dinasti ada seorang sedang menghela sapi. YM menyetop orang yang menghela sapi itu, dan bertanya “Untuk apa sapi ini kamu hela?” .
Orang itu berkata : “Sapi ini akan disembelih untuk keperluan melabur Lonceng” Maksudnya Lonceng itu berpori dan perlu mendempul dan melabur dengan darah sapi, agar Lonceng itu bisa dipakai. 
Mendengar ini YM memerintahkan: “Lepaskan lepaskan sapi itu..”.  
Orang itu berkata: “ Jika saya melepaskan sapi ini, dari mana saya  bisa dapatkan darah untuk melabur Lonceng ?”. 
YM berkata : “Ganti saja dengan darah kambing..... Benarkah cerita ini YM?”.  
Raja menjawab: “Ya, memang benar ceritanya demikian.”.  
Mensius bertanya lagi: “Saya dengar bahwa akibat peristiwa ini, terjadi rumour yang tidak mengenakan dikalangan rakyat, semua mengatakan bahwa sang Raja sensitif, benarkah demikian ?”
Raja menjawab: “Ya. Benar. Rakyat semua mengatakan bahwa saya ini sensitif, pelit. Tapi sebenarnya bukannya demikian, melainkan saya ini tidak tegah melihat sapi itu gemetaran ketakutan, dan sapi itu tidak bersalah apa-apa, mengapa harus dibunuh? Saya benar-benar tidak sampai hati, maka saya minta untuk diganti dengan kambing saja.”.   
Mensius berkata lagi: “Ya, memang sapi ini tidak berdosa, tidak bersalah, dan sebelum dibunuh tentu akan ketakutan. Dan YM melihatnya tidak tegah, tapi bagaimana dengan kambing itu? Apakah dia itu berdosa?”
Raja berkata: “Ya..ya, memang kambing juga tidak berdosa, saya sendiri juga tidak mengerti mengapa saya minta supaya diganti dengan kambing saja? Maka sekarang saya berpikir, kesalahan saya ini bila dicuci dengan air Sungai Kuningpun (Huanghe黄河) tidak akan bisa pupus. Maka tidak heran jika mereka mengatakan saya ini sensitif...”.  
Mensius melanjutkan berkata: “Tidak, bukan begitu. Masalahnya karena YM tidak melihat dengan mata kepala sendiri kambing itu. Jika kambing itu dihela didepan YM dan YM melihat kambing itu ketakutan, saya yakin YM akan melepaskannya juga. Mungkin YM akan minta untuk diganti dengan anjing saja.... YM ... dalam hal ini YM bertindak sangat benar sekali. YM, benar-benar memiliki hati yang tidak tegahan..(不忍之心bu ren zhi xin) dan YM mempunyai hati Welas Asih (侧隐之心ze yin zhi xin). Dengan hati yang demikian YM akan bisa melaksanakan pemerintahan dengan cinta (仁政ren zheng) dan YM akan bisa meng-unifikasi daratan Tiongkok (dunia).

Dari cerita Mensius diatas, kita dapat mendapatkan tiga kesimpulan. Pertama. Welas Asih /  Hati yang tidak tegahan (侧隐之心ze yin zhi xin) adalah perasaan tidak tegahan, tidak tegah orang lain yang tidak berdosa atau bersalah harus menderita. Hati yang demikian, tidak saja terhadap manusia tapi juga terhadap binatang, termasuk tidak tegah hati terhadap penderitaan binatang.

Yang kedua. Perasaan yang tidak tegahan merupakan dasar dari ‘Tata Krama dan Tata Susila’, karena seseorang yang berperasaan demikian barulah bisa menjadi orang yang ber-‘Tatakrama’ dan ber-‘Tatasusila’ atau Berakhlak.(有道德的人you dao de de ren. Mou Tze Tung pernah berkata: “Seorang untuk berbuat baik tidaklah sulit, yang sulit adalah seumur hidup berbuat baik dan tidak berbuat jahat.”  

Dalam konteks ini bisa diartikan bahwa orang biasa akan sulit berbuat baik karena terlalu sulit, karena menuntut orang seumur hidup berbuat baik tidak berbuat jahat. Namun bagaimana mengukur seorang biasa itu seorang yang baik atau jahat? Hal ini adalah dengan melihat apakah orang tersebut apakah memiliki ‘Hati yang tidak tegahan’ atau tidak, jika dia itu memiliki hati atau perasaan demikian sudah cukup.

Inilah yang dimaksud “Mementingkan perasaan hatinya daripada bekas jejaknya”( Talk about the heart in spite of the vestige/ 论心不论迹lun xin bu lun ji). Karena sebagai manusia hidup didunia akan tidak terhindar dari berbuat kehilafan, tapi yang penting harus memiliki hati yang tidak tegahan, ini adalah batas-batas dasarnya.

Yang ketiga.Dengan adanya perasaan ini barulah dapat berbicara dari hati ke hati (将心比心jiang xin bi xin), dan menempatkan diri kita pada posisi orang lain (推己及人tui ji ji ren《论语 卫灵公》).   Saya tidak tegah orang lain dijahati, saya juga menginginkan dia tidak dijahati, pada pokoknya saya tidak mau menjahati semua orang, akhirnya semua orang tidak saling jahat menjahati. Ini barulah dunia yang indah.   

Maka ‘perasaan hati yang tidak tegahan ini merupakan unsur terpenting dalam ‘Cinta Benevolence’(仁爱ren ai), dan perasaan yang demikian tidak hanya terhadap sesama manusia, tapi juga terhadap binatang dan hewan.  Perbuatan yang tidak tegah menyiksa binatang dan hewan walaupun hanya seekor tikuspun, adalah yang disebut ‘Perikemanusiaan’, tidak hanya terhadap sesama manusia saja. Ini yang disebut Perasaan Welas Asih dan Hati Yang Tidak Tegahan (侧隐之心ze yin zhi xin).

Sebenarnya kaum Konfusianis mewariskan dan meninggalkan banyak sekali pesan-pesan moral, misalnya kata-kata Kong Hu Cu: “Anak menutupi kesalahan ayah, Ayah menutupi kesalahan anak. Anak membela orang tua, dan orang tua membela anak. (子为父隐  父为子隐zi wei fu yin, fu wei zi yin)”  

Sekarang telah menjadi pandangan mainstream dalam hukum yang disebut ‘Hak Istimewa Untuk Tidak Bersaksi’, dibeberapa negara sudah diberlakukan hukum dimana pihak keluarga boleh menolak bersaksi untuk perkara kerabat sendiri di pengadilan, yang bisa tidak menguntungkan bagi terdakwa yang merupakan kerabat sendiri ( Indonesia juga menganut hak demikian :  coba lihat Pasal 168 dan 169  KUHAP *9).

Jadi pembuktian perkara tersebut adalah tugas polisi atau yang berwajib untuk menyelidiki perkaranya, jika yang berwajib tidak bisa mendapatkan bukti kesalahannya maka harus dibebaskan. Sebagai kerabat terdakwa tidak berkewajiban untuk membantu atau memudahkan Polisi atau Yang Berwajib dalam tugas pembuktian perkara tersebut.

Ini adalah “Hak istimewa untuk tidak bersaksi” ini juga yang disebut (仁爱ren ai = Cinta Benevolence). Ini juga satu standar dari peradaban modern kini.

Melihat hal ini semua dapatlah dilihat betapa pemikir-pemikir pada zaman Pra Dinasti Qin, telah meninggalkan suatu pemikiran yang cermerlang bagi peradaban kita sekarang. Maka ada yang mengatakan bahwa Cinta Kerabatan (亲亲之爱qin qin zhi ai; Cara untuk setia dan sebagai pemaaf (忠恕之道zhong shu zhi dao); Welas Asih /  Hati Yang Tidak Tegahan (侧隐之心ze yin zhi xin). Merupakan seruan ‘Cinta’ kaum Konfusianisme yang mewakili orang Tionghoa kepada umat seluruh dunia, maka sebagai umat manusia kita patut untuk menjawab seruan ini. Kita patut untuk melaksanakan seruan ini. Inilah yang dinamakan ‘Cinta Benevolence’ (仁爱ren ai).

Kemudian apa yang dimaksud dengan :
-   Berkeadilan/Kesetiaan/Kejujuran/Kebenaran (正义zheng yi =Justice)
-   Bertumbuh Kuat Sendiri (自强zi jiang = Self renewal)


Marilah kita bahas di tulisan berikut ini .........

( Bersambung ...... )

*3 http://baike.baidu.com/view/2810.htm?fr=ala0_1_1 管仲

*4  http://baike.baidu.com/view/47117.htm?fr=ala0_1  公子纠
公子纠(?—前685) 春秋时齐国人。齐襄公之子,母为鲁女。齐襄公时,政令无常,恐遭杀害,于鲁庄公八年(前686)携管仲、召忽奔鲁。襄公被杀后,齐国内乱,鲁派兵护送他返齐争位,管仲射中公子小白的衣扣(齐桓公),小白倒地装死,结果时出奔在莒的公子小白(桓公)已先回齐即位,派兵在乾时击败鲁军,在齐国胁迫下,他为鲁君

*5 Judul Film “刮痧( Skin Scraping ) Gua Sha Treament”2001) 

英文片名
Gua Sha Treatment
国家/地区
中国
对白语言
英语 汉语普通话
导演
郑晓龙 Xiaolong Zheng
编剧
  马克-白尔斯 Mark Byers
  王小平 
  霍秉全 
  薛家华
  演员
  梁家辉 Tony Leung .....Datong Xu
  蒋雯丽 Wenli Jiang .....Jian Ning
  Hollis Huston .....John Quinlan
  Tamara Tungate .....Margaret
  Stephanie Vogt .....Mary (Reporter) 
 朱旭 Xu Zhu .....Father
Joe Erker .....Benton Davis
Cat Cacciatore .....Social Worker
Jo Mei .....Prostitute
Dave Schuetz .....Awards Guest
Rosemary Garris .....Awards Guest (uncredited)

制作人
  马克-白尔斯 Mark Byers .....producer
  王中军 
  李维嘉
摄影
  黄岳泰
  出品人
  周浦雄
  出品
  北京紫禁城影业有限公司
  片长 100分钟
  上映
  2001

 *6  http://en.wikipedia.org/wiki/The_Golden_Rule
子貢問曰、有一言、而可以終身行之者乎。子曰、其恕乎、己所 不欲、勿施於人。
Adept Kung asked: "Is there any one word that could guide a person throughout life?"
The Master replied: "How about 'shu' [reciprocity]: never impose on others what you would not choose for yourself?"
Analects XV.24, tr. David Hinton
Frase yang pertama dapat ditemukan di Matius 22:39, dan frase yang kedua dapat ditemukan di Matius 7:12. Injungsi mirip dapat ditemukan hampir di seluruh kebudayaan dan masyarakat, dan dengan sedikit pengecualian aturan ini adalah "denominator" umum bagi seluruh kode moral dan agama.


*7  Kutipan dari Harian “Sinar Harpan” (Internet) Tulisan : Tom S Saptaatmaja


*8 http://www.baidu.com/s?wd=%C8%CA%D5%DF%B0%AE%C8%CB
孟子曰:[君子所以异于人者,以其存心也。君子以仁存心,以礼存心。仁者爱人,有礼者敬人。爱人者,人恒爱 之;敬人者,人恒敬之。有人于此,其待我以横逆则君子必自反也:我必不仁也,必无礼也;此物奚宜至哉!其自反而仁矣,自反而有礼矣,其横逆由是也;君子必 自反也:我必不忠。自反而忠矣,其横逆由是也;君子曰:『此亦妄人也已矣!如此则与禽兽奚择哉!于禽兽又何难焉!

*9 http://www.hukumonline.com/
Yang Tidak Boleh Menjadi Saksi di Persidangan dalam Perkara Pidana

Dalam Pasal 168 dan Pasal 169 KUHAP diatur mengenai pihak-pihak yang tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:

Pasal 168 KUHAP:
Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:
a.  Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;
b.  Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dari anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;
c.  Suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.

Pasal 169 KUHAP:
(1)  Dalam hal mereka sebagaimana dalam Pasal 168 menghendakinya dan penuntut umum serta tegas menyetujuinya dapat memberi keterangan di bawah sumpah;

(2)  Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mereka diperbolehkan memberikan keterangan tanpa sumpah;

Jadi, yang dilarang oleh KUHAP untuk didengar keterangannya sebagai saksi adalah pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan terdakwa, bukan korban. Dengan demikian, menjawab pertanyaan Anda, boleh saja saudara kandung dan anak kandung korban menjadi saksi untuk membuktikan tindak pidana penganiayaan tersebut di pengadilan.

Daftar  Perpustakaan :
-       先秦诸子百家争鸣易中天 CCTV
-       经典阅读文库 ---- 论语       李薇/主编
-       经典阅读文库 ---- 道德经       李薇/主编
-       中国古典名著精品 ---- 菜根谭      洪应明  
-       Internet : http://friesian.com/confuci.htm  : Confucius
-       孔子  -----   維基百科,自由的百科全書 Internet
-       网址:http://www.popyard.org
-       中国人生叢书    -----   墨子的人生哲学        杨帆/主编    陈伟/
-       Internet : http://baike.baidu.com
-       The Sayings of Mensius / 英译孟子      史俊赵校编
-       南华经    庄子   周苏平    高彦平   注译    安徽人民出版社
-       庄子   逍遥的自由人     林川耀 译编  出版者 :常春树书坊
-       http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml   春秋五霸之---晋文公
-       “When China Rules The World -  The rise of middle kingdom and the end of the western world”  by Martin Jacques ALLEN LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009






No comments:

Post a Comment